• ini hari apa, sih

150 43 19
                                    

"kamu kenapa bilang ke Mama kalo udah putus sama Haru?"

"orang beneran putus—"

"kata Haru kalian pacaran!"

"Ma, bahas di rumah aja dong..." Daffa berbisik, beruntung sang Mama masih punya rasa tidak enak karena orang yang mereka bicarakan ada di sini sehingga ikut memelankan suaranya.

Daffa dengan Mamanya di luar, sementara Haru dan Erik pamit ke dalam. Lalu tak lama, Mama Erik keluar. Daffa canggung bertemu beliau—wajar saja, ia masih ingat betul secara dirinya membuat Erik kabur dari rumah sakit waktu itu, bonus dengan tatapan penuh amarah dari wanita paruh baya yang kini berdiri di depannya.

"salim, Daf," cibir Mama Daffa.

Sungkan Daffa menyalami Mama Erik.

"sejurusan sama Yuan?" Raut muka Mama Erik ini bak malaikat, sangat berbeda ekspresinya dengan malam itu. Namun, suaranya sama seperti Yuan, kecil dan halus. 

Daffa menggeleng kikuk. "saya sejurusan sama Erik," balasnya.

"oh teknik... muka begini ambilnya teknik."

Ini maksudnya pujian atau apa—Daffa hanya bisa ikut tertawa, palsu. Sejujurnya, ia takut dengan Mama Erik. Takut tiba-tiba dibahas masalah proyeknya, apalagi ia tak tahu apakah Erik pernah menceritakan insiden itu pada ibunya atau tidak.

"kenal Yuan dari Erik, ya, berarti? udah lama?"

"iya... baru waktu kuliah..."

"deket banget sama Yuan?"

Daffa bertanya-tanya dalam hatinya, jadi anak beliau ini Yuan atau Erik?

"lumayan, Tante—"

"kamu pacarnya Haru, kan?"

Tiba-tiba sekali. Daffa melirik Mamanya yang nampak menikmati percakapan canggung antara ia dengan Mama Erik. Mendengar nama Haru disebut dengan santai, dapat Daffa simpulkan jika Haru mengenal orang tua Erik dengan dekat.

"Haru pernah cerita sama saya. ditinggal pacarnya keluar negeri buat belajar." Tanpa diduga-duga Mama Erik tersenyum.

Daripada itu, Daffa lebih kaget kenapa Haru menceritakan dirinya pada semua orang, ia bahkan tidak berekspektasi.

"iya... hehe." Daffa ingin segera masuk. Tidak kuat akan suasana ini.

Mama Erik mengangguk-angguk kemudian. "terima kasih, ya, Daffa. sudah membuat proyek itu."

Kan, Daffa tahu pasti akan dibahas. Yang ia terkejut, karena ucapan terima kasihnya.

"maaf, saya marah-marah sama kamu waktu itu tanpa tahu kalo anak-anak saya yang keterlaluan beraninya."

Refleks Daffa menggeleng. "gapapa, wajar, Tante. saya yang harusnya minta maaf."

"nooo... saya sudah marahi Erik."

Mama Daffa yang sejak tadi menyimak pun kini mendekat, merangkul pundak Daffa. Menunjukkan senyum yang membuat banyak tanda tanya dalam benak Daffa sekarang.

"canggung banget, sih, Daf. Tante kamu ini."

"hah?"

Daffa menatap Mamanya bingung.

"ini Tantenya Galang, Tante kamu juga berarti."

"HAH?!!"










✧✧✧








"HARU!"

"heh kok marah?!"

Haru berdiri dari sofa, siap menyambut tinjuan maut dari Daffa yang seharusnya mendarat pada dadanya. Namun, ia lebih dulu menangkap tangan kecil Daffa dengan mudah.

dunia (a story after highway) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang