Keesokan harinya, nata kembali bersiap untuk sekolah, kini ia merasa lebih baik dan bersemangat untuk kembali. Namun, karena terburu-buru, ia tidak punya cukup waktu untuk kembali ke apartemennya mengambil seragam sendiri.
Sebagai gantinya, ia mengenakan seragam milik archen yang sedikit longgar di tubuhnya, tapi cukup nyaman dan rapi. Ia tersenyum kecil melihat pantulannya di cermin, merasa sedikit berbeda dengan seragam srchen yang biasanya ia lihat dikenakan oleh laki-laki itu.
Ketika mereka siap berangkat, nata menoleh ke arah archen yang sedang menenteng ranselnya "Eh, gimana kalau kita pakai motor gue aja? gue yang bawa" tawarnya sambil mengangkat kunci motor. Namun, Archen menatapnya dengan tenang, lalu menggeleng pelan.
"Enggak, aku saja yang bawa" jawab Archen dengan nada yang tenang namun tegas.
Nata terdiam sejenak, merasa ragu. Ia memang belum pernah melihat archen mengendarai motor selama ini, archen hanya mengandalkan sepeda sebagai transportasinya.
Baginya, sulit membayangkan archen, yang tampak begitu tenang dan selalu mengayuh sepeda dengan santai, kini harus mengendarai motor sport miliknya yang bertenaga.
Meski begitu, melihat ekspresi yakin di wajah Archen, ia akhirnya mengalah. "Oke deh, terserah lo."
Archen tersenyum tipis, lalu mengambil kunci dari tangan nata dan memasang helmnya. Nata pun duduk di belakangnya, memasang helm dan bersiap.
Ketika mesin motor mulai dinyalakan, suara raungan mesin motor sport miliknya memenuhi udara pagi yang masih sejuk.
Dengan lancar, Archen meluncur keluar dari halaman rumah, membawa motor dengan gaya mengemudi yang tak disangka-sangka.
Nata sempat terkejut, tetapi ia tidak bisa menahan senyum kecil yang muncul di balik helmnya. Ternyata, archen mengemudikan motor sportnya dengan kepercayaan diri dan keahlian yang tak terduga.
Motor melaju mulus di jalan, melewati kendaraan lain dengan gesit, namun tetap dalam kendali penuh. Nata diam-diam merasa kagum dan sedikit terhibur dengan fakta bahwa laki-laki itu memiliki kemampuan mengemudi motor yang tidak pernah ia ketahui sebelumnya.
Mereka melaju melewati jalan-jalan kota yang mulai ramai, namun nata merasa nyaman di belakang archen, merasakan semilir angin pagi yang menyegarkan dan cahaya matahari lembut yang memantul di jalanan.
Ia melihat beberapa pejalan kaki yang sempat memandang mereka, mungkin karena motor mereka mencolok, atau mungkin karena archen dan nata yang tampak tidak biasa berangkat bersama seperti ini.
Ketika mereka akhirnya tiba di gerbang sekolah elit itu, kedatangan nata dan archen di gerbang sekolah langsung menarik perhatian banyak siswa.
Sebagai salah satu siswa paling populer, nata terkenal dengan karismanya dan kehebatan nya kebersamaannya dengan geng yang selalu membuatnya tampak menonjol.
Sementara itu, archen, yang lebih dikenal sebagai sosok pendiam dan kutu buku, biasanya tidak begitu terlihat di tengah siswa lainnya.
Ketika mereka tiba bersama terutama dengan archen yang mengendarai motor sport nata, pemandangan ini segera membuat para siswa di sekitar mereka terpaku.
Beberapa berbisik pelan di antara mereka, tidak menyangka melihat keduanya berangkat bersama. Tak jarang ada yang berhenti sejenak, menatap nata yang biasanya hadir dengan gengnya, kini turun dari motor yang dikendarai oleh sosok 'nerd' seperti archen.
"Eh, itu nata gak sih? kok dia bareng sama si nerd itu?" bisik salah satu siswa, matanya membulat heran.
"Iya, nggak salah lagi... tapi kok bisa mereka barengan?" teman di sebelahnya menimpali, jelas takjub.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby, Nerd Boy [End]
Teen FictionDi Coral Coast High School, Nata dikenal sebagai pria manis yang selalu mencuri perhatian. Dengan gaya bebasnya, dia selalu melawan arus, tidak peduli pandangan orang lain. Hidupnya penuh warna, cerita, dan petualangan yang terkadang mengundang masa...