Archen menghentikan motor sportnya di depan mansion megah itu dan melepas helmnya, napasnya masih berat setelah perjalanan panjang dan penuh dengan kebingungan emosi.
Nata yang duduk di belakangnya mengamati sekitar dengan takjub, matanya lekat menelusuri setiap sudut bangunan besar itu, menyadari betapa jauhnya gambaran hidup archen yang sebenarnya dibandingkan yang ia bayangkan selama ini.
Bukan hanya rumah sederhana dan sepeda tua yang sering ia lihat, archen ternyata menyembunyikan dunia lain yang sama sekali tak pernah ia kenali.
"Ini rumah lo?" gumam nata, lebih terdengar seperti pernyataan daripada pertanyaan, dengan ekspresi bingung yang masih membayangi wajahnya.
Ia tidak pernah menduga bahwa orang yang ia kenal sebagai sosok pendiam dan sederhana ternyata memiliki kehidupan yang begitu berjarak dari kesan yang ia lihat sehari-hari.
Archen, menyadari tatapan nata yang penuh tanya, hanya tersenyum tipis. "Yah, sebenarnya gue nggak pernah berniat kasih tau siapa-siapa" jawabnya dengan nada yang sedikit tenang namun masih penuh beban. "gue bakal ceritain semuanya di dalam"
Nata hanya mengangguk kecil, menyimpan rasa penasaran yang semakin dalam. Pandangannya sesekali beralih dari wajah archen ke mansion di depannya, seolah mencoba memahami sosok archen dari sudut pandang baru ini.
Tapi lebih dari sekadar rasa takjub, nata merasa ada lapisan lain dari archen yang selama ini tak terjamah olehnya, lapisan yang tak ingin archen bagikan begitu saja kepada orang lain.
"Kita masuk" ajak archen dengan suara pelan, memecah keheningan yang menggantung di antara mereka.
Nata mengikutinya perlahan, masih merasa canggung tapi terpaksa menyadari bahwa ini adalah bagian dari archen yang ia mungkin tak pernah benar-benar kenal sebelumnya, sebuah sisi yang kini, entah bagaimana, mulai terasa penting baginya untuk ia pahami.
Di dalam ruang tamu mansion yang luas, archen dan nata duduk berhadapan di atas sofa mewah yang terasa empuk dan dingin. Cahaya lampu yang hangat menerangi ruangan dengan lembut, menambah kesan tenang namun penuh ketegangan di antara mereka.
Archen menatap lurus ke depan, wajahnya tampak serius, jauh dari kesan nerd yang selama ini ia tunjukkan di sekolah. Wajahnya menyiratkan kedalaman dan beban yang ia pikul, dan nata hanya bisa menunggu dalam keheningan.
Archen menarik napas panjang, mencoba merangkai kata-kata yang sudah lama ingin ia keluarkan namun selalu ia pendam. Dengan tatapan yang lurus dan sorot mata yang penuh kepedihan, ia mulai bercerita, suaranya pelan namun mantap.
"Sea... adik gue, dia segalanya buat gue." ucap archen terdengar bergetar, meskipun ia berusaha untuk tetap tenang.
"Ketika gue dengar dia meninggal, gue merasa dunia gue runtuh. ada yang bilang itu bunuh diri. tapi dari awal, gue nggak percaya."
Nata menahan napas, mendengar setiap kata yang keluar dari mulut archen. Ia dapat merasakan kesedihan yang tersirat dalam setiap jeda dan nada suaranya.
Archen melanjutkan, "Gue tahu ada yang nggak beres. Sea bukan orang yang gampang nyerah, apalagi dia selalu ceria dan optimis. Jadi gue kembali ke sini, ke negara ini, untuk nyari tahu apa yang sebenarnya terjadi." tatapan archen menjadi lebih tegas, seolah mengisyaratkan tekad yang membara di dalam hatinya.
"Makanya gue masuk ke sekolah lo dan menyamar sebagai nerd. gue nggak mau menarik perhatian siapapun, nggak mau ada yang curiga kalau gue punya tujuan tertentu."
Nata menatap archen dengan semakin dalam, mulai memahami kenapa archen terlihat begitu tertutup dan berbeda sejak mereka kenal.
Perubahan dari sosok dingin dan misterius menjadi siswa pendiam dan tak menonjol adalah sesuatu yang direncanakan sejak awal. Semua demi Sea.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby, Nerd Boy [End]
Novela JuvenilDi Coral Coast High School, Nata dikenal sebagai pria manis yang selalu mencuri perhatian. Dengan gaya bebasnya, dia selalu melawan arus, tidak peduli pandangan orang lain. Hidupnya penuh warna, cerita, dan petualangan yang terkadang mengundang masa...