Sesudah bicara empat mata dengan mahendra, langit sama sekali tidak fokus bekerja. Pikiran nya selalu berputar terhadap tawaran mahendra yg memintanya buat menikah dengan biru. Bukan langit tidak mau menikah dan kembali sama biru akan tetapi banyak pertimbangan yg harus langit pikirkan. Bahkan selama lima tahun ini nama biru yg selalu langit simpan di hati langit yg paling dalam, tidak ada yg tahu rasa sayang dan cinta langit masih utuh terhadap biru kecuali dirinya sendiri.
Dia memang selalu mengatakan kalau membenci biru akibat biru meninggalkan dirinya dulu, apalagi saat tahu kalau dia dulu hamil. Langit pikir biru dulu akan berubah pikiran buat studi nya saat tahu kalau dia hamil dan memilih buat tanggung jawab atas dirinya, namun waktu itu pikiran langit lagi dan lagi harus mengalah karena biru memilih buat studi nya. Dan juga dulu langit tidak mengetahui alasan jika biru pergi ke luar negeri karena apa.
Jika biru mengatakan dari awal untuk membantu keluarga mahendra dari ambang kebangkrutan mungkin kisah ini tidak akan pernah terjadi, namun semua telah terjadi harusnya tidak perlu disesali. Yg jadi langit pikirkan sekarang adalah penawaran mahendra dan itu sudah langit lihat jika ayah nya biru amat tulus dan menyesal.
Dia mendesah pelan dan membuka kacamata nya sambil memijat pelipisnya, pusing sudah pasti karena ini bukan pekara mudah. Dan harus dipikirkan segala macam, apalagi dia harus mengatakan kepada biru dan mendiskusikan ini kepada aslan.
Pintu diketuk dan langit menyuruh masuk dan ternyata itu adalah biru yg sudah tersenyum membuat langit berdecih, dia lekas membereskan barang nya karena sangat tahu kedatangan biru udah pasti mau mengajak makan siang.
"Ayo makan siang pasti anak kita udah nungguin" kata biru membuat langit mengangguk.
"Kamu bisa nunggu di luar gak, ntar aku nyusul."
Biru amat bingung dengan reaksi langit hari ini, padahal kan biru bisa nunggu didalam ruangan ini. Entah kenapa biru menangkap ada yg tidak beres dengan langit, seolah langit menghindari dirinya.
"Kamu kenapa? Aku bisa kok nunggu disini."
"Gapapa, yuk dah. Nanti aja aku beresin barang."
Kan benar apa kata biru jika langit itu ada yg tidak beres, padahal meja kerja rapi bahkan barang aja gak ada yg berantakan. Biru hanya diam saja namun dalam diam biru dia memikirkan segalanya. Memikirkan kenapa langit berubah menjadi sedikit pendiam.
"Kamu gapapa kan? Kamu sakit?" Tanya biru membuat langkah langit terhenti.
"Aku gapapa, biru. Aku sehat."
Biru mengiyakan saja mungkin langit tidak mau cerita lebih dulu, biru juga tidak memaksakan apapun. Dia berharap langit akan bercerita segalanya kepada biru.
Dalam perjalanan pun langit seolah bisu dan tidak berbicara satu patah kata pun, semakin lama biru semakin curiga dengan tingkah laku langit. Dia pun memutuskan buat bicara sama langit meski nanti hasilnya entah gimana.
"Kamu beneran gapapa, lang. Aku khawatir loh sama kamu ini. Dari tadi kamu diem aja kayak cewe PMS."
"Tunangan kamu gimana, ru?"
Bukan nya jawab apa yg ditanyakan biru malah langit bertanya tentang tunangan, padahal sudah biru tekankan dari awal kalau dia tidak akan bertunangan dengan siapapun. Kecuali langit yg akan dia nikahi.
"Kamu serius mau bahas ini, lang. Kan aku udah bilang kalau aku gak bertunangan dengan siapapun. Bahkan sekalipun orang tua aku menjodohkan aku tetap yg aku pilih itu kamu."
"Kebanyakan orang kantor mengatakan kalau kamu itu amat cocok sama tunangan kamu, biru. Kenapa gak terima aja toh orang tua kamu sudah menjodohkan kamu dengan siapa namanya wanita itu, anastasia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Biru ( kisah yg belum usai )
ФанфикSejak kepergian dan perpisahan nya dengan biru membuat hidup langit kian hancur dalam 5 tahun terakhir, namun disaat dia sudah sedikit melupakan biru entah bagaimana takdir bekerja ternyata dia harus di pertemukan dengan sang mantan yg mana dia haru...