"gokil lu, Wan. beneran nge-hack web kampus!"
Daffa melongo melihat skill bermain komputer Awan yang bisa dibilang sangat profesional. Wajahnya biasa saja kala Arga memujinya demikian—berarti sudah sering.
"serem juga kita sebar formulirnya tanpa identitas, Awan masih bisa lacak device-nya. gak sopan gak, sih?" celetuk Kanaya.
"lebih gak sopan kalo project kita gagal. lu mau ngulang semua matkul umum? lagian kita gak butuh data mereka," dengus Awan.
"lah santai kali. marah aja, bang. kayak habis ditolak orang."
"bacot, Sesil."
Sesil, terkekeh puas. Mereka membiarkan Awan fokus pada layar komputer. Sisanya berdiskusi lagi, duduk melingkar di dalam ruang kelas kosong ini seusai kelas. Tadi, 30 menit pasca kelas selesai, masih ada beberapa kelompok. Namun, karena kelompok Daffa nampaknya yang paling sibuk, hingga 2 jam kemudian mereka masih di sini. Beruntungnya tidak ada kelas lain yang akan memakai kelas ini.
"hampir semua angkatan atas pilih mahasiswa sebagai pelaku, lokasi kejadian di dalam kampus, dan rata-rata secara gamblang bilang pelakunya anak gubernur. wow gila?" Kanaya membacakan hasil survei.
"eh!"
Daffa terkejut kala Sesil memukul pahanya. "apaan?!" tanyanya kesal.
"berarti bener dong tebakan lu waktu bang Jemi masuk ke dalem kamar mandi rusak itu!" seru Sesil.
Daffa terdiam. Mencoba mengingat-ingat saat ia pagi di mana ia mendengar suara tangis putus asa dari seorang mahasiswi di dalam toilet dengan palang karena tengah diperbaiki. Lalu, Sesil memanggilnya—di saat yang bersamaan, ia melihat Jemi dari kejauhan berjalan ke arahnya. Dengan segera Daffa menarik Sesil bersembunyi.
Sesuai dugaannya, Jemi masuk ke dalam toilet itu lalu keluar dengan si mahasiswi tadi.
"gua denger yang disebut-sebut sama cewek itu nama anak cowok, tapi di survei ini yang ngisi perempuan semua, ya?" gumam Daffa, menarik tab milik Kanaya.
"gua pernah denger kasusnya juga, sih," ucap Rangga.
"kampus bukan dibayar buat nutupin kasusnya, tapi korbannya emang nggak mau diperpanjang. begonya kampus itu gak peduli korbannya pada diintimidasi sama pelaku," lanjut Jihan.
"the hell, kok lu tau?" tanya Sesil heran.
"rahasia umum kampus," sahut Daffa.
Dan ia masih mempertahankan apa peran Haru dan Yuan dalam kasus ini.
✧✧✧
Cuaca mendung. Mungkin Haru akan menyambut hujan pertama hari ini di kampus dan mengakhiri musim kemarau yang membuat seluruh orang di kota sepakat menyatakan kota ini bersebelahan dengan matahari.
"hujan gini biasanya batagor depan fisip jualan gak, ya?"
Aldo menoleh kala Haru bertanya. "ngapain lu makan batagor? ntar pingsan gua gak mau gendong, berat," cebiknya.
Mereka berdua berjalan pulang, menuju ke kost bersama. Seharian Haru di kampus untuk menugas. Baru bertemu Aldo yang selesai kelas sore ini dan berniat membolos rapat malam nanti. Katanya, sih, itu sudah proker terakhirnya sebelum liburan semester. Dan sekarang Aldo sedang tidak enak badan.
"ini Daffa nanya ke gua, tai," dengus Haru sambil menunjukkan layar ponselnya. Berisi percakapan dengan Daffa.
"oh, jualan kok. beliin dulu sana, terus modus minta dia ambil di kost lu."
KAMU SEDANG MEMBACA
dunia (a story after highway)
Fanfictionisi dunia berjalan sesuai takdir, dan tidak pernah bisa ditebak, bahkan oleh Haru sekalipun. ⚠️tw // bxb ⚠️lanjutan dari buku sebelumnya yang berjudul, highway. ✧06/10/24