Chapter 16

288 22 2
                                    

Senja mulai menyelimuti langit, memperlambat ritme alam dengan cahaya jingga keemasan yang memudar perlahan di cakrawala.

Nata menghela napas panjang, merasakan sedikit rasa lega setelah sepanjang hari terbaring karena demam.

Tubuhnya terasa lebih ringan sekarang, meskipun masih lemas dan sesekali dilanda pusing. Hari yang panjang dan momen-momen melelahkan perlahan terganti oleh ketenangan sore yang menyelimuti kamarnya.

Archen, sedang keluar sejak tadi untuk membeli bahan masakan di supermarket. Tanpa sosok laki-laki berkacamata itu di dekatnya, kamar terasa lebih sunyi, hanya suara detak jam yang terdengar samar, menemani kesendiriannya.

Angin sore yang lembut berhembus pelan melalui celah jendela, membawa aroma khas senja yang menenangkan.

Nata menatap langit di luar, menyaksikan perubahan warna yang penuh makna, dari terang menuju gelap, seolah mencerminkan suasana hatinya yang mulai tenang setelah badai kecil dalam hidupnya.

Pikirannya masih mengingat pertengkaran dengan ayahnya semalam. Saat itu, amarah yang menggelegak membuatnya merasa tidak tahan lagi, dan ia memutuskan untuk mematikan ponsel dan menutup diri dari dunia luar.

Sakit kepala dan lelah emosi yang datang setelahnya seakan menghantam, membuatnya tidak bisa melakukan apapun selain meringkuk di tempat tidur.

Tetapi kini, dengan hati yang mulai mereda dan tubuh yang sedikit demi sedikit pulih, nata merasa cukup siap untuk menghadapi kenyataan yang ia tinggalkan semalam.

Ia meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas, merasakan dinginnya permukaan ponsel yang sudah ia abaikan selama hampir sehari. Saat layar menyala, matanya langsung disambut dengan rentetan notifikasi, pesan-pesan dari teman-temannya yang memenuhi layar.

Notifikasi pesan grup gengnya berderet, disertai puluhan panggilan tak terjawab. Satu per satu pesan mereka membuka cerita tersendiri, ada yang bertanya tentang keadaannya, ada juga yang mengirimkan pesan panjang penuh kekhawatiran dan perhatian.

Nata membaca satu per satu, perlahan-lahan, menyerap setiap kata yang teman-temannya tinggalkan.

The Crimson Wolves

Kenzo

"Nat, lo dimana? Kok belum datang?

Floyd

"Nat, oiii bu ketuaa"

Louis

"huss, bkn bu ketua tau, tapi pak ketua, kena marah lo nnti ama nata"

Taka

"Nat, kelas dah mau mulai nih"

Louis

"hello Nat, lo baik" aja kan?"

Taka

"Nat, lo beneran sakit? Tadi dengar dari ketua kelas"

Floyd

"kok lo gak ngabarin kita sih Nat kalau lo sakit"

Kenzo

"lo dimana sekarang Nat? Ada yang jagain gak?

Taka

"udah makan belum? minum obatnya jangan lupa ya. pokoknya istirahat yang cukup, gue khawatir banget nih."

Louis

" Iya cepet sembuh ya, istirahat dulu yang banyak biar bisa nongkrong lagi bareng kita!"

My Baby, Nerd Boy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang