Daffa memijit keningnya pusing. Padahal ia sudah selesai dengan perkuliahannya, tinggal membuat laporan lalu mengumpulkan untuk tugas untuk uas. Tidak perlu begadang karena belajar seperti yang dilakukan Haru akhir-akhir ini.
Katanya sudah selesai praktikum hari ini. Haru masih ada ujian teori dan berbagai presentasi hasil proyek. Rupanya Haru cukup sibuk.
Anehnya, Daffa tidak tahu kenapa ia di sini. Di tengah para anak teknik semester 5 pada pukul 1 dini hari. Mengagendakan belajar bersama di ruang tamu kost Haru dan Aldo. Sepertinya sudah rutinitas mereka setiap uas.
"lu ga paham esensinya, Jem. Newton-Raphson dirancang buat mempercepat proses pencarian akar daripada metode iterasi biasa. kalo lu paham gimana milih tebakan awal yang oke, metode ini bisa dibilang efisien."
"efisien darimana, bego? kalo efisien, kenapa kudu pake metode lain, maksud gua ngapain kita belajar metode lain? kalo gitu, kan, cukup satu metode aja yang universal?"
"hadeh, pola pikir lu itu terlalu simpel. makanya dibaca, tolol. lu aja nyatet kalo metode numerik punya karakteristik masing-masing."
"lah iya."
Jemi dan Haru, saling pandang kesal. Perdebatan yang cukup membuat otak Daffa juga panas. Situasinya seperti ini sejak tadi. Jika bukan Revan dan Haru yang berdebat, maka Aldo dan Erik, lalu berganti lagi Jemi dengan Revan, sekarang giliran Jemi dengan Haru.
Seperti Daffa mendapatkan spoiler dirinya 2 tahun lagi. Ia di semester ini terlalu dimanjakan oleh mata kuliah umum, yang untuk sementara hanya dihadapkan dengan biologi dan fisika dasar.
Anehnya lagi ada anak nyasar di sini. Yang uas-nya sudah selesai minggu kemarin—Yuan, dengan nyaman tidur di samping Erik. Bisa-bisanya tidur nyenyak ketika Daffa bahkan tidak bisa bermain ponsel dengan tenang karena, Haru yang duduk di sampingnya, cukup ambisius. Ia berisik dengan segala ocehan mengenai materi yang sedang mereka pelajari. Jika ada celetukan dari salah satu di antara mereka yang memancing opini darinya, ia akan menanggapi, selalu.
"pindah kamar sana kalo ngantuk." Akhirnya, Haru menotis Daffa yang nampak terganggu.
"mau sama lu, lu juga tidur."
"gampang, ya, maba ngomong gitu."
"bacot, Van. tuaan gua daripada lu," sahut Daffa pada Revan.
Haru menurut, ia tidak menutup laptopnya. Membiarkan itu menyala untuk digunakan teman-temannya belajar. Lantas ia berdiri, menarik tangan Daffa pelan agar ikut berdiri.
"Yuan pindah ke kamar gua dulu sana, Rik," celetuk Aldo.
"bangun ntar kalo dipindah," cibir Daffa.
"ya tidurin lagi lah, dia tidurnya gampang," Revan sewot.
Sukses membuat Daffa menyunggingkan senyum jahilnya. "bilang aja lu panas lihat dia tidur dipangku Erik gitu—"
"anjing udah-udah!"
Jemi menahan Revan yang hendak berdiri, sementara Daffa memberikan jari tengahnya pada Revan sambil Haru menyeretnya menuju kamar.
Entah sejak kapan, Revan dan Daffa jadi seperti tom & jerry, ada saja yang diributkan. Kadang Revan yang memulai, kadang Daffa. Menjadi tontonan mereka semua.
Daffa mengakui kost Haru dan Aldo ini seperti rumah sendiri. Ia juga beberapa kali bertemu dengan si pemilik kost yang baik hati. Diberikan kepada mereka berdua wejangan untuk tetap menghargai wilayah orang, alias, tidak macam-macam.
Larut dalam lamunannya membuat Daffa tak sadar ia sudah duduk di tepi ranjang Haru dengan si empu sedang menutup pintu kamar. Akhirnya, Daffa merebahkan diri dengan tenang. Jauh dari perdebatan tentang akademik yang membuatnya ikut pening.
![](https://img.wattpad.com/cover/378028498-288-k183344.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
dunia (a story after highway)
Fanfictionisi dunia berjalan sesuai takdir, dan tidak pernah bisa ditebak, bahkan oleh Haru sekalipun. ⚠️tw // bxb ⚠️lanjutan dari buku sebelumnya yang berjudul, highway. ✧06/10/24