Bab 14.

488 87 25
                                    

Pagi harinya langit telah bersiap untuk berangkat ke kantor kalandra group, dengan setelan kemeja warna putih satin dipadukan celana bahan. Tampilan langit cukup menawan, bahkan dia menambahkan aksesoris seperti anting ditelinga nya satu serta cincin di jari telunjuk, dipadukan make up tipis ala langit menambah cantik serta menawan wajah nya. Dirasa telah rapi dia pun mengambil tas kerja nya tidak lupa ipad sebagai pertanda dia melihat jadwal biru nantinya.

Perasaan nya saat ini jelas sangat gugup apalagi dia akan bertemu langsung dengan pemilik KLB group itu sendiri yg mana adalah sang mantan, namun langit akan mencoba profesional dalam pekerjaan dia tidak mau fokus nya terbelah antara pekerjaan dan juga pribadi. Gimana bencinya langit dengan biru tetap saja biru adalah atasan nya dia harus menghormati biru nantinya.

Keluar dari kamar telah disambut sang anak yg juga sudah rapi, hari ini adalah hari pertama biru juga yg akan dititipkan di sebuah penitipan anak. Bahkan ditempat itu ada metode belajar serta membaca, agar pengetahuan biru di asa nantinya.

"Selamat pagi papa" sapa biru dengan ceria.

"Wah, di meja makan udah ada sarapan. Siapa yg masak?"

"Aslan papa, dia katanya pinter masak. Biru juga belum nyoba."

"Aslan memang pandai masak, masakan Aslan juga enak."

"Tuh dengerin. Dibilangin gak percaya."

Biru hanya memeletkan lidahnya saja, lekas langit mengangkat biru dan duduk tepat disebelahnya, langit mengambil sosis dan juga beberapa telur kepada biru. Ketiganya pun sarapan tanpa suara.

"Kak gue pinjam mobil ya buat berangkat ke kampus, soalnya kak marven gak bisa antar gue karena masih sibuk."

"Hm, pake aja. Tapi anterin gue dulu ke kantor kalandra. Ntar pulang dari kampus jangan lupa jemput biru."

"Aman soal itu mah."

Ketiganya lanjut sarapan sampai selesai, setelah selesai mereka pun lekas bangkit. Dengan langit membawa piring kotor ke wastafel. Nantinya akan di cuci entah dicuci Aslan atau dicuci dia usai pulang kerja.

Mereka pun keluar dari rumah namun ada satu mobil asing yg berhenti tepat didepan rumah mereka, keduanya saling adu tatap seolah bertanya siapa yg berada di dalam mobil itu. Tak berselang lama ada seorang pria yg turun dari mobil dan itu langit mengenal nya.

"Siapa kak?"

"Nathan namanya, gue baru ingat kalau tadi malam dia minta alamat rumah."

"Hm, berarti dia mau jemput lo tuh. Kenal dimana?"

"Supermarket sih kemaren."

Nathan tersenyum ramah saat masuk kedalam halaman rumah itu, langit tersenyum tipis membalas senyuman Nathan.

"Pagi, kamu udah siap?" Tanya Nathan membuat langit mengangguk singkat.

"Om ini siapa?" Tanya biru membuat Nathan menoleh dan langsung berjongkok.

"Hallo, nama om Nathan."

"Hai, aku antariksa biru adipta."

Nathan mengelus surai biru dengan perlahan, masih tersenyum namun Nathan melihat wajah biru seperti mirip dengan kalandra. Namun Nathan tidak mungkin bertanya dia masih ingin menyimpan didalam hatinya.

"Gue pergi sama Nathan aja deh, lo kalau mau bawa mobil hati-hati. Nathan kita anterin biru dulu ke penitipan anak gapapa kan?"

"Gapapa kok, santai aja. Hari ini aku kerja nya santai."

"Aslan, gue berangkat dulu."

"Oke, hati-hati kak."

Langit dan Nathan serta biru lekas berjalan keluar rumah, Aslan masih memperhatikan ketiga nya hingga masuk kedalam mobil. Senyum tipis terpatri di bibir Aslan kala melihat kakaknya dekat dengan seseorang.

Langit Biru ( kisah yg belum usai ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang