Bab 24.

357 76 6
                                    

Langit meletakan ponselnya usai membalas pesan Nathan beberapa saat lalu, perasaan tidak enak karena menolak ajakan Nathan buat makan siang bersama. Namun apa mau dikata sekarang dia lagi makan siang dengan bos yg todak lain adalah ayah dari anaknya. Sementara biru yg sedang memotongi daging buat langit dan sang anak menatap kearah langit yg tampak gelisah.

"Kenapa?" Tanya biru lembut membuat langit menggeleng.

"Kamu gak bisa menyembunyikan apapun dari aku, lang. Aku tau kamu dari tadi gelisah usai melihat ponsel tadi."

"Aku merasa nggak enak aja menolak ajakan temen aku buat makan siang, padahal tadi pagi dia udah anterin aku ke apartemen kamu."

"Temen? Temen yg mana? Kamu punya temen?" Tanya biru bertubi-tubi.

"Bisa gak sih tanyanya itu jangan beruntun. Aku bingung mau jawab yg mana" kata langit kesal membuat biru cengengesan.

"Maksud aku kamu punya temen yg mana bukanya kamu baru beberapa hari di jakarta."

"Ada temen aku, mungkin kamu gak akan kenal."

"Ya siapa langit, aku berhak tau."

"Udahlah gak usah dibahas lagi."

Biru langsung diam saat langit mengatakan hal itu, kalau sudah mengatakan hal itu otomatis tidak boleh ada yg membahas topik yg sama lagi. Jika masih bahas topik yg sama itu sama aja membuat mood langit turun.

"Ayah bisa ambilkan kentang goreng itu" pintah biru membuat kalandra tersenyum lebar.

"Oh boleh dong, ini ayah ambilkan. Mam yg banyak sayang biar cepet gede dan jadi iron man."

"Iya. Biar jagain papa dari orang jahat."

Biru tentu saja terharu mendengar perkataan sang anak dan dia merasa tersindir atas apa yg dia lakukan dimasa lalu, apalagi langit yg setiap hari dengar kata penenang seperti ini biru junior dengan segala kata dewasanya membuat sedikit banyak kalandra bangga atas tumbuh kembang besarnya biru ditangan langit.

"Iya. Biru akan jagain papa dibantu ayah nanti" ucap biru membuat biru junior menatap kearah kalandra.

"Kenapa ayah mau jagain papa? Kan ayah bukan suami papa."

"Biru dapat darimana kata itu?" Tanya langit yg merasa terkejut mendengar kalimat biru yg barusan.

"Aslan selalu bilang kalau ada dua orang dewasa saling jaga itu adalah suami, nah om marven dan suami Aslan yg setiap hari jagain Aslan. Makanya biru cuman tanya sama ayah biru. Memang nya ayah biru suami nya papa."

"Kalau ayah suaminya papa biru apa boleh?"

"Biru gak tau."

Anaknya langsung membuang muka saja pertanda dia kesal dan cemburu, sementara langit menahan tawa melihat ekspresi biru yg sepertinya kesal karena biru anak mereka menjawab dengan kata yg ketus.

"Masih kecil udah punya bakat cemburu. Memang biru darah gue, kelakuan sama persis kayak gue suka cemburuan kalau menyangkut langit."

Setelah selesai makan siang seusai janji kalandra dia akan membawa biru ke tempat toko mainan, biru bebas meminta apa saja nantinya bakalan dia kabulkan. Sementara langit hanya mengikuti kedua lelaki kesayangan dia dari belakang, dan sesekali menghela nafas melihat tingkah duo biru yg sama persis.

Masuk ke toko mainan satu ke toko mainan yg lain, membeli banyak barang mainan untuk biru. Padahal langit sudah melarang agar tidak dibelikan lagi namun tetap kalandra ingin membelikan banyak mainan untuk biru.

"Ru udah mainan biru di rumah udah banyak" kata langit membuat biru menoleh.

"Lang, gapapa sesekali. Aku pengen membahagiakan anak kita aja. Emang salah apa selama ini aku gak tau tumbuh kembang dia, jadinya izinkan aku menebus semua kesalahan aku, ya."

Langit Biru ( kisah yg belum usai ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang