Bab 06.

465 92 3
                                    

Pagi yg harusnya membuat semua orang semangat justru membuat kalandra biru tidak bersemangat sama sekali, kenapa tidak karena baru saja turun dari tangga dia sudah melihat pemandangan yg mungkin sangat menjijikkan buat dia. Pagi begini kedua orang tuanya sudah sarapan di meja makan, namun bukan itu menjadi fokus nya. Dirumah nya sudah ada kedatangan tamu yg selama ini tidak ia harapkan siapa lagi kalau bukan anastasia wanita yg akan dijodohkan dengan dia sebagai perjodohan bisnis.

Dia lekas turun dan langsung berjalan begitu saja tanpa memperdulikan ketiga yg asik bercengkrama di meja makan, kalandra sudah tidak berselera sarapan pagi ini maka dia memutuskan untuk langsung ke kantor. Namun sangat sayang sang papa malah menegur membuat langkah biru terhenti.

"Sarapan dulu, ru. Anastasia sudah pagi-pagi kesini agar sarapan bareng kita semua" ucap sang papa mahendra dengan tenang.

"Sarapan di kantor aja aku, pah."

Miranti langsung bangkit dan lekas kearah anaknya, dia memegang bahu sang anak agar mau mengalah dengan sang ayah.

"Turutin papa kamu ya, nak. Mama gak mau pagi ini kalian ribut."

"Biru memang tidak berselera sarapan, mah. Aku sarapan di kantor aja."

"Kalau begitu anterin anas ke kantornya, bukan nya kantor kalian searah."

Inilah yg biru benci jika orang tuanya sudah ada mau, dia membuang nafasnya sejenak agar menjadi tenang. Dia tersenyum tipis membuat Miranti lega.

"Dia punya mobil mama kenapa harus ikut aku, sudahlah aku berangkat ke kantor ada meeting penting pagi ini."

Senyum Miranti langsung luntur ketika anaknya menolak mengantarkan anastasia, biru berjalan tanpa menoleh kearah sang papa. Namun lagi-lagi langkah biru terhenti karena ucapan sang ayah.

"Kalandra biru antarkan anastasia, dia wanita tadi kesini katanya mobilnya mogok makanya dia naik taksi. Demi papa hargai tamu papa setidaknya mengantarkan seorang wanita itu sebagai bentuk menghargai."

"Om, tante, kalau kalandra tidak mau antar saya gapapa jangan di paksa, saya bisa naik taksi nanti ke kantor nya" sela anas dengan senyum cantik nya.

"Nggak sayang, kamu itu cewe loh gak baik naik taksi, oke. Kalandra mau ya nak antar anas kasihan dia loh."

Tangan biru menggepalkan kuat dia langsung berjalan keluar tanpa menjawab semua ocehan mereka, sang papa sudah memanggil namanya namun tetap saja biru hiraukan.

"Anas sebaiknya kamu susul kalandra keluar" kata Miranti membuat anas tidak enak hati.

"Kalau begitu saya permisi dulu om dan tante."

"Iya sayang, kamu hati-hati ya."

Anas mengangguk saja lalu dia menyusul kalandra yg sudah berada diluar rumah, Miranti dan mahendra hanya menghela nafas lelah melihat kelakuan kalandra yg sudah berubah sejak kepulangan nya dari luar negeri.

"Anak itu benar-benar menguji kesabaran aku" desis mahendra menahan amarah.

"Papa harus sabar nanti penyakit jantung papa malah kambuh."

"Kalandra tunggu" seru anastasia membuat kalandra berhenti.

"Mau ngapain lo ikutin gue" ucap biru dengan kasar.

"Aku boleh numpang sampai simpang perumahan kamu aja, soalnya aku udah pesen taksi tapi di cancel udah jam segini."

"Kalau di cancel jalan kaki dong."

"Tapi itu jauh kalandra sedangkan aku pake high heels begini."

"Tau efforts kan, lo pagi begini aja efforts kesini kenapa pulang nya gak efforts buat jalan kaki."

Langit Biru ( kisah yg belum usai ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang