Bab 13.

430 83 1
                                    

Biru mengetuk-ngetuk meja kerjanya tanda dia lagi berpikir tentang pertemuan dia dengan seorang anak kecil dan juga aslan, biru masih penasaran kenapa anak yg di gendong Aslan itu sangat mirip padanya saat dia waktu kecil. Dan benarkah itu anak Aslan atau justru anaknya langit dan dia. Biru menjadi penasaran bahkan dia ingin mencari tahu namun dia juga bingung harus cari tahu mulai darimana dulu, semua begitu mendadak kejadian nya membuat dia pusing.

Dia berpikir jika itu anak Aslan mungkin terlalu muda, soalnya terakhir biru ketemu dan akrab dengan Aslan saat adiknya langit itu duduk di bangku sekolah menengah atas. Dan saat ini pasti sudah kuliah, dan tidak mungkin jika menikah muda. Karena dia sangat tahu jika Aslan bukan tipe orang yg akan menikah muda, apalagi sejak dulu Aslan selalu mempunyai mimpi. Kalaupun anak Aslan kenapa wajahnya sangat mirip dengan dia bahkan dari nama saja begitu sama.

Semakin dipikirkan membuat kepala biru kian pusing bahkan dia sudah melonggarkan dasi karena sesak seperti tercekik, sekarang ini dia tengah menunggu Richard yg sampai saat ini belum kembali setelah izin sama dia buat makan siang dengan kekasihnya.

Dia mengambil ponsel bermaksud untuk menghubungi Richard namun pintu ruangan dia di ketuk dan lalu dibuka oleh oknum yg tadi dia ingin hubungi, Richard masuk dengan senyuman seperti senyuman mengejek.

"Ngapain lo senyum" ujarnya ketus.

"Gue senyum karena lagi seneng aja sih, myka lo kusut amat sih. Tuh dasi kenapa kayak mau terlepas coba, lagi stress lo mikirin langit, iya."

"Bisa diem gak sih lo, gue gini lagi mikirin kejadian yg barusan gue alami."

"Memang kejadian apa yg barusan lo alami, palingan lo ketemu anas lagi kan buat di nikahi."

"Gue ketemu sama anak kecil yg mirip sama gue, dan juga gue ketemu sama Aslan adiknya langit."

"Hah! Ini serius lo?"

Richard menarik kursi dan duduk tepat di depan biru, dia sangat tertarik dengan cerita biru yg bertemu dengan Aslan. Ternyata secepat ini biru bertemu dengan orang yg dia sayangi.

"Gue serius. Tapi, bukan itu fokus gue."

"Cerita jangan setengah ntar gue sumpahi lo nikah dengan anastasia."

"Anjing!"

Richard tertawa saja kalau udah berdua begini tidak ada namanya bos dan bawahan, dia dan biru bagai sahabat selayaknya saja. Bahkan Richard tidak segan memarahi biru jika lelaki itu berbuat seenaknya.

"Gue fokus pada anak kecil yg dibawa Aslan dan itu mirip banget sama gue, namanya juga sama kayak gue. Biru."

"Bisa jadi itu memang anaknya Aslan" ujar Richard ngasal.

"Gak mungkin. Aslan terlalu muda buat punya anak umur lima tahun. Lagi pula waktu gue terakhir ketemu Aslan dia masih sekolah."

"Apapun bisa terjadi, ru. Kita gak tau Aslan punya pacar lalu pacarnya mau menikahi nya. Atau bisa jadi Aslan hamil duluan setelah itu tanggung jawab, ya setidaknya nasib Aslan gak seperti kakaknya."

Biru terdiam ucapan Richard sedikit menyindir nya namun dia sama sekali tidak tersinggung dengan apa yg dikatakan oleh Richard, karena memang itu kenyataan yg ada.

"Tadi gue ketemu sama langit" ujar Richard mengubah topik pembicaraan.

"Lo ketemu dia tapi gak bilang sama gue."

"Emang lo siapa harus bilang dulu sama lo, lagian gue ketemu dia karena bahas soal pekerjaan aja gak lebih."

Biru mengusap wajah nya "setidaknya lo kasih tau gue lah, rich."

Langit Biru ( kisah yg belum usai ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang