M | 06

123 15 1
                                    

.
.

Lampu remang-remang menyinari Neva di malam hari ini, dirinya menunggu Magma yang terjatuh dari motornya, tentang anak-anak mereka di suruh pulang saja oleh Magma atau menunggu dirinya yang nanti akan menyusul. Namun tak bisa.

" Nggak boleh pulang! Infusnya belum habis " Tolak Neva dengan keras. Selain badannya ternyata otaknya juga keras dan batu.

" Nggak betah gue "

" Bantah lagi buru?! Aku suruh dokter buat suntik mati nanti " Matanya memincing bak kucing yang akan menerkam, tidak seram atau semacamnya jatuhnya seperti meminta belaian. Salah, jatuhnya seperti meminta di tolong.

Magma mengelus mata bulat itu dengan perlahan, Neva merasakan sesuatu yang kasar menyapu bulu matanya, jempol besar yang kasar-menandakan bahwa manusia itu pekerjaan keras, dirinya akan membiarkan tangannya kasar yang terpenting tujuannya tercapai dan selesai.

" Kaya kucing birahi " Sontak mata bulat yang hampir memejam karna sapuan jempol kasar milik Magma kembali terbuka kemudian menatap tajam, sedangkan sang empu terkekeh kecil melihat tingkah Nava.

" Tau! Aku pulang kalo gitu! " Neva memasukkan dompetnya pada kantong, mengambil ponsel dan kemudian berjalan keluar dengan pelan, sangat sangat pelan.

Hampir di depan pintu badannya terbalik, kembali menatap tajam Magma yang tidak berusaha untuk menghentikannya. " KOK DIEM? NGGAK BERHENTIIN AKU?! " Teriaknya ketus, sangat tidak peka sekali manusia batu yang terbaring di brankar itu.

Neva kembali dengan menghentakkan kakinya kecil, dompet dan ponselnya kembali di letakkan. Tangannya menyilang di depan dada, jika sekarang harus peka soalnya sudah terlihat sekali bahwa Neva sedang marah.

" Kenapa kaya gitu? "

Magma menatap manusia manis depannya itu dengan lembut, matanya nampak santai, badannya relax dan suaranya sedikit memberat. Tangannya melurus untuk mengusak rambut lembut itu.

" Jelek "

" Aih! Ganteng tau! Jelek jelek! Kamu nggak peka jadi pekok aja udah! "

" Kasar " Magma sedikit mengeplak pelan mulut pink nan sexy milik Neva.

Neva ingat posisinya, di sini dia ingin menjaga Magma seperti dirinya sewaktu Magma bertanggung jawab dan menjaga Neva atas senggolan waktu lalu, seperti-berbalas budi lah, tapi ya sedikit modus juga sih, sayang tau udah deket nggak modus!.

" Udah setengah satu, lo nggak pulang? " Neva menggeleng, tangannya bergerak mengambil sebuah jeruk yang ada di nakas samping brankar.

Dengan perlahan tangan cantik itu mulai mengelupas kulit wangi milin jeruk oren itu, perlakuannya tak luput dari Magma yang menatap dengan tatapan amat tulus dan adem.

Tak lupa juga mengumpulkan kulit jeruk tersebut agar tidak berceceran, memisahkan satupersa dan disuapkan pada Magma. Tak ayal juga dirinya menyela memasukkan sepotong jeruk kedalam mulutnya sendiri.

" Pulang sana, udah dini hari "

" Suka banget kamu kayanya ngusir aku?! Pengen banget aku pergi?! "

" Engga gitu, ya Tuhan. Maksud gue tu udah malem, lo juga butuh istirahat jangan begadang mulu "

Catat! Magma berbicara panjang pakai sekali pada waktu ini.

" Ya trus? Aku masih mau di sini, kenapa kamu nyuruh-nyuruh pulang mulu? -

- kalo kamu nyuruh pulang di jam rawan kaya gini, kemungkinan nanti.... " Neva menggantung ucapannya, membuat Magma berdecak.

𝐌𝐀𝐆𝐌𝐀 [𝐁𝐋 𝐋𝐎𝐊𝐀𝐋]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang