Bab 20.

449 83 4
                                    

Biru lekas menghampiri langit yg sedang berkutat di dapur, dia tersenyum melihat pemandangan pagi ini yg melihat langit begitu lihai membuat sarapan untuk dirinya. Entah kenapa hatinya menghangat dia seperti melihat masa lalu yg mana jika libur kuliah maka langit tidak segan memasak untuknya. Dan hari ini moment yg paling dia tunggu terulang kembali.

"Masak apa" seru biru membuat langit menoleh.

"Cuman sandwich karena waktu kita gak banyak, anda harus rapat sebentar lagi dan mungkin jalanan agak macet."

"Masih dua jam lagi dan kita tidak akan terlambat."

Biru menggeret kursi makan nya, langit segera menyediakan sandwich hasil masakan nya, biru dengan cepat mengambil sandwich itu dan memakan nya.

"Enak, rasanya sama seperti dulu."

Langit hanya tersenyum tipis menangapi nya, dia emang sengaja membuat sandwich isi daging yg mana kesukaan biru. Beruntung di dalam lemari es masih ada stock bahan masakan maka dengan mudah langit mengolah sandwich tersebut.

"Kamu gak sarapan?"

"Saya sudah sarapan."

"Sini" kata biru sambil menepuk kursi yg ada disebelah nya.

"Tapi saya sudah sarapan, pak."

"Saya tidak suka ada orang yg berdiri saat saya makan, itu tidak sopan namanya lagian kamu bukan bodyguard langit yg harus berdiri menunggu bos nya makan."

Langit terpaksa menurut dia lekas duduk disebelah biru, biru meletakan sandwich satu lagi ke piring kosong yg ada dihadapkan langit. Langit menatap dengan bingung atas sandwich tersebut.

"Ini buat?"

"Buat kamu, makanlah. Temenin saya."

Langit mendengus saja dia tidak bisa menolak apa yg di suruh oleh biru, maka dia pun memakan nya. Biru tersenyum dalam kunyahan melihat langit yg makan bareng sama dia, sungguh moment yg tidak terduga.

"Langit, selamat atas pernikahan mu."

Uhuk.. Uhuk.. Uhuk..

Langit tentu saja terkejut dan langsung tersedak, beruntung dia bisa mendapatkan air putih. Sementara biru juga merasa bingung mendapatkan respon yg tidak terduga dari langit.

"Apa bapak bercanda?" Tanya nya dengan nada yg sangat tinggi.

"Kenapa kamu marah pada saya, bukankah seharusnya kamu bahagia saya ucapkan seperti itu."

"Pak, apa bapak baca identitas saya sebelum saya masuk ke perusahaan bapak. Saya belum menikah pak biru."

"Tapi kemaren saya melihat kamu dengan anak kecil, dan anak kecil itu menyebut kamu dengan sebutan papa."

"Pak biru mengikuti saya?"

Biru mengangguk dan menggaruk tenguknya, dia terpaksa mengaku kalau kemaren dia mengikuti langit. Langit membuang nafas kesal melihat biru yg dengan lancang mengikuti dia sampai rumah.

"Kenapa bapak ngikutin saya?"

"Karena saya penasaran dengan kehidupan kamu, saya penasaran kamu tinggal dimana. Dan saya penasaran dengan anak kecil yg bersama aslan."

"Sepenasaran itu kamu sama aku?" Tanya langit melunak.

"Hm, jika kamu tidak menjawab rasa penasaran juga tidak masalah. Lagian saya masih bertanya dengan wajah anak kamu yg mirip dengan saya."

"Sudah menyimpulkan dia anak siapa?"

"Anak aslan, bukan."

Langit menahan nafasnya menahan kesal, dia memukul lengan biru kuat membuat biru meringis karena pukulan langit tidak main main.

"Kamu ini dari dulu pukulan nya selalu sakit ya."

"Menyebalkan sekali bilang itu anak aslan."

"Ya terus anak siapa dong" mata biru membulat sempurna dia tidak melanjutkan perkataan nya lagi.

"Langit jangan bilang kalau anak itu adalah-"

Langit mengangguk tidak mungkin dia menyembunyikan identitas biru anaknya didepan kalandra, gimana pun juga kalandra itu adalah ayah. Sejauh apapun dia menyembunyikan fakta pasti akan terbongkar dengan sendirinya.

