Apa yang kamu pikirkan setiap baru membuka mata?
Tentang rencana hari ini?
Tentang mimpi yang ingin dicari?
Atau justru duka malam tadi?
Ini kisah acak tentang pikiran-pikiran yang muncul ketika menyesap teh, menghidu aroma kopi, menatap tetes huja...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari itu, Rin duduk di sebuah restoran kecil, menatap buku menu yang ada di tangan. Matanya menyisir daftar makanan yang beragam—mulai dari hidangan khas Nusantara hingga makanan ala Barat yang menggoda selera.
“Apa yang ingin Anda pesan, Bu?” tanya pelayan dengan ramah.
Rin tersenyum kecil, menutup menu, lalu menghela napas pedih. “Saya belum tahu,” jawabnya. "Tolong nanti datang lagi."
Pelayan tersenyum dan pamit pergi.
Di luar, hujan turun perlahan, menambah suasana gundah di dalam restoran. Rin merenung. Ia teringat betapa seringnya ia menghadapi situasi seperti ini—tidak hanya di restoran, tapi juga dalam hidup.
Berapa banyak kesempatan yang pernah datang padanya, tetapi ia ragu untuk memilih?
Berapa banyak keputusan yang tertunda hanya karena ia takut salah langkah?
Seperti menu di tangannya, hidup pun menawarkan banyak pilihan. Namun, semakin banyak pilihan, semakin sulit menentukan mana yang benar-benar ia inginkan.
Mana yang tepat untuk masa depannya?
Pelayan datang lagi, tersenyum sabar. “Sudah tahu mau pesan apa, Bu?”
Rin menatapnya sejenak, lalu kembali menelusuri menu. Kali ini, ia tidak ingin ragu.
“Hidup juga seperti ini,” gumamnya dalam hati. “Kalau aku terus menunggu tanpa memilih, aku tidak akan pernah tahu mana yang terbaik.”
Akhirnya, ia tersenyum dan menunjuk satu menu. “Saya pesan ini saja.”
Pelayan mengangguk tulus.
Rin menghela napas lega. Mungkin, di luar sana, hidup juga akan mengatakan hal yang sama setiap kali ia berani mengambil keputusan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.