DWC - 18 - Lanjutkan

9 5 0
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mama masih memegang buket bunga di tangannya ketika matanya menangkap sesuatu di dalam koper

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mama masih memegang buket bunga di tangannya ketika matanya menangkap sesuatu di dalam koper. Sebuah bercak cokelat kemerahan di sudut dalam koper, hampir tertutup oleh lipatan pakaian Papa.

Dahinya berkerut. "Pa, ini apa?"

Papa yang sedang melepas jam tangannya menoleh sekilas. Ekspresinya berubah sesaat sebelum ia tersenyum tipis. "Mungkin tumpahan saus dari makan malam kemarin."

Mama diam, tapi firasatnya berkata lain. Ia mengangkat selembar kemeja Papa dan menemukan sesuatu yang lebih mencurigakan—sebuah amplop besar berwarna cokelat. Tanpa berpikir panjang, ia membukanya.

Di dalamnya ada beberapa lembar dokumen, potret seorang pria yang tampak familiar, dan secarik kertas bertuliskan alamat hotel tempat Papa menginap. Namun, yang paling mengejutkan, ada sebuah kartu identitas dengan foto Papa, tapi namanya berbeda.

Mama mendongak. "Siapa Arman Siregar?"

Papa terdiam, wajahnya seketika tegang. Tangannya mengepal di sisi tubuhnya. "Darimana kamu mendapat itu?"

Mama mengangkat amplop itu. "Dari koper yang kau suruh aku buka."

Hening.

Lalu Papa melangkah mendekat, ekspresinya berubah menjadi sesuatu yang tidak pernah Mama lihat sebelumnya. Mata lelaki yang telah menikah dengannya selama hampir empat puluh tahun itu kini penuh rahasia.

"Mama," suaranya rendah. "Kamu harus melupakan apa yang baru saja kau lihat."

Tapi Mama bukan perempuan bodoh. Tangannya meremas amplop itu erat, jantungnya berdebar kencang.

"Apa yang sudah kamu lakukan, Pa?"

Papa hanya tersenyum manis. Terlalu manis.

 Terlalu manis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

18 Feb 25

Krn Puput nggak bikin day 8, aku lanjutin cerita AstieChan aja soalnya paling simple [plak]

Jadi.... dia 'temennya' Gara apa Nunu hayooo? ahahahaha

Bertunas Setiap HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang