Bab 07.

334 76 0
                                    

Langit lekas keluar dari ruangan pak burhan dengan berbagi pertanyaan dikepala nya, tentang nama yg tidak asing yg mana nama itu Richard adiputra jelas nama sahabat karib kalandra biru. Langit bahkan masih mengingat rupa Richard namun yg menjadi pertanyaan langit adalah Richard bekerja di tempat yg sama dengan dia namun di perusahaan yg berbeda, sungguh memikirkan nya saja langit sakit kepala.

Masih memegangi kartu nama Richard dia segera keruangan nya, ketakutan demi ketakutan terlihat jelas dari wajah langit. Dia takut jika nanti segala kemungkinan yg terjadi pasti akan bertemu dengan kalandra apalagi Richard adalah temen kalandra pasti nya jika dia bertemu dengan Richard otomatis kalandra cepat mengetahui nya.

Langit bingung harus bagaimana menyikapi ini, disatu sisi dia tidak ingin kembali ke Jakarta kota yg sudah memberikan dia rasa sakit dan penderitaan, namun disatu sisi dia harus memikirkan sang adik yg setiap hari kesepian. Ingatan malam kemarin berputar dalam kepala langit bagaimana Aslan memohon agar dia ikut pulang dan berkumpul bersama walaupun tanpa orang tua mereka.

Helaan nafas terdengar dari bibir langit yg sudah masuk dalam lift, tidak ada orang didalam itu maka dia bebas melamun bahkan kalau ingin menangis. Tetapi menangis pun tak akan mampu karena rasanya airmata langit sudah habis sejak biru sang anak masih dalam perutnya.

Lift turun ke lantai empat yg mana lantai ruangan nya, dia berjalan gontai tanpa semangat karena hari ini adalah hari terakhir dia bekerja.

"Lemas amat lang, belum sarapan" sapa vero temen satu devisi nya.

Langit memaksakan senyum nya "ini nih, gue terakhir kerja disini."

Sontak ucapan langit mendapat perhatian dari temen nya tersebut, bahkan temen satu devisi sudah duduk di meja langit.

"Lo serius lang di pecat?" Tanya vero seperti tidak percaya.

"Bukan di pecat tapi gue dipindah tugaskan ke Jakarta."

"Bukan nya senin besok kamu ke Jakarta nya, lang. Kok mendadak sekarang?" Tanya meta yg baru bergabung dengan semuanya.

"Atasan yg disana mbak yg nyuruh aku besok langsung ke Jakarta, gak tau deh mau nya apa. Yaudah aku nurut aja sih."

"Sayang banget sih orang sepintar lo harus dipindah tugaskan" ucap temen langit yg lain.

"Justru bagus buat langit dia itu dapat jabatan menjadi asisten pribadi bos yg disana" ungkap meta membuat semuanya tercengang.

"SUMPAH! Lang ini beneran gak sih."

Langit hanya mengangguk mengiyakan dia lekas berjalan kearah meja nya, yg mana dia lekas membereskan semua barang yg akan dia bawa nanti ke Jakarta. Sambil membereskan langit mengingat kenangan yg sudah hampir lima tahun ini bekerja di perusahaan KLB group, matanya lantas berair dan hendak mau keluar namun sebisa mungkin dia tahan.

"Kita bakalan kangen lo, langit" kata vero dan disetujui oleh semua temen satu devisi.

"Gue juga bakal kangen kalian."

"Sering ngasih kabar dan jangan keluar dari grup chat kita ya, awas kalau keluar. Duh gue sedih banget" kata Rosa yg sudah menitikan air mata.

Setelah selesai langit lekas berpamitan kepada semua orang, peluk haru tidak dapat langit elakan lagi. Langit bakalan kangen dengan semua kenangan yg ada di kantor ini. Dan dia tidak akan pernah lupakan semua yg ada di kantor ini.




*****

Richard masuk keruangan biru tanpa mengetuk pintu dulu, dia lekas berjalan menghampiri biru yg tengah fokus pada pekerjaan nya.

"Maksud lo apaan sih suruh langit besok ke Jakarta, ru" kata Richard tanpa basa basi.

"Kenapa? Kan lo masih kerja disini juga sebelum lo cabut lo bisa ajarin dia."

"Lo ada maksud lain buat datangi dia lebih awal daripada perjanjian."

Biru lekas menutup laptopnya "gue hanya ingin ketemu sama dia, apa salahnya. Banyak pertanyaan dalam benak gue yg mana itu tentang langit."

"Ck! Lo yakin dia bakalan mau ketemu lo. Sementara dia aja gak tau kalau dibawah naungan kalandra biru group."

Biru terdiam apa yg dikatakan oleh Richard tentu ada benar nya, langit tidak mungkin menyetujui jika dia mau kerja di kantor pusat kalau dia tau dibawah naungan kalandra biru.

"Gue kan udah bilang sama lo, sabar biar gue yg atur semuanya. Ini nggak lo malah perintahkan pak burhan menyuruh langit buat pergi ke Jakarta sekarang. Lo egois namanya."

"Terus gue harus apa disaat kesempatan gue bertemu sama langit ada didepan mata."

Richard mengusap wajahnya kasar berbicara dengan biru harus menggunakan kesabaran ekstra, dia dan seluruh keras kepala biru memang menguji sekali kesabaran Richard.

"Terserah lo deh gue gak jamin begitu dia lihat lo bakalan langsung cabut juga dari sini."

Biru hanya terdiam saja tanpa menjawab apa yg dikatakan Richard, ketakutan dia mulai menghantui apalagi terbayang wajah langit yg sangat benci padanya saat dia memutuskan buat berpisah dengan langit.

"Telp pak burhan suruh langit datang senin depan."

"Udah terlambat, ru. Dia udah keluar dari kantor dan besok dia bakalan kesini."

Biru menatap kearah Richard "lo serius."

"Lo pikir gue ngamuk begini bercanda apa, lo yg urus deh semuanya gue gak mau terlibat lagi."

"Chard" panggil biru membuat Richard menatap tajam.

"Oke fine, gue bakalan bantu langit sebelum gue cabut dari kantor ini. Tapi dengan satu syarat."

"Apapun syarat nya gue pasti sanggup."

"Kalau langit kesini gue harap lo jangan lihatkan muka lo sama dia."

"Mana bisa begitu, gue kangen sama langit yakali gue gak menemui dia."

"Iya atau gue gak bakalan bantuin lo."

Biru berpikir keras dengan syarat yg diberikan oleh Richard, sedikit susah karena biru ingin bertemu dengan langit. Namun kalau tidak begitu mungkin langit akan pergi lagi darinya.

"Oke, gue setuju."

Richard tersenyum penuh arti dia bakalan membuat rencana untuk langit dan biru, dan dia akan menciptakan pertemuan pertama mereka setelah lima tahun berpisah.














- LANGIT BIRU -

Langit Biru ( kisah yg belum usai ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang