• balikan atau enggak?

175 40 1
                                    

"identitasku nggak akan disebar, kan...?"

"pelakunya dilindungi... dia... masih di sini..."

"sebenernya gua pengen pergi dari kampus, tapi ini kampus kasih gua beasiswa. lagian gua bukan tipikal yang terlalu ambil pusing. kejadiannya udah lama, udah kelar buat gua."

"ini surat diagnosis aku dari dokter. aku sempat ambil cuti..."

Narasumber dengan watak yang berbeda-beda. Ada yang sudah mencoba berdamai dengan keadaan, ada yang sakit jiwa, ada juga yang terlihat biasa saja dari luar tapi menangis ketika diwawancarai.

"si Vincent ini mukanya tebel juga, temennya banyak, kenapa orang masih mau temenan sama dia?!"

"jangan keras-keras, bangsaat!"

Rangga yang emosi, mendengus kala Awan memukul lengannya. Ingatkan ia jika mereka masih berada di sebuah kafe dekat kampus, pastinya banyak anak-anak satu kampus mereka juga di sini. Bahkan ketika Rangga menyebut-nyebut nama tadi, beberapa orang terpanggil hingga menoleh penasaran ke arah mereka.

"takut kita dibungkam," celetuk Kanaya.

"nggak usah takut. kita udah ada plan." Sesil menyangkal dengan percaya diri. "pertama, temen lu si seleb Dewa itu udah setuju belum buat bantu kita?" Ia menoleh pada Daffa yang sibuk membaca ulang laporan wawancara.

"dia setuju. dia juga nawarin buat up langsung aja pake akun dia tapi gua ga mau—"

"WOY KENAPA GAK MAU??!"

"anjing, diem..."

Sesil meringis. Teman-teman yang lain langsung memutar pandangan—malu, melihat orang-orang kembali mengarah ke meja mereka.

"oke sorry sorry." Si pelaku berbisik dengan tawa kecil.

"kenapa lu gak mau, Daf?" Kali ini Arga yang bertanya. "kalo langsung pake akun dia kayaknya mempermudah kita juga, kan?"

"ini project kita, gak ada Dewa sebagai anggota kelompok kita. gua ga mau dia kenapa-kenapa," sahut Daffa ketus.

"halah. dia cuma up, siapa yang mau ngapa-ngapain dia? kampus?" cibir Sesil.

Daffa berdecak sebal. Ia mengarahkan kepalanya ke depan, membuat seisi meja ikut mendekat.

"Vincent tuh, segila itu," bisiknya. "kalo salah satu dari kita kena masalah ama dia, itu resiko kita karena ini project kita. kalo Dewa? siapa yang mau tanggung jawab?"

"dia sendiri. dia yang menawarkan? kita bisa buat surat persetujuan dan ada tanda tangan dia," sahut Awan tenang.

"anjing, ogah. gua keberatan," kesal Daffa.

"gua juga keberatan. Dewa harusnya cuma tarik orang biar postingan kita ramai. bukan dia yang upload duluan," tambah Jihan usai sejak tadi hanya menyimak.

"nah. kalo dari akunnya sendiri, yang dicari sama pelaku dulu bakal dia. tapi kalo dia cuma posting ulang dari akun orang, yang dicari-cari duluan ya kita," lanjut Rangga.

Setelah jam menunjukkan pukul 6, Daffa menyadari diskusi mereka berlangsung lama sejak sore tadi. Mereka meminimalisir kejadian di masa lampau tidak akan terulang.

"perlu lu inget, dulu cara lu pernah dipake sama orang. orang itu hampir mati gara-gara dicari Vincent." Ini peringatan dari Erik beberapa hari yang lalu. Yang Daffa teruskan kepada teman-temannya sebelum project mereka semakin jauh.

Namun, nampaknya mereka semua pemberani. Atau memang karena mereka belum menyaksikan atau mengalami sendiri.

Akhirnya, Daffa pamit untuk pergi lebih dulu ketika Yuan meneleponnya. Ia sudah sepakat untuk menggantikan seorang bassist pada talent band yang dipegang Yuan untuk dies natalis beberapa hari lagi.










dunia (a story after highway) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang