Chapter 7

1.7K 107 3
                                        

Lapangan sepak bola sekolah elite itu berubah menjadi pusat perhatian dengan latihan geng The Dark Shadows yang menarik banyak perhatian siswa-siswa.

Rumput hijau yang terawat tampak segar di bawah cahaya matahari sore, memantulkan sinar yang membuat suasana lapangan terlihat sempurna. Angin sepoi-sepoi meniup bendera sekolah yang berkibar di dekat lapangan, menambah kesan istimewa pada momen itu.

Di tengah lapangan, geng The Dark Shadows bergerak penuh energi, mereka melakukan passing cepat, dribble yang lincah, dan beberapa kali latihan tendangan jarak jauh yang membuat bola meluncur keras ke arah gawang.

Setiap gerakan dilakukan dengan penuh ketenangan, memperlihatkan pengalaman dan kekompakan mereka yang sudah terbentuk kuat.

Di pinggir lapangan, para penggemar berkumpul dalam kelompok besar, berdiri atau duduk di rumput sambil bertepuk tangan dan bersorak tiap kali pemain melakukan gerakan impresif.

Beberapa dari mereka membawa bendera kecil atau poster dengan wajah para pemain, sementara yang lain sibuk merekam video untuk diunggah di media sosial. Sorak-sorai penggemar yang riuh terdengar membahana, memberi semangat tambahan pada geng itu.

Sesekali terdengar canda tawa di antara para pemain di tengah latihan, tapi fokus mereka tetap terjaga. Pelatih berteriak memberikan instruksi dari pinggir lapangan, dan setiap aba-aba langsung disambut dengan keseriusan.

Suasana latihan ini benar-benar seperti pertandingan sungguhan, di mana setiap sentuhan bola diiringi antusiasme para penggemar yang tak sabar melihat aksi terbaik geng terkenal ini.

Saat latihan tengah berlangsung intens, tiba-tiba bola hasil tendangan keras melambung tinggi, tak terduga keluar dari arah lapangan dan meluncur ke pinggir.

Nata yang kebetulan sedang melintas bersama teman-temannya tak sempat menyadari, dan tiba-tiba, "Buk!" bola itu mengenai bahu salah satu dari mereka.

Sontak semua orang terdiam sesaat, menahan napas. Floyd yang terkena bola terhuyung, wajahnya bingung seolah bertanya-tanya apa yang baru saja terjadi. Teman-temannya menahan tawa sambil memastikan dia baik-baik saja.

Floyd yang terkena bola itu, masih dalam keadaan terkejut, langsung berbalik dan menatap tajam ke arah lapangan.

Salah satu pemain yang menjadi "pelaku" tendangan itu, merasa bertanggung jawab, berjalan mendekat untuk meminta maaf.

Namun, ketika floyd melihatnya mendekat, alih-alih mereda, ia malah meluapkan kekesalannya.

"lo gak liat kita lewat?" kata floyd dengan nada agak keras, matanya menyipit marah.

Gema yang tadi menendang bola mengangkat kedua tangannya, mencoba bersikap tenang, meski raut wajahnya mulai menunjukkan ketidaksabaran.

"Ini lapangan, bro. kita lagi latihan di sini. lo yang harus hati-hati," jawabnya dengan nada yang sedikit defensif.

Keduanya saling bertukar pandang tajam, suasananya begitu tegang hingga bisa dirasakan oleh semua orang di sekitar. Teman-teman dari kedua pihak mulai mendekat.

Sorak-sorai penonton berubah menjadi bisikan penuh antisipasi, beberapa dari mereka langsung mengambil ponsel, bersiap merekam kejadian tersebut.

"Kalau lo lebih hati-hati, ini gak bakal terjadi!" seru floyd itu, suaranya semakin keras.

"Kalau lo nggak lewat sini juga nggak bakal ada masalah!" sahut gema, nadanya kian tajam.

"udah lah, cuman kena bola juga, lagian siap suruh lewat" timpal mark santai

"cuma? makanya main itu yang becus, kalau gak jago, gak usah main lo pada!" timpal taka, ikut terpancing emosi

"udah-udah, kita minta maaf" ucap naravit menengahi

My Baby, Nerd Boy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang