Bab 29.

368 72 3
                                    

Langit menghentakan kakinya dengan kuat rasa kesal kepada biru sungguh membuat dia naik darah, dia tidak habis pikir dengan kelakuan biru yg cemburu tidak beralasan itu. Dia pikir dia siapa coba yg bisa melarang nya untuk tidak berteman dengan nathan, padahal dia hanya ingin memperbanyak teman tanpa melibatkan perasaan, toh jika nathan menyukai dia seperti yg dikatakan biru itu langit sama sekali tidak peduli, bahkan kalau disuruh memilih langit tidak akan melibatkan perasaan apapun kepada orang lain, karena duka serta luka di masa lalu mengajarkan langit untuk tidak percaya lagi dengan namanya cinta, namun bagaimana dia tidak tahu takdir apa yg akan membawa nya nanti.

Keluar dari kantor dengan perasaan kesal langsung berlari kecil saat sudah melihat mobil nathan yg berhenti didepan kantor nya, langit mencoba tersenyum menyapa nathan yg tersenyum padanya. Lekas dia masuk mobil nathan tanpa dia tahu kalau biru menatapnya dari jauh dengan perasaan cemburu.

"Maaf ya lama" ucap langit tidak enak hati.

"Gapapa, aku juga baru tiba kok. Ini kita mau makan siang dulu atau mau jemput biru disekolah nya."

"Kita makan siang aja biru udah dijemput oleh aslan tadi."

Nathan pun mengangguk paham lekas dia menghidupkan mesin mobilnya dan melajukan meninggalkan area kantor biru, nathan sesekali melihat wajah langit yg tampak kesal namun nathan tidak berani bertanya.

"Kita makan dimana? Hari ini kamu bebas ajak aku makan dimana."

Langit terkekeh "kenapa musti aku yg menentukan tempat, kan kamu yg ajak aku nathan."

"Agar kamu seneng sih soalnya wajah kamu kayak nahan kesal banget, aku gak tau apa yg kamu hadapi saat ini. Tapi, aku berharap kalau kamu gak kesel sama aku."

Langit menarik nafas sejenak "mungkin aku hanya capek aja."

Mungkin nathan bisa menebak kalau langit sedang kesal dengan kalandra, namun nathan juga tidak berniat ikut campur ataupun mengadu domba langit dengan biru, ingat rencana awal kalau dia akan bersaing secara sehat terserah biru mau setuju atau nggak.

Akhirnya mereka memutuskan makan siang disebuah restoran Korea yg ada di Jakarta, nathan memarkirkan mobilnya dengan aman barulah baik nathan maupun langit lekas melepaskan saltbelt nya. Nathan turun lebih dulu dan membukakan pintu buat langit, langit tersenyum dan tak lupa mengucapkan terima kasih.

Keduanya berjalan beriringan untuk masuk ke restoran tersebut, langit sangat ingin makan ramen yg ekstra pedas agar perasaan yg panas sedari tadi biar dia lampiaskan ke makanan. Sungguh perdebatan nya dengan biru membuat tenaga nya sedikit terkuras.

Nathan mendapatkan meja dan langsung menarik kursi buat langit, lagi dan lagi langit merasa tersentuh dengan kebaikan nathan. Tidak ada perasaan apapun atau getaran apapun terhadap nathan walaupun nathan memperlakukan nya dengan manis, hanya perasaan tersentuh karena nathan orang yg baik.

"Kamu pesen aja apa yg kamu inginkan" kata nathan membuat langit mengangguk.

"Aku pesen ramen aja deh sama minuman soju" ucap langit membuat nathan tercengang.

"Kamu serius minum soju? Langit ini masih siang dan kamu mau mabuk kah?"

Langit tertawa "soju yg gak ada kadar alkoholnya atau yg kadar alkoholnya rendah, lagian aku masih waras nathan mana mungkin jam kerja begini aku mabuk. Bisa bisa aku yg dipecat sama bos aku."

Nathan pun meñggaruk kepalanya yg tidak gatal, bener apa kata langit kalau dia mabuk bisa bisa biru akan mengamuk. Gak kebayang kalau langit dimarahi disaat dia tidak berada di dekat lelaki manis tersebut.

"Oke, aku pesenkan dulu ya."

Nathan segera memanggil pelayan dan pelayan pun datang, nathan mengucapkan apa yg hendak mereka pesan lalu pelayan itu menuliskan. Setelah benar pesanan mereka tersebut pelayan itu lekas pergi untuk mempersiapkan makanan yg mereka pesan.

Langit Biru ( kisah yg belum usai ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang