Derap langkah kaki terdengar membuat aslan dan biru menoleh kearah suara tersebut, ternyata langit yg kembali turun kebawah dengan pakaian tidur satin celana pendek membuat paha putih nya terekspos begitu indah. Biru yg mendapati langit berpakaian seperti itu hanya meneguk ludahnya kasar, sudah lama dia tidak melihat langit berpenampilan sexy, aslan melihat biru yg tidak berkedip melihat sang kakak hanya tersenyum jahil.
"Kedip mas" tegur aslan membuat biru tersentak.
"Belum pulang juga" ujar langit kepada biru yg berjalan semakin dekat.
"Kayak nya aku nginep aja deh disini soalnya gak kuat bawa mobil capek banget."
"Mau tidur dimana, disini kamar cuman dua tau sementara aslan aja tidur dengan biru."
"Tidur sama lo aja kak" celetuk aslan membuat mata langit melotot.
"Lo mau gue pukul atau gimana, dek."
Aslan hanya cengengesan saja begitu hiburan melihat langit yg kesal, sudah biasa bagi aslan membuat kakak nya kesal dan itu suatu hiburan buat dia.
"Kayak nya gue ke kamar aja deh soalnya besok kuliah pagi" kata aslan sambil mengambil ponsel dan langsung berlalu meninggalkan biru dan langit.
Kedua tampak canggung satu sama lain, langit bingung harus bicara apa kepada biru. Sedangkan biru masih menatap langit dengan tatapan dalam dan sulit diartikan.
"Itu baju gak ada yg lain apa, harus banget pake didepan aku" kata biru membuat langit bingung.
"Apa? Orang aku biasa pake pakaian begini."
"Setidaknya hargai aku lah, lang. Kalau aku khilaf kita buat adek untuk biru gimana."
"Tahan aja sih. Dulu juga aku telanjang di depan kamu."
Biru menggigit pipi dalamnya merasa gemas mendengar ucapan frontal dari mulut langit, mungkin kalau bukan karena status mereka sekarang dia akan menerjang langit memberikan ciuman panas dan berakhir di ranjang, namun gimana pun mereka sudah tidak memiliki hubungan apapun maka sekuat tenaga biru akan menahan nya walaupun sebenarnya dia tidak tahan.
"Mau kopi" tawar langit membuat biru mengangguk.
"Kopi seperti biasa yg gula nya dikit."
"Nanti kalau gak manis jangan salahi aku ya."
"Kalau gak manis bisa liat wajah kamu dijamin kopi nya jadi manis."
Langit mendengus saja mendengar gombalan biru, lantas dia pun membuatkan satu gelas kopi hitam dan juga teh tanpa gula buat dirinya. Dirasa telah siap dia membawa kedua gelas itu keruang tamu dan meletakan nya diatas meja. Biru mengikuti langkah kaki langit lalu duduk di sofa.
"Kamu masih suka ngeteh tanpa gula?" Tanya biru yg melihat langit sedang menyesap teh nya.
"Hm, rasanya enak tanpa gula dan bebas diabetes juga kan."
"Aku baru sadar kalau kamu tidak makan yg manis seperti es krim, kamu lebih cenderung suka yg pait sekarang."
"Karena yg manis sudah bosan jadi mencoba hal pait siapa tau kembali ke manis."
Biru sungguh tidak mengerti makna dari ucapan langit, dia tahu kalau langit berucap kata kiasan namun tetap saja biru susah ditebak nya.
"Habis minum langsung pulang."
"Ngusir?"
"Iyalah. Kamu lupa apa ini dirumah siapa aku tidak mau terjadi yg aneh dan membuat tetangga salah paham."
"Kalau salah paham palingan aku dipaksa nikahi kamu."
Langit memukul paha biru dengan keras membuat biru meringis kesakitan.
"Tenaga kamu kayak kuda padahal badan kecil banget ini."
"Mau aku pukul lagi?"
"Heheh, nggak."
Keduanya kini menikmati minuman masing masing tanpa suara lagi, keduanya hening dengan sibuk pemikiran masing masing. Baik biru dan langit mungkin sama sama sedang memikirkan kedepan nya, memikirkan tentang biru dan juga tentang hubungan keduanya.
*****
Pagi harinya dirumah mahendra ketiga anggota keluarga itu sedang menikmati sarapan namun tetap saling bicara, tadi malam usai memastikan jika langit sudah tertidur pulas maka biru pun pamit pulang. Mungkin lelaki yg dia cintai itu bakalan kecarian karena biru tidak tega buat membangunkan dirinya.
"Papa sudah membatalkan perjodohan kamu dengan anastasia" ungkap mahendra membuat biru terkejut.
"Kenapa dibatalkan? Bukannya papa sendiri yg ingin saya menikah dengan anastasia untuk memperluas bisnis papa."
"Setelah papa pikir lagi sepertinya papa tidak ingin memaksa kehendak papa dan keinginan kamu, maka papa dan mama memutuskan itu semua."
"Bukan karena hal lain kan yg membuat papa membatalkan rencana perjodohan aku dengan anastasia."
Mahendra tertawa singkat "tentu ada. Kalau tidak mana mungkin papa mengambil keputusan ini."
Biru menatap datar ke arah sang papa, dia sudah bisa menebak kalau papanya punya maksud lain, biru bahkan tidak mengerti kenapa sang papa begitu licik memperlakukan dirinya hanya untuk keuntungan mahendra semata.
"Kabar langit gimana, ru? Mama dengar dia kerja sebagai asisten pribadi kamu menggantikan Richard" ucap Miranti.
"Kenapa mama tiba tiba tanya langit? Jangan bilang kalian mencari tau tentang lain selama ini."
"Hm, papa yg mencari tau semuanya dan papa juga tau kalau langit mempunyai anak yaitu darah kamu kan."
"Bagus deh kalau papa sudah tau, berarti saya tidak usah menjelaskan panjang lebar."
"Kamu harus tanggung jawab dan nikahi langit, ru" desak sang mama.
"Ini juga lagi berusaha ngejar langit lagi, mah."
"Kamu harus bisa dapatkan langit loh, ru. Bagaimana pun dia telah melahirkan anak kamu dan kamu harus bertanggung jawab atas mereka."
"Ya, mah. Tapi saya heran aja kenapa kalian desak saya buat menikahi langit. Selama ini kalian tidak pernah suka waktu saya menjalin hubungan dengan langit, dan sekarang kalian malah desak saya begini."
"Kalau itu papa dan mama minta maaf sama kalian, terutama sama langit. Papa dan mama ingin bertemu dengan langit dan juga anak kalian yg mana cucu papa dan mama."
"Apa yg dikatakan papa kamu benar biru, tolong atur waktu pertemuan dengan langit ya. Mama mohon."
"Hm, nanti saya akan coba bicarakan dengan langit apa dia mau atau nggak. Tapi, satu jawab pertanyaan saya kenapa kalian ingin saya menikahi anastasia dengan perjodohan bodoh seperti ini dulu."
"Karena mama dan papa ingin kamu punya anak, mama dan papa mau punya cucu karena bosen jika harus menghabiskan waktu berdua. Kalau ada cucu kan otomatis rumah ini bakalan ramai sekali."
Biru pun mengangguk paham kalau tau dari awal begini kenapa juga dia harus pergi meninggalkan langit, harusnya dulu dia mengatakan kalau dia menghamili langit dimasa lalu mungkin kisah cinta dia dengan langit tidak akan setragis ini, atau paling tidak dia tidak berusaha buat mengejar langit lagi.
"Hm, yaudah deh. Kalau gitu saya mau berangkat ke kantor."
"Kamu hati hati, jangan lupa bilang sama langit kalau papa dan mama mau ketemu."
"Iya jangan lupa. Papa mau lihat cucu papa."
Biru hanya mengangguk singkat saja lalu dia mengambil tas kerja nya, dan keluar dari rumah mewah itu. Sekarang adalah tujuan nya ke tempat langit di bakalan jemput langit sekaligus mengantarkan biru ke sekolah, senyum lebar terpatri di bibir biru pagi ini.
- LANGIT BIRU -
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Biru ( kisah yg belum usai )
FanficSejak kepergian dan perpisahan nya dengan biru membuat hidup langit kian hancur dalam 5 tahun terakhir, namun disaat dia sudah sedikit melupakan biru entah bagaimana takdir bekerja ternyata dia harus di pertemukan dengan sang mantan yg mana dia haru...