Chapter 4

417 32 5
                                    

Di perpustakaan yang sunyi, seorang laki-laki dengan anting di telinga kirinya sedang mengendap-endap di antara deretan rak buku. Cahaya lampu yang temaram memantulkan sedikit kilau dari antingnya saat dia bergerak pelan, menahan napas, berusaha sehalus mungkin agar tak terdengar.

Dengan sebuah buku tebal di tangannya, dia menyelipkan diri di balik rak, menutupi sebagian besar wajahnya sambil mengintip hati-hati ke depan.

Dari celah kecil antara buku yang disandarkan dan wajahnya, nata memperhatikan archen yang duduk di meja kayu kecil di tengah perpustakaan, tenggelam dalam tumpukan buku.

Si nerd itu terlihat serius, dengan kacamata tebal yang hampir selalu melorot, namun cepat ia benarkan setiap kali matanya harus menelusuri teks yang rumit.

Sesekali, dia menghela napas kecil sambil mencatat sesuatu di bukunya, lalu kembali tenggelam dalam halaman-halaman yang menggunung.

Nata terus memperhatikan, tubuhnya sedikit tertahan di antara rak, tak bergerak sedikit pun. Kilau antingnya yang samar kadang terpantul oleh cahaya, tapi dia tetap berusaha menyatu dalam bayangan, menjaga jaraknya, berharap si nerd tak pernah menyadari bahwa dirinya sedang diamati.

Nata menatap penuh ketertarikan pada archen yang duduk tak jauh darinya, seolah terpikat oleh keasyikan yang terpancar dari wajah nerd itu.

"shit, dalam mode serius pun lo tetap keliatan tampan" batin nata

Di balik buku yang setengah menutupi wajahnya, matanya memerhatikan setiap gerakan si nerd, bagaimana ia menunduk dalam-dalam ke arah buku, bagaimana jemarinya sesekali menyentuh ujung kacamatanya yang melorot, dan bagaimana dahinya berkerut seolah sedang menembus dunia lain melalui kata-kata di halaman.

Di dalam perpustakaan yang tenang, tatapan nata begitu intens, seolah ingin menangkap setiap detail, setiap ekspresi kecil yang muncul saat si nerd tenggelam dalam bacaannya. Ada rasa kagum bercampur rasa penasaran yang kental dalam tatapan itu, ada sesuatu yang memikat dalam keseriusan archen yang sama sekali tak sadar bahwa seseorang tengah memperhatikannya dengan penuh minat.

Sesaat, dia tersenyum kecil di balik buku, lalu menunduk sedikit lebih dalam, berusaha menyembunyikan wajahnya, namun tak mampu mengalihkan pandangannya.

Laki-laki berkacamata itu tiba-tiba berhenti membaca, alisnya sedikit berkerut. Ia merasakan sesuatu perasaan samar bahwa ada sepasang mata yang tertuju padanya.

Archen mengangkat kepalanya perlahan, melepaskan pandangan dari buku, dan menolehkan kepala ke kiri dan kanan, mencoba mencari sumbernya. Namun, ruangan perpustakaan tampak biasa saja, sunyi, hanya dihiasi deretan rak buku dan meja yang tertata rapi.

Di balik rak, nata yang sedari tadi mengamati menyadari perubahan ini. Jantungnya berdegup sedikit lebih cepat, ia segera merapatkan buku di depan wajahnya, berharap tak tertangkap basah. Sesaat dia terpaku, tak berani bergerak, hanya mengintip dengan hati-hati dari atas buku, memastikan si nerd tidak benar-benar memperhatikannya.

Laki-laki berkacamata itu, dengan ekspresi bingung, mengamati sekitar sekali lagi, sebelum akhirnya mengangkat bahu kecilnya dan kembali tenggelam dalam halaman bukunya. Sementara laki-laki beranting itu menahan senyum di balik bukunya, merasa lega namun sekaligus semakin terpesona.

Ketika nata mencoba mengintip lagi, alisnya sedikit berkerut karena ia tak menemukan archen di tempatnya. Dengan rasa penasaran, matanya mulai menyisir deretan rak, mencari-cari sosok yang tadi begitu intens ia amati.

Namun, ruang di sekitarnya terlihat kosong, hanya diisi oleh deretan buku-buku yang berjajar rapi. Ia mulai melangkah perlahan, tanpa suara, matanya terus mencari ke arah meja-meja yang berderet di belakang. Tanpa disadarinya, laki-laki berkacamata itu ternyata sudah mengamatinya duluan.

My Baby, Nerd Boy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang