Chapter 11

281 25 2
                                    

Lahan kosong di belakang sekolah itu terasa sunyi dan terpencil, dikelilingi oleh semak-semak tinggi yang sedikit menghalangi pandangan dari arah gedung sekolah.

Tanahnya gersang, dengan beberapa bongkahan batu kecil dan ranting-ranting kering yang berserakan, menciptakan suasana sepi dan tegang yang sangat kontras dengan hiruk-pikuk sekolah yang tak jauh dari situ.

Di tengah lahan itu, geng the onyx sec berdiri melingkari seorang laki-laki berkacamata. Wajah laki-laki itu datar, sama sekali tidak menunjukkan rasa takut.

Sikapnya tenang, seakan-akan dia hanya sedang berdiri di tengah halaman sekolah biasa. Bahkan saat pemimpin geng tersebut melangkah maju dan menatapnya dengan pandangan yang penuh ancaman, laki-laki berkacamata itu tetap tak tergoyahkan.

Tatapan matanya tajam dan tenang, membuat geng tersebut sedikit gusar karena tak berhasil membuatnya gentar.

Jimmy melangkah maju, manatap archen penuh kebencian "lo tahu kenapa kita ada di sini, kan?"

Laki-laki berkacamata itu menatap tenang "Tentu saja. Aku tidak bodoh."

Jimmy berdecak "terus kenapa lo masih berani muncul? Lo pikir lo bisa kabur dari ini?"

Archen membetulkan kacamatanya lalu terkekeh sinis "Kabur? kenapa aku harus kabur? aku tidak takut pada kalian."

Leo menggeram kesal "Wow, lo percaya diri banget yah!"

Archen mengangkat bahunya seolah-olah tidak peduli sindiran dari leo "Aku hanya mengatakan yang sebenarnya."

Jimmy mendesak lebih dekat "lo nggak usah pura-pura berani. kita bisa ngehajar lo sekarang juga, dan gak ada yang bakal tahu."

"Kalau begitu, lakukanlah." Ucap archen dengan santai

Pemimpin Geng dan anggota lainnya saling bertukar pandang, tampak sedikit terkejut dengan sikap tenangnya.

Wily menggeram "Nggak usah sok berani lo. Kalau kita udah gerak lo juga gak bakal kuat"

"Kalian Cuma bisa mengancam. Kalau memang kalian mau, lakukan saja. Aku di sini." ucap archen santai masih dengan wajah datarnya

Jimmy menyeringai "Oke. Jangan sampai lo nyesal!"

Geng itu mulai melayangkan pukulan, namun ekspresi laki-laki berkacamata itu tidak berubah. Dia tetap menatap mereka dengan dingin, tanpa satu pun tanda sakit di wajahnya. ia tetap berdiri dengan wajah yang tidak berubahntanpa rasa sakit, takut, atau amarah.

Ketidakpeduliannya seolah mengabaikan keberadaan mereka, memberi kesan bahwa intimidasi yang mereka coba lakukan malah gagal.

Di tengah kejadian itu seorang siswa yang tanpa sengaja menyaksikan kejadian dari balik pohon langsung berlari dengan wajah panik ke arah gedung sekolah.

Dengan napas terengah-engah, ia mulai memberitahu teman-temannya tentang apa yang baru saja dilihatnya. Desas-desus cepat menyebar dari satu siswa ke siswa lain, seperti api yang menjalar. Kabar tersebut segera menyebar ke setiap sudut sekolah, di lorong, di ruang kelas, bahkan di kantin.

Setiap orang berbicara dengan nada bisik-bisik penuh ketegangan, dan suasana sekolah langsung berubah menjadi gempar. Banyak yang penasaran dan ingin melihat langsung, namun tak seorang pun berani mendekati lahan kosong di belakang sekolah, apalagi setelah tahu bahwa geng the onyx sec itu sedang ada di sana.

Siswa-siswa yang mendengar cerita tersebut memandang ke arah jendela belakang sekolah dengan tatapan ingin tahu, namun tak seorang pun berani mendekat.

Lahan kosong itu terasa seperti wilayah tak tersentuh, memancarkan aura yang membuat mereka semua merasa seakan ada sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang tak mereka pahami.

My Baby, Nerd Boy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang