Di dalam kelas yang awalnya tenang, suasana tiba-tiba berubah riuh ketika ketua kelas mengumumkan adanya ulangan harian dadakan.
"gue dengar bu leni mau ngasih ulangan harian sebentar" ucap sang ketua kelas dengan santai
"Sekarang?!" tanya salah satu siswa dan dibalas anggukan oleh sang ketua kelas
Sontak seisi kelas langsung bereaksi, wajah panik mulai terlihat di mana-mana, beberapa langsung mengambil buku catatan dan sibuk membolak-balik halaman, berusaha mencari materi yang relevan.
Beberapa siswa mulai mengeluh dengan suara keras, merutuki waktu yang mepet. Ada juga yang berdiri dan menghampiri teman-temannya, bertanya-tanya materi apa saja yang mungkin keluar.
Kursi berderak, kertas-kertas dicorat-coret dengan cepat, dan suara bisikan mulai memenuhi ruangan. Beberapa yang lebih tenang hanya menghela napas sambil menutup mata, mencoba meredakan rasa cemas.
Di pojok kelas, sekelompok siswa yang dikenal sebagai geng nakal duduk dengan santai, tak tampak panik seperti siswa lain saat mendengar pengumuman ulangan harian dadakan.
"ulangan, sekarang? serius?" ucap floyd tak percaya
"iya ege, lo gak dengar apa yang di bilang sama ketua kelas" jawab kenzo
"anjirlah, bu leni kok dadakan sih, kenapa gak ngeinfoin dari kemarin coba" kesal floy
"santai, paling juga soal-soal gampang," jawab nata dengan santai sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi.
"yaelah, kalau susah, tinggal lihat punya louis aja" ucap kenzo sambil tertawa kecil
"oh iya yah, gue kan punya teman pintar" ucap floyd dengan wajah berubah cerah, ia langsung merangkul louis
"bagi jawaban yah lou" pinta floyd dengan senyum manisnya
"santai, aman kok"
Floyd memeluk temannya itu "lo yang terbaik emang"
"helehh, kalau ada maunya aja sok manis" cibir taka
"dih, napa emang nya" sinis floyd
Percakapan mereka bercampur dengan suara gelisah siswa lain, tapi di tengah hiruk-pikuk itu, geng nakal ini tampak tak terganggu, berbincang santai seakan ulangan bukan sesuatu yang patut dikhawatirkan.
Ketika guru yang terkenal killer itu memasuki kelas dengan setumpuk lembar ulangan di tangan, suasana kelas yang tadinya kacau mendadak sunyi.
Suara bisik-bisik panik langsung mereda, dan setiap siswa duduk tegak dengan wajah serius. Sebagian siswa, yang sebelumnya terlihat sibuk membolak-balik catatan, kini hanya bisa menatap kosong ke depan, bersiap menerima nasib mereka.
Guru mulai membagikan lembar soal satu per satu. Suara lembaran kertas yang diletakkan di meja terdengar jelas, membuat detak jantung beberapa siswa terasa semakin cepat.
Tidak ada lagi gelak tawa atau canda, hanya tatapan fokus dan sedikit cemas dari masing-masing siswa. Suara pena yang disiapkan, kursi yang bergeser pelan, dan helaan napas dalam yang tertahan menjadi tanda ketegangan di seluruh ruangan.
"Mulai sekarang. Waktu kalian hanya 30 menit," kata guru dengan nada tegas, dan seketika semua tangan bergerak menuliskan nama di lembar jawaban.
Wajah-wajah yang tadinya ceria kini berubah serius, mata mereka terpaku pada soal-soal di depan. Suara pensil dan pulpen yang beradu dengan kertas menjadi satu-satunya suara di ruangan. Beberapa siswa terlihat mengerutkan dahi, berusaha mengingat materi yang mereka pelajari seadanya.
Semua tampak begitu serius, tenggelam dalam usaha mereka untuk menyelesaikan ulangan dadakan ini, seolah tidak ada ruang lagi untuk bercanda.
Suasana kelas yang tadinya penuh suara kini berubah menjadi hening penuh ketegangan, masing-masing sibuk dengan pikirannya, seolah waktu terus berjalan semakin cepat.
![](https://img.wattpad.com/cover/380823616-288-k271280.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby, Nerd Boy [End]
Teen FictionDi Coral Coast High School, Nata dikenal sebagai pria manis yang selalu mencuri perhatian. Dengan gaya bebasnya, dia selalu melawan arus, tidak peduli pandangan orang lain. Hidupnya penuh warna, cerita, dan petualangan yang terkadang mengundang masa...