M | 23

1.3K 86 2
                                    

ngga kerasa udah ganti tahun, semoga kita semakin di permudah kedepannya dan wishlist yang belum terwujud bakalan terwujud di tahun ini, aamiin.

do'ain juga semoga Magma rutin up sama aku nggak kena writer block mulu ಥ_ಥ

happy reading!

.
.
.
.

























"Kita kapan naik kelasnya, sih?" Malam ini mereka berkumpul kembali di rumah Neva, ramai-ramai mereka dateng membawa panggangan, arang, bahan-bahan, jagung dan juga sosis. Tidak ada hari spesial namun mereka teringin sekali bakar-bakar di belakang rumah Neva.

Neva dan Magma menyiapkan halaman belakang rumah sudah sedari sore menjelang malam hari. Di berikan lampu gantung yang cantik, alas untuk memotong dan membuat bumbu, tikar yang lumayan besar dan minuman yang sudah ready stock di kulkas Neva.

Teman-teman Magma sudah mengerubung di tempat pojok untuk menghidupkan arang. Putra yang hanya melihat, Bara yang sedang mencoba untuk menghidupkan apinya, dan Jepan yang sedang mengipasi Bara supaya apinya cepat jadi.

Jikalau di sebelah, Magma mengupas jagung Neva dan Darel membuat bumbu dan menusuk satu-persatu sosis yang akan mereka bakar.

"Va! Oi! Lo kagak punya daging di kulkas?" Neva yang sedang terfokus langsung mengalihkan pandangannya. Menatap Putra yang juga sedang menatapnya.

"Nggak tau! Kamu liat aja! Kalo ada ambil aja!" Putra mengangguk. Tubuhnya berdiri, berjalan menuju ke kulkas Neva yang ada di dapur dalam rumah.

"Jawab pertanyaan gue dongo!" Jepan mengeplak kepala Bara menggunakan kipas, dirinya di abaikan begitu saja.

"Kagak tau anjir! Tanya lagi lo!" Diam, mereka kemudian terdiam.

"Neva, nggak ajak kembar kah? Lumayan loh, buat rame-rame." Neva memberhentikan kegiatannya.

"Boleh, kamu telfon ya?" Darel mengangguk. Beruntung mereka menggunakan sarung tangan yang mana tangan mereka ketika plastik sarung tangan itu di lepas maka tidak akan kotor.

"Magma~ diem aja, kenapa?" Magma yang berada sedikit jauh dari Neva pun bergumam menjawab panggilan Neva, dirinya masih terfokus untuk mengupas jagung yang banyak sekali bulu nya.

"Gapapa, sayang. Jagungnya susah di kupas." Balas Magma.

"Semangat ya! Aku juga baru bikin bumbu sama tusuk sosis, nanti kalo udah selesai aku peluk!" Magma terkekeh, walaupun wajah Neva tertekuk karena melihat bumbu yang sedang dia racik tapi bibirnya yang berucap dengan mengerucut terlihat sangat lucu, pipinya menggembung dan bulu matanya yang terlihat sangat lentik.

..

"Sorry baru dateng, jemput dia dulu tadi." Pandangan mereka semuanya teralihkan. Ken datang dari pintu dapur dengan membawa pemuda yang begitu manis. Mereka sangat asing karena di sekolah juga tidak ada siswa yang berwajah seperti pemuda itu.

"DIEM NGGAK GERAK! SEKALI GERAK BAWA GANDENGAN!" Bara berseru, Ken hanya menanggapinya dengan kekehan lalu menyuruh pacarnya duduk di sebelah Neva, sedangkan dirinya menghampiri teman-temannya untuk sekedar high-five.

"Hai! Aku Neva!" Neva menjulurkan tangannya. Berniat untuk mengajak pemuda itu berkenalan.

"Cecil!" Jawab Cecil, Neva mengangguk. Matanya kemudian menatap ke arah pintu, yang mana Darel sama sekali belum kembali dari memanggil telfonnya.

"Bentar ya aku panggil temenku dulu." Ucap Neva.

"Okey."

Perlahan Cecil mengambil plastik sarung tangan, mencopot plastik yang menempel di sosis lalu menusuknya. Seperti apa yang di lakukan oleh Darel tadi.

𝐌𝐀𝐆𝐌𝐀 [𝐁𝐋 𝐋𝐎𝐊𝐀𝐋] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang