Bab 12.

337 76 10
                                    

Aslan tidak mengerti kenapa kakak nya hanya diam saja usai dia bercerita tentang pertemuan singkat nya dengan kalandra, atau lebih tepatnya pertemuan antara biru besar dan biru kecil di sebuah minimarket. Aslan juga tidak melihat ekspresi sang kakak yg bagaimana hanya dia bisa melihat jika langit begitu tenang sehingga Aslan bingung harus menanggapi ekspresi langit yg sekarang dia lihat.

"Kak lo jangan diam aja dong" ujar Aslan sambil menggoyang lengan langit.

"Terus gue harus apa, marah gitu. Kayak nya marah juga percuma toh biru emang anaknya kan. Walaupun dia gak tau biru sendiri itu anaknya atau nggak."

"Dia mana mungkin gak tau kalau tuh bocah darah daging nya orang mereka mirip banget, lo cuman dapat hikmah nya doang."

"Mungkin karena dulu gue benci banget sama dia pas hamil biru jadinya mirip tuh muka biru sama dia."

Aslan mengiyakan bahkan waktu kakak nya ketahuan hamil dan mendapati kalandra tidak bertanggung jawab, sang kakak langsung pergi ke Jogja tanpa tujuan yg pasti. Beruntung waktu itu studi langit sudah selesai dan tidak perlu melanjutkan kembali, hal hasil dia bisa mencari pekerjaan yg layak saat ini.

"Terus tindakan lo gimana?" Tanya Aslan masih penasaran dengan respon sang kakak.

"Gak gimana-mana ntar juga ketemu, sejauh apa gue tutupi juga bakalan terungkap. Namun biar aja dia nebak biru itu anaknya atau bukan setelah pertemuan mereka tadi."

"Iya sih, btw. Kok lo udah rapi aja sih?"

"Tadi gue habis masak terus mandi dan sekarang mau pergi, ada janji sama seseorang."

"Janji? Janji sama siapa?" Bukan Aslan yg bertanya tapi marven yg baru keluar dari kamar biru.

"Udah nyenyak tidur biru?" bukan nya menjawab pertanyaan marven, langit justru bertanya kembali.

"Udah. Tuh anak kayak nya capek banget deh habis main sama aslan."

"Baterai tuh anak memang power banget sih, gue aja kadang nyerah jaga nya gak bisa diem" sahut Aslan.

"Lo belum jawab pertanyaan gue langit, lo ada janji sama siapa."

"Hm, gue ada janji sama Richard tadi waktu lo berdua pergi gue hubungi dia tanya soal kerjaan."

"Oh, jadi beneran lo yg bakalan gantiin dia."

"Ya gitu deh. Sebelum gue masuk kantor besok gue mau tanya soal apa aja yg dia kerjakan selama menjadi asisten pribadi, kan gak lucu kalau nanti gue gak tau sistem kerjanya, walaupun memang kenyataan gue gak tau sih."

Aslan dan marven paham akan hal itu, langit juga tidak menceritakan yg bagian ternyata Richard dan dia bekerja dalam naungan perusahaan biru. Langit tidak mau baik marven dan Aslan nantinya tidak setuju jika dia bekerja dengan kalandra biru, walaupun sebenarnya langit agak ragu namun entah kenapa dia tidak mau terus bersembunyi dalam bayangan masa lalu, makanya dia akan hadapi jika besok harus bertemu biru untuk pertama kali setelah lima tahun.

"Yaudah deh gue berangkat sekarang, marven kalau lo mau pulang makan dulu gue udah masak. Dan lo Aslan jagain biru kalau dia bangun jangan lupa hubungi gue."

"Oke, aman."

"Gue makan dulu deh habis itu cabut soalnya masih ada beberapa pekerjaan. Lo gak masalah kan pergi sendiri?"

"Gak masalah kok, aman."

Langit mengambil tasnya lalu dia berangkat setelah berpamitan dengan Aslan dan marven, tujuan nya ada NK bakery yg mana itu toko roti kekasih dari Richard. Tadi Richard mengatakan akan bertemu di toko roti milik sang kekasih nya, langit tidak masalah dimana saja yg penting dia akan bertemu dan membahas soal pekerjaan yg nantinya dia akan menjadi asisten pribadi dari sang mantan kekasih.

Langit pun langsung membuka pintu mobilnya dan langsung duduk di kursi pengemudi, dia menarik nafas dan langsung membuang nya. Sebenernya dia merasa gugup makanya untuk membuang rasa gugup dia melakukan hal semacam itu.

"Oke langit rileks, lo cuman ketemuan sama Richard bukan sama kalandra. Karena besok lo harus menghadapi raja badai yg sesungguhnya."




****

Richard masih setia menunggu kedatangan langit yg sudah berada dalam perjalanan saat dia mengirimkan pesan singkat beberapa saat lalu, jangan ditanya perasaan Richard bagaimana yg jelas dia sungguh amat penasaran dengan tampilan baru langit, bahkan dia masih merasa ini sebuah mimpi akan bertemu dengan langit yg mana mantan dari sang sahabat sekaligus langit yg sudah dia anggap adik sendiri dulu.

Waktu bergulir begitu cepat hingga lonceng pintu toko roti lekas membuat dia membalikan badan, Richard melihat ada orang datang dan langsung bisa menebak jika itu adalah langit. Wajah langit masih seperti dulu hanya saja disaat masa sekarang dia sudah menjadi langit yg dewasa, tanpa terasa Richard meneteskan airmata melihat langit yg tampak baik-baik saja.

"Kak Richard" sapa langit dengan ramah.

"Langit. Ini beneran lo langit."

Langit hanya tersenyum dan mengangguk mengiyakan kalau ini dirinya, Richard lekas memeluk langit tanpa sadar karena dia sungguh merindukan adik kecilnya yg dulu diperlakukan sebagai raja oleh biru. Akan tetapi dihempaskan seperti sampah oleh orang yg sama.

"Gue gak nyangka bakalan ketemu lo lagi disini, duduk dulu dan pesen ntar gue yg bakalan bayar."

Langit tertawa singkat dan langsung duduk didepan Richard, Richard tidak berubah sama sekali dia masih seperti orang yg dulu. Namun tampilan nya tambah dewasa membuat langit kagum kepada Richard yg sudah dia anggap kakak sendiri dulu.

"Lo kemana aja langit gue masih cari lo dulu, sejak lo putus sama biru sejak saat itu lo blokir nomor gue. Sosmed gue juga lo blokir, padahal saat itu gue gak ada salah sama lo."

"Maaf ya kak, gue hanya menenangkan diri. Gue juga ada di jogja selama lima tahun terakhir. Dan yg pasti gue gak tau kalau perusahaan cabang yg ada di jogja itu milik kalandra group."

"Iya gue paham, gak usah bahas orang bodoh itu lagi. Gue senang banget lihat lo masih sehat begini, gue masih gak nyangka kalau yg bakalan gantiin gue itu lo langit."

"Gue juga gak nyangka. Tapi kenapa lo pengen out kak. Disaat kerjaan lo bagus menurut gue."

"Gue bakalan menikah langit dan gue bakalan mencoba bisnis lain, bisnis gue sendiri. Udah cukup gue temenin tuh bocah gumoh juga kalau sama-sama dia."

Langit tidak kuasa menahan tawa nya karena dia tahu siapa yg dimaksud oleh Richard, karena setahu dia pertemanan antara biru dan Richard sudah seperti saudara yg sangat erat.

"Gue mau tanya sama lo? Lo beneran mau kerjasama dengan biru gantiin gue."

"Ya mau gimana lagi, kak. Gue butuh makan buat biaya hidup kan. Adek gue juga masih kuliah dia dan butuh biaya, mau tidak mau kan harus terima."

"Hm, iya sih."

Tidak ada lanjutkan obrolan Richard langsung mengambil ipad nya dan menunjukan cara kerja dia selama ini, nanti langit bisa mempelajari sedikit demi sedikit.

"Ini nanti gue bakalan kirim jadwal biru sama lo, dan ini apa aja yg musti lo lakuin. Biasanya kalau dia pulang ke apartemen nya lo bakalan disuruh buat kesana buat siapkan keperluan kantor dia, tapi kalau dia pulang kerumah utama lo gak wajib buat ikut dia. Dan ini juga jadwal keluar negeri atau keluar kota, dan beberapa disini yg nanti lo bisa pelajari."

Langit mengangguk paham bahkan hal semacam ini juga sangat mudah buatnya, namun hal tersulit adalah dia harus bertatap muka setiap hari dengan orang yg dia benci selama lima tahun terakhir ini.



















- LANGIT BIRU -

Langit Biru ( kisah yg belum usai ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang