Setelah malam yang panjang di bar, nata melajukan motor sportnya membelah jalan, ia memutuskan untuk pulang ke rumah utamanya. Jarak yang lebih dekat membuatnya tidak melanjutkan perjalanan ke apartemennya.
Ketika ia membuka pintu, suasana sepi menyambutnya. Lampu ruang tamu menyala, menciptakan suasana hangat, tetapi jantungnya berdebar saat melihat sosok ayahnya duduk di sofa, menunggu.
Raut wajah sang ayah menyiratkan ketegangan dan kemarahan yang mendalam, laki-laki manis itu merasakan getaran emosional di antara mereka.
"Pa..." nata mencoba memanggil, langkahnya pelan menuju ayahnya. Ia berharap bisa mendapatkan pelukan hangat yang selama ini ia rindukan.
Namun, harapannya seketika hancur saat ayahnya bangkit dan menghampirinya dengan ekspresi marah.
Plak
Sebelum nata sempat berkata apa-apa, ayahnya melayangkan tamparan keras ke pipinya. Suara benturan itu menggema di ruangan yang sunyi. nat terkejut, memegang pipinya yang merah.
"Kau ini sudah berapa kali berbuat masalah di sekolah HAH? berkelahi dan keluar malam, apa kau tidak mengerti betapa sulitnya ini bagi kami?" ucap Theo, ayahnya penuh emosi
Nata merasakan sakit tidak hanya di pipinya, tetapi juga di hati. Ia tahu ayahnya marah, tapi tidak ada yang bisa dia katakan untuk membela diri. "Aku-" suaranya tercekat, kata-kata yang ingin dia sampaikan terhalang oleh rasa sakit yang mendalam.
"Aku sudah berusaha bekerja keras untuk memberikan yang terbaik untukmu! dan ini yang kau lakukan?!" lanjut theo, matanya dipenuhi kilatan amarah yang tampak berusaha ditekan.
Di ruang tamu yang hening, nata berdiri berhadapan dengan ayahnya. Wajah sang ayah tampak memerah, matanya tajam menatap nata. Suara hujan di luar hanya mempertegas keheningan yang tegang di dalam ruangan.
"Kau pikir ini bercanda, nata?! berkali-kali kau bikin masalah di sekolah, berkelahi, pulang malam tanpa izin, dan sekarang kau pikir kau bisa berdalih?"
"Pa, aku punya alasan kenapa aku-" ucapan nata terpotong dengan suara keras theo
"Alasan apa, hah? alasan apa yang bisa membenarkan kelakuanmu? semua ini cuma membuatku kecewa! apa kau tahu betapa keras aku bekerja supaya kau bisa hidup nyaman?" potong theo dengan suara keras
"Tapi Pa, aku merasa-"
"Diam, nata! Aku tidak mau dengar alasanmu! setiap kali aku memikirkan masa depanmu, kau malah menghancurkan kepercayaan yang sudah kuberikan. kau mau jadi apa kalau terus begini?" potong theo, ia meninggikan suaranya semakin keras
"Aku... aku Cuma merasa diabaikan, Pa. Kau selalu sibuk, aku butuh waktu bersama, bukan Cuma-" ucap nata penuh emosi, suaranya bergetar
"Jangan bicara soal waktu, nata! apa kau tahu betapa banyak waktu yang aku habiskan bekerja demi masa depanmu? aku berusaha keras untuk memastikan kau punya kehidupan yang lebih baik, tapi kau malah mempermalukan keluarga kita dengan kelakuan seperti ini!" ucap theo dengan tegas, menekankan setiap kata
Mendengar itu hati laki-laki manis itu berdenyut sakit "Pa, aku hanya ingin kita lebih dekat. aku merasa sendirian. aku tidak bermaksud mengecewakan, tapi aku—" lirihnya
"Hentikan, nata! Kau sudah cukup menyusahkan! Aku tidak mau dengar pembelaanmu lagi. aku cuma ingin kau bertanggung jawab dan berhenti membuat alasan bodoh untuk kelakuanmu yang tidak bisa diterima." tegas theo
Nata terisak, dengan nada putus asa, suaranya melemah "Pa, aku benar-benar tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan. aku Cuma ingin kau mengerti..."
"Mengerti apa, nata? yang perlu kau lakukan sekarang adalah berubah. kalau kau tidak bisa menghargai usaha yang aku lakukan, maka kau benar-benar tidak mengerti betapa pentingnya semua ini."
![](https://img.wattpad.com/cover/380823616-288-k271280.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby, Nerd Boy [End]
Teen FictionDi Coral Coast High School, Nata dikenal sebagai pria manis yang selalu mencuri perhatian. Dengan gaya bebasnya, dia selalu melawan arus, tidak peduli pandangan orang lain. Hidupnya penuh warna, cerita, dan petualangan yang terkadang mengundang masa...