• healing

194 39 6
                                    

Gazebo samping fakultas, tempat Haru seperti biasa ketika selesai kelas tapi malas pulang, atau sedang menunggu kelas selanjutnya. Sekarang, bukan di antara 2 itu. Daffa yakin hari ini Haru tidak ada kuliah, dan ia sempat bertanya mengenai kelas pengganti pun Haru menggeleng.

Katanya, bosan di kost.

"bosen padahal tugas lu numpuk?" cebik Daffa.

Haru mendengus. "gak numpuk juga, hiperbola."

"mana ada hiperbola."

Keduanya diam beberapa detik. Lalu, Haru menoleh ke arah Daffa yang sejak datang duduk di sampingnya.

"lu ngapain di sini?" tanyanya heran.

"nemenin lu bosen."

"padahal tugas lu numpuk?"

Daffa tertawa kecil. Bisa saja Haru memutar balik pertanyaan.

"maba sini gak ada yang ga ngelaprak, ya," ucap Daffa tiba-tiba. Laporan praktikum mata kuliah umumnya lebih menyebalkan daripada mata kuliah prodi sendiri.

"kelakuan Yuan pas awal semester, dia sering ngeluh kirain manajemen gak ada laprak."

"kasihan."

"cuma 1 semester. kalo elu ya anggep aja spoiler semester depan, haha!"

Untung Daffa dan Haru rumpun saintek, sudah meminimalisir tugas-tugas apa yang akan mereka dapatkan ke depannya sebelum memutuskan masuk kemari.

Daffa tidak protes. Ia tidak tahu apakah ia mencintai elektronika seperti Haru mencintai jurusan itu. Mengingat ketika masuk ke teknik listrik dulu pun ia hanya ikut-ikut Aldo.

"jalan yuk," ajak Haru.

"kemana?" Daffa mengerutkan kening.

Kini Haru memutar seluruh tubuhnya ke arah Daffa. "maunya kemana?" Menawarkan dengan berat khasnya, tapi tetap terdengar lembut di telinga Daffa.

Dalam beberapa saat, Daffa seolah terhipnotis. Dan Haru bagian yang tersenyum simpul usai bangga membuat Daffa mematung akibat ulahnya.















✧✧✧

























"dulu gua sering ke sini kalo kangen sama lu. soalnya kita sering main di danau deket rumah lu."

Bentuk danaunya memanjang, menyerupai bulan sabit. Sekeliling danau dihiasi rerumputan hijau yang terawat rapi, mengundang siapa saja untuk duduk di sana menikmati cantiknya dunia. Terdapat beberapa pohon rindang berdiri kokoh.
Denahnya mungkin berbeda dari danau yang dimaksud Haru, tapi suasananya sama.

Tenang.

"gua baru tau ada tempat kayak gini di kota panas ini," celetuk Daffa.

"cakep, ya?"

Haru duduk di rerumputan hijau ini sambil tangannya menarik Daffa untuk ikut duduk di sampingnya. Pemandangan depan mereka sekarang, ada banyak angsa berenang menyusuri danau.

Indah, sih. Namun, Daffa tetap memilih Haru sebagai isi dunia yang paling indah—eh.

"mau beli siomay yang di sana gak?" Lamunan Daffa buyar kala suara Haru menginterupsinya.

"oh udah bisa makan begituan?"

Seketika raut Haru masam. Mendengus sebal sambil ia berdiri. "gua nawarin lu doang. lihat lu makan juga kenyang," gumamnya di akhir.

Daffa mengangguk, membiarkan Haru pergi ke penjual siomay yang tak jauh dari mereka duduk. Sudah tidak fokus lagi ke arah danau—pandangannya hanya pada Haru.

dunia (a story after highway) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang