Bab XXXVII

90 9 0
                                    

Pukul 12.16

"Ini nyonya, dari tuan harland. Katanya tadi beliau ingin memberikan nya langsung kepada anda, tapi tiba-tiba saja beliau ada urusan mendadak yang tidak bisa di tunda," ujar deno memberikan sebuket bunga mawar merah yang lumayan besar kepada amera. Wanita itu seketika heran dengan perilaku cesar yang mendadak begitu perhatian pada nya, bahkan sampai mengirimkan buket bunga untuk nya.

"Terima kasih ya."

Pria itu membungkuk, kemudian gontai pergi meninggalkan amera yang masih berdiri di tempatnya.

Demi tuhan, rasa nya ada sesuatu yang terbang di perut amera, sungguh menggelikan tapi ia juga begitu senang. Ia cium bau bunga mawar tersebut hingga wangi nya menembus indra pencium nya.

"Dari siapa?" Goda alessa menyikuti amera dengan gelak tawa nya. Bersedekap, lalu ia perhatikan buket bunga yang di peluk oleh amera dengan ukurannya yang lumayan besar bahkan mengalahkan buket bunga yang arnold berikan pada nya beberapa bulan yang lalu. Ia perhatikan juga amera yang tampak nya tersipu malu untuk menjawab pertanyaan alessa.

"Hei, kenapa kau jadi malu-malu begitu?" Goda alessa sekali lagi, kemudian amera melenggang pergi melewati alessa dengan rona pipinya yang memerah.

"Hei, katakan dulu dari siapa," Teriak alessa mengikuti langkah amera di belakang, baru kali ini dia melihat wanita itu seperti hari itu lagi setelah nolan meninggalkan nya beberapa tahun yang lalu. Wanita itu seperti sedang jatuh cinta lagi.

Amera membuka pintu ruangan nya dan meletakkan buket bunga tersebut ke atas nakas dengan penuh hati-hati seakan-akan ia adalah benda rapuh yang bisa hancur kapan pun.

"Memang nya aku harus beritahukan nya pada mu?" Lagi, amera mencium wangi bunga tersebut yang seperti sudah memabukan bagi nya.

Wanita itu hanya memperhatikan amera di ambang pintu sambil bersedekap tangan. Dia bahkan tersenyum sendiri melihat tingkah laku amera yang tidak biasanya itu.

"Oh ayolah, kau jadi buat aku penasaran. Siapa yang mengirim kan buket bunga nya hingga membuat mu seperti ini, hm?" Gontai alessa menghampiri amera dan memegang kedua pundak amera dari belakang kemudian membalikkan tubuh amera hingga kedua nya berhadapan.

"Apa dia kekasih mu?" Tebak alessa membuat mata amera membulat sekaligus menahan senyuman nya.

"Kau mau tahu?" Tanya amera kemudian di susul anggukkan oleh alessa yang kini tengah berdiri di depan nya.

"Bunga itu dari cesar," tambah amera membuat alessa mengerut. Wajah nya berubah menjadi murung dan kemudian ia melepaskan kedua tangannya dari bahu amera.

Sedangkan amera merasa heran dengan perubahan mimik alessa, tiba-tiba saja ia jadi menunjukkan rasa tidak suka.

"Kenapa kau pasang raut wajah seperti itu?" Tanya amera heran hingga kepalanya agak memiring menatap alessa.

"Aneh saja dia tiba-tiba mengirim mu buket bunga, emang nya ada hal khusus apa sampai dia seperti itu."

Tentu alessa masih merasa tidak suka dengan cesar, bagaimana tidak? Pria keparat itu sudah berselingkuh dari sahabat nya sendiri. Bagi alessa, sikap cesar itu tidak bisa di benarkan ataupun di maafkan. Walaupun alessa dulu menganggap cesar adalah kriteria pria baik dan mapan namun rasa itu sudah ia buang jauh-jauh.

"Tidak ada yang spesial." amera berkata seraya berbalik kemudian ia duduki sofa tunggal di sana dengan satu kaki yang ia lipat. "Justru aku juga merasa aneh dengan sikap cesar akhir-akhir ini. Dia agak berubah setelah mengalami amnesia, bahkan yang mengejutkan nya dia bilang bahwa dia mencintai ku."

Spontan alessa terkejut, mulut nya bahkan sampai mau ternganga mendengar penjelasan amera. Bukan nya mengapa, namun apakah pria itu benar-benar mengatakan itu dengan jujur dan apakah amera juga menyukai nya? Penuh pertanyaan dalam benak alessa sampai otak nya tak bisa lagi berpikir.

his farewell attemptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang