"dan terakhir, bintang baru kita malam ini, bassist keren dari teknik. terima kasih banyak buat Daffa Putra yang sukarela gantiin posisi bass. tanpa adanya Daffa, Aksara Orion nggak akan lengkap."
William menyebutkan Daffa di akhir setelah memperkenalkan seluruh anggota seperti biasa, sebelum mereka memulai lagu terakhir. Lagu yang digadang Yuan akan membuat para penonton di bagian seating ikut berdiri dan melompat-lompat semangat, sama seperti judul lagunya—Melompat Lebih Tinggi.
✧✧✧
Mereka talent terakhir sebelum guest star-nya masuk. Seorang penyanyi lokal yang langsung memenuhi sorakan di tempat itu. Bahkan sampai belakang panggung bergetar, begitu ramai.
"pengen nonton juga, tapi males gua jalan keluar." Daffa bergumam sambil mendudukkan dirinya pada kursi.
"Yuan mana, ya?"
Pertanyaan dari William ini membuat Daffa yang hendak memejamkan mata, jadi mengurungkan niat. Ia beralih duduk tegap. Benar juga, seharusnya Yuan jadi orang pertama yang mengapresiasi mereka dan bangga karena penampilan mereka pecah sesuai dugaannya.
"daritadi gua telepon juga gak diangkat, parah," celetuk Eva kesal, kecewa ia rasakan tak menemukan Yuan di belakang panggung.
Daffa mengerutkan keningnya heran. Ia terbangun dari posisinya, lantas menuju keluar ruangan. Abai akan seruan William dan Eva yang berisik menanyakan ia akan kemana.
Ia mengambil ponselnya. Hendak menelepon Haru berniat menanyakan apakah Yuan ada di sana atau tidak. Tapi, Haru rupanya sudah mengirimkan lebih dulu foto bersama Evo dan Gavin.
"tiba-tiba banget mereka di sini," gumam Daffa.
Langkahnya menuju keluar gedung. Sementara tangannya sibuk memulai percakapan di grup kelompoknya. Hingga masuk panggilan dari Awan.
"yang namanya Erina, aman."
"bukan. Yuan. gua minta lu ngawasin dia. dia di mana?"
"..."
Daffa berhenti di belakang gedung yang sepi. Gedung ini sangat besar, tapi hanya ramai di depan oleh panitia-panitia acara dan bazar makanan.
"dia di mana, Wan?" Daffa bertanya lagi usah tak kunjung ada balasan.
"sorry, sebenernya gua ga bisa lacak hpnya. udah keduluan sama orang."
"kenapa lu gak bilang dari awal, anjing?"
Daffa takut. Tidak ada Erik di sini, dan Erik seolah mempercayakan Yuan padanya. Kepalanya menoleh kesana-kemari. Begitu meyadari tak ada yang ia temukan di sini, Daffa memutar otak.
"apa gua cek kesana aja, ya?" gumamnya.
Akhirnya, Daffa mengikuti isi hatinya, sambil ia berkirim pesan pada William, terus menanyakan apakah Yuan sudah ada di sana atau belum. Meskipun jawaban hingga setengah perjalanan Daffa sama, Yuan tidak terlihat di sana.
Gedung tujuannya tak jauh dari keramaian. Tapi tetap saja, tidak ada yang di sana. Mungkin karena sudah mendengar cerita dari Jemi, Daffa jadi memandang gedung kuliahnya ini berbeda. Ia merasa ngeri, jika mengingat Yuan, semalaman dengan tubuh babak belur, pada salah satu ruangan di dalam sana.
"kalo pintu belakang dibuka. pasti ada orangnya..." Dengan hati-hati Daffa mengintip dulu bagian belakang.
Dengan hanya sedikit memajukan kepalanya, ia bersembunyi di balik dinding, dapat ia lihat pintunya terbuka lebar. Tapi, tetap saja Daffa ragu, memangnya apa yang membuat Yuan kemari? Bagaimana jika Yuan tidak di sana?
Segala pemikiran itu sirna kala dirinya menemukan benda yang menyala terang di kegelapan. Kali ini, dalam sepersekian detik Daffa melupakan bahaya. Ia mendekat ke arah pintu, mengambil ponsel yang menyala, terpampang jelas nama 'Erik' baru saja menelepon. Wallpaper dari ponsel setelahnya pun menjawab.
Ini milik Yuan.
"anjing," umpat Daffa geram.
Dalam kegelapan ini samar-samar ia rasakan lagi suatu pergerakan. Kepalanya berada di posisi yang sama, tetapi matanya, melirik ke arah pintu gedung yang terbuat dari kaca. Terlihat pantulan seseorang mengangkat sebuah balok kayu ke arahnya, siap untuk memberinya serangan awal.
Namun, suara keras lebih dulu terdengar. Sosok di belakang Daffa itu ambruk ke samping—sontak Daffa memutar tubuhnya.
"baru tadi kita sepakat, kalo ada apa-apa kita saling ngomong."
Haru, menatap datar pada Daffa. Meskipun Daffa tahu Haru kesal dan marah, mungkin, tapi Daffa juga tahu jika Haru tidak akan mendiamkannya.
Belum Daffa menjawab, ia lebih dulu mendapatkan sesuatu. Dengan cepat menarik Haru mendekat sebelum sesosok asing di belakang lelaki itu menyerang—lagi-lagi membawa balok kayu.
"kesalahan Yuan dulu itu, terlalu ikut campur, Daf."
Daffa menghela napas panjang. Ia tahu ia ikut campur sekarang, mengulangi kesalahan Yuan yang sebenarnya mengancam nyawa. Tapi apa pedulinya. Ia sudah lelah bersabar, ia juga kesal, dan sekarang, di depan matanya hampir saja Haru tumbang karena orang jahat.
"mending lu pergi dari sini—" Haru menjeda ucapannya ketika Daffa tiba-tiba mengambil balok yang dipegang oleh orang pertama tadi di bawah.
Sambil berjalan maju, Dafa mengarahkan balok kayu itu. "lu, anjing. lu mau nyelakain cowok gua. sini, bangsat!"
✧✧✧
KAMU SEDANG MEMBACA
dunia (a story after highway)
Fanfictionisi dunia berjalan sesuai takdir, dan tidak pernah bisa ditebak, bahkan oleh Haru sekalipun. ⚠️tw // bxb ⚠️lanjutan dari buku sebelumnya yang berjudul, highway. ✧06/10/24