Bab 03.

345 81 1
                                    

Richard lemas seketika saat pak burhan mengatakan kalau memang yg menggantikan dia adalah langit restu adipta, yg mana dialah mantan pacar kalandra biru dan sampai saat ini sahabatnya masih mencari keberadaan langit. Richard tidak menyangka jika langit sudah bergabung di kalandra group hampir lima tahun terakhir. Itu berarti sejak biru menatap ke Los Angeles langit sudah bekerja di bawah naungan kalandra group.

Tetapi yg menjadi pertanyaan Richard sekarang adalah apakah langit mengetahui jika perusahaan tempat dia bekerja adalah perusahaan biru, pusing Richard memikirkan nya namun dia harus mengecek sekali lagi data karyawan cabang kalandra group yg jogja. Maka dari itu Richard menghubungi pihak HRD yg mana bernama dimas.

"Dimas bisa keruangan saya, jangan lupakan bawa berkas nama karyawan yg di cabang jogja."

Setelah mengatakan itu Richard menutup sambungan telepon nya, dia memijat pelipis nya pusing. Dia merasa kecolongan disaat dia juga mencari dimana langit berasa atas utusan biru, namun Richard tidak pernah berhasil, padahal dia beberapa bulan sekali selalu mengecek kantor pusat itu namun tetap saja tidak bertemu dengan langit.

"Dia berhasil menyembunyikan diri dengan baik."

Dimas berjalan dengan cepat sambil membawa dokumen yg Richard minta, lekas dia pun memberikan  dokumen itu kepada Richard.

"Ini pak berkas yg bapak mau."

"Terima kasih, Dimas. Oh ya. Kamu kenal karyawan yg di jogja bernama langit?"

Dimas agaknya berpikir lalu dia mengangguk cepat.

"Tau, pak. Dia bekerja di bagian devisi keuangan. Ada apa ya pak?"

"Oh, tidak. Saya hanya bertanya saja. Kamu silahkan kembali keruangan kamu, nanti kalau sudah selesai berkas nya saya kembalikan."

Dimas mengiyakan lalu dia kembali keruangan nya, Richard segera memeriksa dokumen tersebut mencari nama langit. Dan ternyata ada nama tersebut ada di daftar nama karyawan cabang jogja.

Helaan nafas terdengar dari bibir Richard lekas dia membawa berkas itu dan bangkit dari duduknya, dia lekas berjalan kearah ruangan biru untuk memberitahu hal ini. Bagaimana pun biru harus tau karena nanti langit yg akan menggantikan dia sebagai asisten pribadi biru.

Richard membuka pintu ruangan biru setelah mengetuk, terlihat masih ada nathan didalam ruangan biru. Biru yg sedang berbincang dengan nathan sontak melihat kearah Richard.

"Ini berkas yg lo mau, pak burhan udah kirim ke gue karyawan yg nanti akan menggantikan gue sebagai asisten lo" ucap Richard meletakan dokumen itu di meja biru.

"Lo serius mau ngundurin diri, rich?" Tanya nathan.

"Ya mau gimana lagi, gue harus nikahin pacar gue, than. Lo kan tau sendiri kalau pacar gue itu umurnya lebih tua beberapa tahun dari gue. Orang tuanya ngebet anaknya mau nikah, kalau gue gak serius sama dia orang tuanya ngancem mau jodohin dia."

"Goblok! Kalau dia dijodohkan cari pacar lain lah" kekeh nathan.

"Ini nih gak pacaran jadi asal jeplak aja mulut lo, sesekali cari pacar sana jangan kerjaan mulu yg lo pacarin."

Nathan berdecih saja sementara biru dia membaca dengan teliti, sampai tangan nya berhenti di satu nama. Dia membaca lamat-lamat nama itu seolah takut salah baca.

"Gak salah dia yg gantikan gue" ucap biru membuat keduanya menoleh.

"Apa?"

"Bisa lo jelasin kenapa dia? Maksud gue selama ini dia berada di jogja."

"Gue juga baru tau tadi, gue pikir gue salah makanya gue konfirmasi lagi ke pak burhan, dan ternyata benar dia yg gantiin gue."

Mata biru berkaca-kaca dia beberapa kali mengelus nama itu, nama yg selalu dia dengungkan didalam hati. Nama yg selalu dia rindukan setiap hari, dan nama yg selalu dia cari selama lima tahun terakhir ini.

"Suruh pak burhan kirim dia ke Jakarta" titah biru sambil menghapus air matanya.

Nathan yg tidak paham lekas bangkit dan memeluk biru yg sudah menangis, Richard sendiri hanya diam dia bingung harus melakukan apa.

"Gue kangen dia" lirih nya membuat nathan tidak mengerti.


****

Jam kerja telah usai langit lekas membereskan semua peralatan pekerjaan nya, hari ini adalah hari yg lumayan melelahkan untuknya. Dia lekas bangkit dari duduknya setelah semua pekerjaan nya telah di bereskan.

"Mau ngopi dulu gak, lang. Ada cafe baru dekat sini" ajak meta membuat langit tersenyum menggeleng.

"Gak mbak, aku udah ada janji sama anak."

"Ah, begitu. Sayang sekali padahal aku mau menghabiskan waktu sama kamu loh, kan sebentar lagi kamu akan dipindah tugaskan."

"Mbak meta lebay deh masih seminggu lagi mbak."

"Tetap aja waktunya singkat lang."

Langit hanya terkekeh saja dia lekas berjalan beriringan dengan meta, keduanya mengobrol santai bahkan sesekali tertawa karena percandaan mereka lucu.

"Nanti kalau udah sampai jakarta jangan lupain aku ya, lang. Kalau lupain aku bakalan aku amuk kamu."

"Hahaha, ya gak mungkin lah mbak aku lupa. Mbak meta udah baik banget sama aku."

"Ah,, aku bakalan kangen sama antariksa."

"Biru juga kangen pasti sama mbak."

Meta adalah orang yg baik bahkan disaat meta tahu kalau langit punya anak tanpa menikah wanita yg berusia lebih tua dari langit itu tidak menghakimi, bahkan langit masih ingat waktu dia pertama kali masuk ke perusahaan KLB group meta lah yg mengajak nya makan siang bersama disaat karyawan lain merasa sungkan dengan nya.

Mereka berpisah di parkiran karena langit bawa mobil sedangkan meta sendiri bawa motor, saling say hay good bye mereka pun akhirnya berpisah.

Langit duduk diam didalam mobil membuang nafasnya sejenak, masih tidak menyangka jika dia akan di pindah tugaskan ke Jakarta, kota yg sudah membuat luka di hatinya menganga lebar.

Helaan nafas terdengar dari mulut langit "aku harap bos nya baik deh."

Hanya itu yg diharapkan langit agar atasan nya baik seperti Pak burhan yg sudah baik padanya.

Langit sampai di rumah nya dengan membawa sekantong putih bermacam-macam es krim kesukaan sang anak, namun saat dia keluar dari mobil merasa terkejut dan bingung mendapati rumah nya terbuka lebar.

"PAPA!!!"

Biru berlari keluar menyambut kedatangan sang papa, dia memeluk papa nya yg baru saja tiba.

"Biru di rumah ada siapa?" Tanyanya.

"Ada Aslan sama om marven, papa."

"Hah!"

Langit lekas buru-buru masuk dan benar saja adiknya serta sahabatnya sudah duduk di sofa sambil bermain game, langit berdecak pinggang melihat kelakuan keduanya.

"Bagus banget datang ke Jogja gak bilang gue dulu" ucap langit membuat keduanya tertawa.

"Kan biar kejutan gimana sih lo" itu Aslan yg menjawab dia merentangkan tangan nya buat langit memeluk dia.

"Gue buat teh dulu."

Bukan nya memeluk adik nya langit justru berjalan kearah dapur, Aslan cemberut karena di cuekin.

"Kasihan banget gue ternyata gue rindu sendirian" sindir Aslan membuat langit tertawa.















- LANGIT BIRU -

Langit Biru ( kisah yg belum usai ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang