Chapter 18 — Growing Up on Cornetto
————————————————————Ketika Chu Ying kembali ke mobil, layar ponselnya menyala, menampilkan beberapa panggilan tak terjawab.
Dia melihatnya dan melihat nama penelepon. Kemudian dia menyalakan mesin, tapi tidak langsung pergi. Sebaliknya, dia menelepon balik.
"Kenapa tadi tidak mengangkat teleponnya?!" Gadis di ujung sana sangat galak tapi sekaligus lembut.
Chu Ying berkata, "Ada apa?"
"Ma (ibu) memberitahuku kalau beberapa hari terakhir kamu menghadiri konferensi." Gadis itu terkikik. "Apakah kamu membawakanku hadiah?"
"Tidak."
"Baiklah, biar kuberitahukan padamu, kamu baru saja kehilangan adik perempuan yang lucu dan ceria."
Nada Chu Ying tetap tidak berubah. "Bagus."
"......." Chu Xi merasa kalau obrolannya agak membosankan. "Ma menyuruhku memberitahumu agar kamu pulang untuk makan malam besok."
Setelah menutup telepon, Chu Ying menggulir kontaknya sampai dia menemukan nomor yang baru saja ditambahkan. Dia tidak memerlukan waktu lama untuk mencarinya, yang harus dia lakukan hanyalah menggulir ke bawah untuk melihat untaian kata yang panjang itu.
Seekor kelinci menunggumu untuk menghubunginya setiap hari.
Bibir pria itu terangkat hampir tanpa sadar. Setelah menutup ponselnya, dia pergi dari tempat parkir.
...
Hari kedua, Chu Ying kembali ke rumah orangtua nya.
Saat dia sampai di rumah, kedua wanita itu sedang duduk di sofa, sedang berbagi biji melon dan mendiskusikan sesuatu.
Ayah Chu duduk di sofa samping sambil membaca koran.
Chu Xi melihatnya, dan dengan cara yang agak acuh tak acuh, menyapa. "Kakak."
Mendengar itu, Ibu Chu berbalik.
"Kamu kembali? Tunggu sebentar, duduk dulu, makanannya belum siap."
Chu Ying duduk di sofa di seberang ayahnya dan mengambil koran lalu melakukan seperti yang dilakukan ayahnya.
Tindakan keduanya hampir identik - tidak akan ada yang percaya kalau mereka bukan ayah dan anak.
Setelah beberapa iklan, acara TV yang ditunggu-tunggu oleh ibu dan putrinya, akhirnya tayang.
Kebiasaan Chu Ying dalam membaca koran telah dikesampingkan begitu lama sehingga, ketika dihadapkan pada kumpulan kata-kata yang digabungkan ini, dia tidak ingin melihatnya lagi.
"Aku baik-baik saja, kamu tidak perlu pedulikan aku ..." Suara pelan seorang wanita terdengar dari TV, menyembunyikan rengekan kecil. "Dia pasti salah paham dengan kita, aku akan meminta maaf padanya besok."
Suara itu sangat familiar. Pemilik suara itu adalah gadis yang kemarin tepat ada di sampingnya dan memintanya untuk bertukar nomor telepon.
Saat dia menurunkan korannya, wajah Su Yi muncul di depan matanya.
Rambut hitam panjangnya yang tersisir sangat rapi, dengan pakaian longgar di pundaknya, nada lembutnya saat dia mengakui kesalahannya yang keluar dari mulutnya. Ada sidik jari yang jelas terlihat di pipi putih lembutnya. Dengan warna merah muda yang terlihat di sudut kelopak matanya, dia benar-benar bisa di definisikan sebagai puncak dari keadaan 'menyedihkan'.
"Kamu harus memperlakukannya dengan baik, hanya melihatmu dari jauh saja sudah cukup bagiku untuk merasakan kegembiraan." Ketika dia selesai berbicara, dia tiba-tiba mengangkat kepalanya, bibir merahnya yang indah membentuk senyuman yang dipaksakan. "Kita masih bisa berteman, itu sudah cukup bagiku."
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] He's Mine, No Objections Allowed
RomanceNovel ini bukan karya saya. THIS STORY AND NOVEL Isn't Mine I DO NOT CLAIM ANY RIGHTS SELURUH KREDIT CERITA NOVEL INI MUTLAK MILIK AUTHOR (PENGARANG/PENULIS) SAYA HANYA MENERJEMAHKAN KEMBALI DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA JUDUL : He's Mine...