• cinta

132 38 1
                                    

⚠️suicide, sexual harassment




"kok lu di sini? bukannya di kampus?" cebik Revan pada Haru usai siang ini menyusul dirinya di rumah sakit.

"Daffa sibuk, wawancarain orang buat proyeknya. dia tampilnya juga ntar malem."

"di kampus, KELAS maksud gua. Daffa mulu, bego."

"oh. ngomong yang jelas." Haru tertawa. "dosennya ga masuk," jawabnya sambil berjalan duduk di ranjang Erik yang kosong. "oh iya, kemarin Erik ditanyain pas kelas sisdig sama dosennya, gua jawab jujur terus anak kelas pada mau nengokin."

Revan mendelik. "lu kan udah dikasih tau Erik buat jangan sebar-sebar ini masalah?!" Raut mukanya panik, takut jika ketahuan juga padahal tidak ada Erik di sini.

Erik sedang di luar, jalan-jalan dengan Yuan. Meninggalkan Revan sendirian tadi sebelum Haru datang.

"kalo gua bohong mereka tau, monyet." Sedekat itu Haru dan Erik di mata orang-orang yang mengenal mereka.

"ah lu bilang Erik lagi liburan ke Jepang juga percaya aja tuh mereka."

"ga mungkin, soalnya gua ga ikut, Yuan juga masih keluyuran di kampus."

"hidup Erik bukan cuma sama lu berdua doang, bangsattttt!!!!"

Revan emosi—Haru cengengesan. Memang dasarnya Haru tidak mau berbohong. Ia sengaja, kok. Tidak tahu kenapa ia ingin Erik merasakan kasih sayang banyak orang akhir-akhir ini.

"kok lu betah di sini?" Haru membuka pembicaraan lagi.

Revan mengerutkan alisnya tak suka. Lantas menunjuk tangannya yang diperban begitu panjang. "gua juga lagi sakit?" Ia mencibir gemas.

"lu kan udah boleh balik."

"suka-suka gua, anjing?"

Haru mendesah malas. Ia menidurkan diri pada ranjang. Menatap atap putih ruangan itu.

"kok gua dag dig dug banget ya, Van?" celetuk Haru, lagi.

Kali ini Revan tersenyum simpul menanggapi. "soalnya lu mau ngajak Daffa balikan," sahutnya santai.

"kalo gua ditolak gimana?"

"ada kemungkinan lu ditolak Daffa? lihat lu berdua aja bukan kayak temen." Revan merotasikan bola mata, aneh memang, pikirnya.

"ada. kalo ditolak berati ini udah seribu kali Daffa nolak gua—"

"alay sumpah, bego."

Haru mendengus. Mana tahu Revan perjuangannya mendapatkan lagi hati Daffa pasca putus mereka yang pertama kali saat itu.

"oh ya, thanks. semalem udah nolongin Daffa." Haru sedang dalam mood yang baik, jadi ingin membicarakan segala hal.

"gua bantu gara-gara ada Yuan, bukan Daffa."

"yaya. yang penting Daffa aman." Haru terdiam. Pikirnya melayang kembali—andai Revan tidak ada, bukan besar kemungkinan Daffa kalah, tapi ia takut jika nyawa Vincent yang melayang.

Tidak tidak. Haru harus menepis pikiran buruknya tentang Daffa. Ia kan percaya Daffa sudah jauh lebih baik daripada dulu.








✧✧✧






"namaku Erina, dari fh, semester 5."

Daffa duduk di samping Kanaya—yang sorot matanya terfokus pada perempuan di depan mereka.

"aku di sini bukan sebagai korban. tapi kakakku yang jadi korban. telling herself she was dirty and unlovable every night sebelum mutusin bunuh diri di apartemennya."

dunia (a story after highway) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang