Chapter 15

313 24 0
                                    

Di dalam kelas, suasana yang biasanya riuh dan penuh canda di antara teman-teman geng nata terasa berbeda. Bangku di sudut belakang, tempat nata biasa duduk dengan santai sambil menyapa mereka, kosong pagi itu.

Mereka saling melirik, awalnya hanya kebingungan kecil yang kemudian berubah menjadi kekhawatiran. Semua teman-temannya mencoba menerka-nerka alasan ketidakhadiran nata, tetapi tidak ada jawaban yang masuk akal.

Salah satu dari mereka, kenzo, mengambil ponselnya dan mencoba menelepon nata. Wajahnya terlihat sedikit tegang saat nada panggil terus berbunyi, tapi kemudian berubah kecewa ketika suara operator terdengar, mengatakan bahwa nomor yang dihubungi sedang tidak aktif.

"Aneh banget... ponsel nata mati" gumamnya dengan alis yang mengerut. Teman-teman lainnya langsung bergerak mendekat, ikut penasaran.

"semalam dia baik-baik aja, kan?" tanya floyd, mencoba meyakinkan diri. Mereka mengangguk setuju, tapi kekhawatiran semakin terlihat di wajah mereka.

Tak menyerah, teman-teman nata yang lain mencoba menghubungi lewat pesan singkat dan aplikasi pesan. Mereka berharap setidaknya ada tanda bahwa Nata sudah membacanya. Tapi, setelah menunggu beberapa saat, tak ada balasan, tak ada tanda centang biru, semuanya tetap kosong. Kelas terasa semakin sunyi di tengah perasaan resah yang perlahan menyelimuti mereka.

Mereka membahas kemungkinan-kemungkinan, dari hal sepele seperti ponsel nata yang rusak hingga hal-hal yang lebih mengkhawatirkan. "Apa mungkin dia kenapa-napa?" ucap taka dengan berbisik, suaranya rendah namun terdengar cemas. Yang lain menggelengkan kepala, berusaha menenangkan, tapi tatapannya pun tidak kalah khawatir.

Mereka mulai mempertimbangkan untuk pergi mencarinya jika Nata masih tidak muncul hingga kelas dimulai. Namun, mereka terpaksa menunggu dengan perasaan tidak tenang, setiap detik terasa lebih lambat. Kelas yang biasa dipenuhi gelak tawa mereka kini dipenuhi kecemasan dan tanda tanya besar.

Ketika bel tanda kelas dimulai berbunyi, teman-teman nata masih tak bisa mengalihkan perhatian mereka dari bangku kosong di pojok belakang. Mereka menunggu dengan perasaan campur aduk, antara cemas dan penasaran, mengira-ngira di mana nata berada.

Harapan kecil masih terbersit di pikiran mereka bahwa mungkin nata akan muncul di menit-menit terakhir. Namun, hingga guru masuk dan semua siswa kembali ke tempat duduk masing-masing, nata tetap tidak terlihat.

Saat guru mulai memeriksa daftar hadir, perhatian teman-teman nata semakin tertuju pada papan absen. Nama demi nama disebutkan, hingga tiba giliran nata. Dengan cepat, ketua kelas berdiri dan menjelaskan, "Pak, Nata tidak masuk hari ini. Tadi pagi saya diberitahu kalau dia sedang sakit."

Setelah mendengar ketua kelas mengabarkan bahwa nata sakit, teman-teman gengnya merasakan gelombang kecemasan yang lebih besar lagi. Biasanya, jika Nata tidak bisa hadir atau sedang kurang sehat, dia selalu memberi tahu mereka, bahkan hanya dengan pesan singkat.

Namun, kali ini, Nata sama sekali tidak menghubungi, dan ponselnya yang tidak aktif sejak pagi semakin menambah rasa cemas mereka.

Kenzo menghela nafas "Eh, lo pada ngerasa aneh nggak sih? nata nggak ngabarin kita sama sekali. nggak biasanya dia gitu."

"Iya, biasanya kalau ada apa-apa, paling nggak dia chat dulu. Ini ponsel nya juga mati dari tadi, gue udah coba nelpon berkali-kali." ucap floyd cemas

"Beneran, gue jadi kepikiran. Jangan-jangan sakitnya parah, makanya nggak bisa ngabarin." timpal louis

Kenzo menggeleng "Iya, kalau sakit biasa, mestinya dia masih bisa balas pesan kita, kan? Ini bener-bener bikin gue nggak tenang."

Taka menggigit bibirnya gelisah "tadi malam dia biasa aja, nggak keliatan sakit atau apa. bahkan semalam kita nari bareng."

My Baby, Nerd Boy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang