Joanna menyadari jika tubuhnya sudah berpindah ke sebuah kamar yang terdapat di ruangan rumah sakit. Tangannya yang bebas tanpa selang infus langsung terulur untuk memegang dada. Keterkejutan tadi membuat dadanya terasa nyeri dan sesak, beruntungnya ia segera mendapat dukungan oksigen sehingga gejala tidak bertambah parah.
Ketika meraba area dada, sudah terdapat berbagai selang di sana. Alat tersebut bernama elektroda, sebuah alat yang berfungsi untuk memantau aktivitas listrik jantung dan mendeteksi perubahan irama jantung.
"Dokter..." panggil Joanna serak.
"Hai, Jo," dokter Naufal mendekat ke arah Joanna yang sudah sadar.
"Motor saya dimana?"
Dokter Naufal terkekeh seraya menggelengkan kepala. "Kamu ini ... baru aja sadar yang diingat malah motor. Motor kamu ada tuh di parkiran, cuman lecet dikit."
"Tadi dokter yang nyelamatin saya?" tanya Joanna, ia mengingat siluet dokter Naufal dan suara-suaranya sebelum penglihatannya sepenuhnya menjadi gelap.
"Iya, tadi kebetulan saya lagi di parkiran terus denger suara kecelakaan," jelasnya. "Kamu syok sekali tadi. Gimana sekarang dada kamu masih sakit?"
Joanna mengangguk. "Tadi saya kaget banget, dok. Saya nggak tau apa yang terjadi, mau buka mata nggak bisa. Untung ada dokter Naufal yang langsung nyelamatin saya, makasih ya dok."
"Iya sama-sama. Kenapa kamu pergi sendiri? Jazz ke mana?"
"Jazz lagi ada latihan lomba, Mama sama Papa seperti biasa ... sibuk," balas Joanna.
"Untung luka kamu nggak parah, hanya ada memar di kaki sebelah kanan. Mungkin karena jatuhnya kaki duluan dan efek syok kamu jadi blackout," tutur dokter.
Joanna mencoba mengangkat kakinya dan benar saja, seperti ada rasa ngilu di sana.
"Jangan bilang orang rumah ya, dok," pinta Joanna.
Dokter Naufal menghela nafas. "Saya ingin bicara sama orang tua kamu, ada yang ingin saya sampaikan terkait kondisi kesehatan kamu."
"Langsung ke saya aja, dok," pinta Joanna.
"Nggak bisa," tolak dokter.
"Kenapa? Sama aja kok kalau dokter bicara sama Mama atau Papa nantinya mereka juga akan sampaikan ke saya kan? Jadi dokter sekarang bisa sampaikan langsung ke saya aja."
"Seenggaknya mereka tau dulu kondisi kamu," timpal dokter.
"Memang kondisi saya kenapa, dok?"
"Waktu kamu check up bulan lalu, saya melihat hasil dari pemeriksaan menunjukkan kondisi tubuh kamu mengalami penurunan. Aktivitas jantung dalam memompa darah juga semakin melambat membuat kamu sering merasa kelelahan dan pusing. Maka dari itu saya menambah jumlah dosis obat yang kamu konsumsi dan menambah jenis obatnya juga. Sebenarnya saya ingin mengkonsultasikan dulu terkait perubahan dosis obat dan penambahan jumlahnya tapi kedua orang tua kamu tidak merespon apalagi Jazz yang hanya menurut apa kata saya. Saya butuh diskusi dengan orang tua kamu untuk mengambil tindakan lain, jika hanya dengan kamu saya yakin kamu pasti hanya akan menurut apa kata saya tanpa sepengetahuan orang tua kamu," jelas dokter Naufal panjang lebar.
"Memangnya mereka benar-benar sibuk kah? Sampai susah banget saya ingin menghubungi mereka, apakah saya harus datang ke rumah kamu dulu baru kita bisa bertemu?"
Joanna memainkan selimut rumah sakit sambil mendengarkan penjelasan dokter. "Nggak perlu, dok. Saya nggak mau mereka berantem lagi kalau harus menyisihkan waktu buat saya."
"Maksud kamu?"
Joanna mengerjapkan matanya. Ia kehilangan kendali atas mulutnya yang tiba-tiba berbicara. "Enggak, dok. Nanti saya bilangin ke orang tua saya."

KAMU SEDANG MEMBACA
JAZZKI & JOANNA
Novela JuvenilSi Kembar yang satu ini berbeda. Cerita ini menceritakan tentang dua cowok kembar bernama Jazzki dan Joanna. Dari segi fisik mereka berdua memang serupa, tapi apakah sifat mereka serupa pula? Jangan ditanya. Mending langsung baca aja!