Rapat telah usai dengan sangat lancar saat ini baik biru dan langit sama-sama akan keluar dari restoran tempat rapat diadakan tadi, langit beberapa kali merenggangkan ototnya dan juga beberapa kali menguap tanda dia sangat lelah hari ini. Satu kata yg mungkin langit baca adalah menjadi asisten pribadi seorang biru tidak lah mudah, banyak pekerjaan serta kegiatan yg harus dia ikuti demi menemani sang bos.
"Kamu kayak nya lelah banget, lang. Aku anterin kamu pulang ya" ujar biru membuat langit menggeleng.
"Gak usah, pak. Saya bisa pulang naik taksi."
"Panggil saya jangan bapak. Ini diluar jam kerja langit."
"Maaf tapi saya rasa itu sebagai bentuk sopan santun saya kepada atasan."
"Kalau bicara sopan santun mending kamu panggil aku mas, seperti waktu kita pacaran dulu."
Langit memandangi biru dengan tatapan datar, mulai lagi sifat kepedean biru keluar. Langit lekas berjalan duluan buat keluar restoran.
"Lang, aku anterin kamu pulang ya ini udah sore dan bentar lagi malam, saya khawatir jika kamu kecelakaan atau lebih parah-"
"Pak biru mau nyumpahi saya mati atau gimana?"
"Eh, bukan gitu langit. Aku cuman khawatir aja sama kamu."
Langit geleng-geleng kepala saja dia langsung meninggalkan biru, namun bukan biru namanya kalau tidak mengejar.
"Langit ya, ya, ya, aku anterin pulang beneran ini aku khawatir."
"Sekali lagi maaf Pak biru, tapi saya naik taksi saja. Itu dia taksinya."
Langit langsung masuk kedalam taksi, dan meninggalkan biru sendirian. Setelah beberapa detik barulah biru berlari menuju ke mobilnya. Dia akan membuntuti langit, dia pengen tahu kemana langit akan pulang, sekalian penasaran dengan anak yg dibawa Aslan waktu tempo hari.
Biru mengikuti taksi yg ditumpangi langit dengan jarak yg tidak begitu dekat, biru mulai cari tahu dimana langit tinggal sekaligus penasaran dengan anak yg mirip wajahnya dengan masa kecil dia dahulu.
Sedangkan langit dia memejamkan matanya sejenak didalam taksi, hari pertama kerja sungguh sangat melelahkan buat dia, apalagi bertemu dengan biru membuat energi nya terkuras habis. Sambil memejamkan matanya dia teringat tentang wanita yg datang ke kantor biru. Yg mana mengatakan kalau itu adalah calon istrinya biru, langit menghela nafas sejenak rasa tidak rela mulai merambat ke dasar hatinya, namun dia sendiri tidak bisa berbuat apapun karena dia dan biru sudah lama tidak bersama.
Taksi yg langit tumpangi berhenti disebuah rumah, bersamaan dengan itu mobil biru juga berhenti. Biru sendiri merasa heran karena langit pulang kerumah lama langit, padahal baru beberapa hari dia kesini dan rumah ini kosong.
"Berarti selama ini mereka tidak pindah."
Langit turun dari taksi setelah membayar uang taksi, dia lekas masuk kedalam rumah. Biru pun tidak menyiakan kesempatan tersebut langsung berjalan perlahan agar tidak ketahuan langit.
"PAPA" Seru biru yg melihat papanya masuk kedalam rumah.
Langit lekas memeluk anaknya dan mencium pipi biru, langit tersenyum dia merasa kangen dengan anaknya padahal baru satu hari tidak bertemu.
"Kamu kok udah wangi, udah mandi kah?"
"Udah papa, aslan yg mandikan."
Aslan dan marven lekas keluar saat mengejar biru, aslan dan marven tertawa melihat interaksi ayah dan anak tersebut.
"Ampun gue kak lihat anak lu yg gak bisa diem" keluh aslan membuat langit tertawa.
"Kan emang dari sananya dia gak bisa diem aslan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Biru ( kisah yg belum usai )
FanfictionSejak kepergian dan perpisahan nya dengan biru membuat hidup langit kian hancur dalam 5 tahun terakhir, namun disaat dia sudah sedikit melupakan biru entah bagaimana takdir bekerja ternyata dia harus di pertemukan dengan sang mantan yg mana dia haru...