M | 08

119 17 2
                                    


.
.
.

Pagi yang cerah dengan matahari yang muncul dari timur, sedikit masih malu untuk menampakkan dirinya tapi sudah bersinar terang.

Neva duduk di samping rumahnya sebelah kiri, duduk dengan hotpants dan crop top putih, libur seperti ini jika tidak bangun pagi akan menjadi rugi besar untuk Neva, pemuda itu suka pada matahari pagi, atau suka berjemur di bawah sinar matahari lagi.

Dia seperti ini bisa sampai dua jam lamanya, panas 'pun kadang hanya merasakan sedikit saja kemudian badannya kembali dingin seperti awal.

" Akhirnya bisa jemur pagi setelah sekian lama "

Di sampingnya hanya terdapat sebuah air mineral untuk memenuhi kebutuhannya setelah berjemur pagi, kadang juga membawa camilan atau roti kecil untuk menemani berjemurnya.

Kepalanya menengok ke samping ketika sebuah motor masuk ke dalam area rumahnya, bukan motor metik melainkan motor besar. Dirinya penasaran pagi sekali seperti ini siapa yang datang kerumahnya.

Tidak memakai alas kaki sama sekali dirinya dengan percaya diri berjalan, toh juga alasnya ini rumput hijau kecil jadi tak apa.

Belum terlihat karena dia masih berbalik entah untuk berubah membenarkan apa, setelah itu berdiri dan melepas helm nya. Alangkah terkejut dirinya melihat seorang Magma datang ke rumahnya pagi seperti ini.

Dia dengan jaket hitam, dalaman hitam, celana hitam dan rambut hitamnya itu. Tampan.
Neva mendekat, dia mungkin lupa jikalau sekarang sedang memakai pakaian seperti itu, jika hotpants dirinya welcome dengan orang lain tapi kalau baju masih berpikir dua kali lagi kecuali jika orang itu Darel.

" Hai! " Seru Neva, dengan tangan yang melambai ke arah Magma.

Yang di say hai hanya terdiam membeku melihat manusia manis di depannya itu, nampak cantik, imut, lucu dan sexy berkali-kali lipat apalagi pakaiannya serba hot yang di gunakan.

" Oh, Hai "

" Ada perlu apa ke sini? Pagi-pagi banget " Tanya Neva, perlahan badan itu mendekat ke arah Magma.

Entah mengapa Magma juga mendekat ke arahnya, tangannya mencoba untuk menurunkan baju itu ke bawah supaya asetnya tidak terlihat kemana-mana, pemuda yang di perlakukan seperti itu hanya diam dan menatap bingung kearah pemuda lawan bicaranya ini.

" Kenapa? " Tanya Neva sekali lagi.

" Gue nganter sarapan buat lo, " Jawabnya, tangannya masih diam memegang baju itu supaya tidak naik ke atas. Apalagi ini pagi, pasti hanya orang yang melintas.

" Makasihh, tapi nggak ngrepotin kamu? "

" Engga samsek, ayo masuk! baju lo nggak pantes di liat orang luar " Tangannya merengkuh pinggang ramping itu dan menggiringnya masuk kedalam.

Modus sedikit, dirinya bisa merasakan kulit putih Neva yang begitu halus di bagian dalam, kan dirinya biasanya hanya bisa mengelus pipi tidak dengan bagian-bagian yang ambigu seperti ini.

Tangannya mencoba untuk stay cool supaya tidak tremor, jantungnya sudah tidak aman rasanya jedug-jedug kencang sekali.

Neva membukakan pintu dan mempersilahkan tamu untuk masuk ke dalam, aroma bubble gum menusuk indra penciuman Magma begitu sampai dalam, rumahnya terbilang begitu rapi dan bersih, juga cat putih yang membuat rumah ini semakin bersinar.

Dia heran, sama-sama laki-laki tapi mereka berdua sangat berbeda, memang rumahnya nampak bersih tapi masih banyak sekali debu, kamarnya pun tak sebersih ini—banyak kaleng dan baju berserakan apalagi bungkus rokok. Tapi tak apa sih, kadang juga kok kotor seperti itu.

𝐌𝐀𝐆𝐌𝐀 [𝐁𝐋 𝐋𝐎𝐊𝐀𝐋]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang