"sok ganteng banget dia."
Mendengar celetukan dari samping, Daffa menoleh. Alisnya mengernyit mendapati Yuan duduk di sampingnya, entah sejak kapan. Padahal setahunya yang boleh masuk hanya orang-orang dari jurusan yang sedang tanding futsal sekarang.
"Erik?" tanya Daffa heran.
Yuan menggeleng. "Haru. padahal dia biasanya main sambil mukanya ditekuk gini—" raut muka Yuan dibuat "sok sangar" mempraktikkan air muka Haru ketika bermain futsal biasanya.
Daffa tertawa kecil, setuju. Ia ingat menonton Haru saat ospek. Yang diperagakan oleh Yuan sesuai dengan itu. Namun, sekarang Haru bermain dengan air muka sumringah, nampaknya begitu senang akan sesuatu.
Suasana dalam lapangan futsal begitu ricuh. Antar jurusan saling menyoraki. Jurusan Daffa sekarang melawan sipil, dan Dewa termasuk salah satu pemain yang timnya melawan tim Haru.
Dalam permainan sengit ini, sorakan kembali memenuhi area kala Erik terjatuh akibat dijegal oleh pemain lawan. Yang membuat semakin ricuh usai lelaki itu tak bisa berdiri dan tim medis datang. Kemudian, pemain cadangan masuk dan permainan kembali berlanjut. Sementara Daffa tak menemukan Yuan lagi di sampingnya. Ia tebak kakak tingkatnya itu menuju ke ruang medis menyusul si pacar.
Netranya kembali menatap Haru—yang masih sok ganteng, jika kata Yuan.
"dia pingsan... gara-gara apa, ya?" Tiba-tiba terlintas di otak Daffa mengingat kejadian 2 hari yang lalu.
"GOOOOOLLLLLL!!!!!!!"
Persaingan sengit itu akhirnya dicetak 1 gol oleh elektro. Padahal waktunya tersisa setengah menit, sementara ini adalah babak kedua. Refleks Daffa ikut berdiri dan tepuk tangan. Ia tak melihat siapa yang memasukkan bola pada gawang—yang pasti bukan Haru, karena Daffa terus fokus pada anak itu.
Jika dipikir-pikir, Haru saat sekolah dan kuliah berbeda. Terkadang jika Daffa melihat Aldion—seperti melihat Haru di masa pelajarnya. Ambis dalam berorganisasi dan akademik, seimbang. Sedangkan sekarang Haru lebih memfokuskan diri selain pada kuliahnya, ia imbangkan dengan hobi.
"gua kira dia bakal jadi orang yang sering orasi di kampus," gumam Daffa.
✧✧✧
Seusai pertandingan 2 jam yang lalu, mereka—anak elektro dari semester awal hingga semester tua sempat berkumpul bersama. Entah untuk mengevaluasi pertandingan oleh para sesepuh pada pemain. Sisanya berbincang ria seperti para angkatan tua menggoda adik-adik tingkat mengenai bertahan di jurusan ini lebih sulit daripada masuknya. Lalu, seseorang juga menyuruh mereka menikmati tawa di masa-masa sekarang, semester 1. Yang mungkin tidak mereka dapatkan tawa tanpa beban itu di semester 2 dan seterusnya.
Daffa tak banyak menyahut seperti teman-teman angkatannya. Ia lebih banyak diam. Hingga Haru berdiri untuk pamit pergi lebih dulu sambil mengajak Daffa di sana—membuat topik orang-orang teralihkan. Haru tak menggubris berbagai godaan yang dilontarkan untuknya. Memilih menarik tangan Daffa keluar dari area kumpul itu.
"lu kenapa gak join BEM?"
"lah tiba-tiba."
Perjalanan entah kemana, Daffa tidak tahu. Ia juga tidak mengerti kenapa Haru mengajak dirinya saja sementara di sana banyak teman-teman lain.
"mau dibawa kemana gua, Ru?" tanya Daffa lagi.
Haru tetap diam. Mereka melintasi fakultas teknik yang kata orang-orang di kampus, bangunan paling megah luar dalam. Meski anak teknik sendiri kerap menyangkal dengan bangunan milik anak hukum dan ekonomi bisnis lebih seperti istana.
KAMU SEDANG MEMBACA
dunia (a story after highway)
Fanfictionisi dunia berjalan sesuai takdir, dan tidak pernah bisa ditebak, bahkan oleh Haru sekalipun. ⚠️tw // bxb ⚠️lanjutan dari buku sebelumnya yang berjudul, highway. ✧06/10/24