Langit terkejut melihat biru sudah berjongkok di hadapan nya, bahkan kepala biru dia letakan dipaha nya, langit dengan ragu mengusap surai lembut biru membuat biru tenang.

"Aku minta maaf karena aku telah egois dimasa lalu" ucapnya membuat langit diam.

"Izinkan aku bertanggung jawab atas kalian, jujur aku mengaku salah dan aku menyesal telah membuang kamu, langit. Bahkan aku dengan tega membiarkan kamu memilih atas anak kita, dan aku mau berterima kasih karena kamu tetap mempertahankan dia."

"Aku ngasih tau kamu bukan buat minta tanggung jawab kamu, biru. Aku memberitahu kan jika biru adalah anak kamu."

"Jadi nama anak kita beneran biru."

"Antariksa biru lebih tepatnya."

Biru mendongak dan tersenyum kearah wajah langit "Terima kasih sudah memberikan nama yg indah buat anak kita."

"Aku janji langit secepatnya bakalan nikahi kamu."

"Aku gak minta dinikahi, biru. Yg aku cuman pengen kamu gak penasaran lagi."

"Gak masalah. Aku bakalan berjuang buat dapatin kamu lagi."

"Hm, coba aja" tantang langit.

****

"Gimana, pah. Udah dapat info terkait langit dimana, jujur aja mama masih mengganjal di hati."

"Papa udah dapat informasi dari orang suruhan papa, katanya langit bekerja dengan biru."

"Ini beneran pah."

"Beneran, papa juga udah menyelidiki kalau langit punya anak. Dan anaknya mirip biru waktu kecil."

Mahendra sang papa menyodorkan foto biru kehadapan sang istri, Miranti yg melihat lekas berkaca matanya karena dia akhirnya punya cucu, selama ini memang Miranti kerap kali menyuruh biru menikah bukan karena apa tetapi baik Miranti dan mahendra jelas mengingat cucu. Maka dari itu mereka memutuskan buat menjodohkan anastasia dengan biru.

"Lalu gimana soal perjodohan anastasia dengan biru, pah."

"Papa akan bicara sama  pak surya ayah nya anastasia kalau kita akan batalkan perjodohan ini, kita akan menikahi biru dengan langit. Gimana pun juga anak kita harus bertanggung jawab atas semua yg dia lakukan terhadap langit."

"Iya, papa benar. Lalu kapan kita akan bertemu dengan cucu kita. Mama tidak sabar mau ketemu mereka."

"Mama sabar dulu, kita jangan gegebah nanti kita bicarakan dengan biru terkait ini. Gimana pun juga kalau kita datang secara mendesak tidak baik buat langit, biarkan mereka menyelesaikan urusan nya dulu baru setelah itu kita akan membicarakan masalah ini."

Miranti paham apa yg dunia oleh  sang suami, mereka tidak perlu terburu buru bertemu dengan langit. Karena gimana pun pasti nanti langit akan berpikir macam macam soal keluarga mereka, Miranti tidak mau hal itu terjadi.

"Malam ini sepertinya kita harus bertemu dengan pak susilo buat membatalkan perjodohan anastasia dengan biru."

"Mama setuju banget, pah. Selama ini kita menjodohkan biru dengan anas juga supaya kita dikasih cucu. Mama sudah bosan hidup kesepian, kalau ada cucu pasti rumah ini rame."

"Hm, kita berdoa saja semoga pak susilo mau memahami."

"Amin, dan semoga tidak jadi memutuskan tali silaturahmi antara kita ya pah, karena gimana pun keluarga susilo juga udah lama bersahabat dengan keluarga kita."

"Iya. Selain bisnis kita menjodohkan biru agar persahabatan dengan keluarga kita dan mereka tetap terjalin."

"Kalau misalnya mereka menolak gimana?"

"Papa sudah tidak peduli, toh kekayaan kita tidak akan pernah habis meskipun kontrak kerjasama antara perusahaan papa dan dia terputus" kata mahendra membuat Miranti lega sekaligus ketakutan di saat yg bersamaan.












- LANGIT BIRU -

Langit Biru ( kisah yg belum usai ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang