ch 14

17.2K 1.1K 6
                                    

"cinta itu terkadang butuh duri untuk merasakan sakit, untuk menguji sejauh mana ia mampu bertahan."

-- back to present-- hospital--
*baca ch 11 ya.. :)

Amalya pov

"hai Lya,, apa kabar..!"
orang itu memasuki ruangan. Ata tampak bingung melihat Aruna ketakutan bergegas lari dan naik ke tempat tidurku. Ibu bereaksi sama, menghampiriku dan menggenggam tanganku yang terhubung selang infus.

"i--bu... ?!" aku benar-benar tak mengira orang ini berada disini. seorang ibu yang buta mata hatinya kini berada dihadapanku. berkebaya wana tosca dengan bawahan kain batik, rambutnya disanggul sederhana, tangan kirinya menjinjing tas tangan merk eropa ternama, dan tangan kanannya menggenggam kipas. seorang wanita tua bergaya ningrat. Ibu Larasati Wijaya. mertuaku. neneknya Aruna.

"Aruna tidak ingin memeluk eyang nak? eyang rindu.."
Aruna makin mendekat ke arahku, bahkan kini dia malah bersembunyi di balik Ata.

"oww,,, baru satu tahun rifki meninggal, kamu sudah main laki-laki lagi. jangan-jangan memang kamu menginginkan rifki meninggal."

Ata bereaksi seketika. dia menggenggam tanganku tanpa mengucapkan sepatah katapun. dia paham betul ini bukan urusannya. biarlah nanti kujelaskan di kemudian hari.

"terserah apa kata-kata Ibu. aku tidak ingin mengusik ketenangan mas rifki di dunia sana dengan cara bertengkar dengan ibu. Ibu tahu betul aku akan membantahnya."

"jadi seperti itu kamu bicara dengan mertuamu. salah. mantan mertuamu. aku dari awal tidak pernah merestui Rifki menikah dengan kamu Lya. kalau saja dia tidak mengancam akan menjual semua warisan eyangnya yang diatasnamakan dirinya, kami tidak akan pernah setuju." pandangannya semakin sinis padaku. Ibu ingin membantahnya, tapi aku mencegahnya.

"ibu mertua, lagi-lagi masalah warisan. Lya sedikit pun tidak minta bagian warisan mas Rifki. Lya masih mampu menjaga dan membiayai Aruna. dari awal kami menikah mas rifki bahkan menyerahkan semua perusahaan eyang untuk dikelola rizal. kami memulai semuanya dari NoL bu.. ambil semua harta itu, tinggalkan saya bu.. jangan ganggu saya dan Aruna.."

"apa maksud kamu hah?! Aruna cucuku.. dan saya tidak ingin mengganggu kalian. saya hanya ingin Aruna ikut saya. akan saya didik menjadi pewaris tunggal kekayaan Wijaya."

"Aruna gak mau.. eyang jahat!" aruna berteriak pada eyangnya. lalu kembali berdiri di balik Ata.

klik. pintu terbuka.

"Ya Allah, Ibu... aku cari-cari taunya Ibu disini.. eh, Lya?" Rizal masuk keruanganku tiba-tiba. Rizal adalah adik tiri mas Rifki. satu ibu, beda Ayah. tidak usah heran, Ayah dan Ibu mas Rifki sempat bercerai setelah melahirkan mas rifki, dan ibu menikah lagi. saat hamil Rizal, suaminya meninggal. Ayah yg masih mencintainya akhirnya menikahi Ibu lagim Ayah mas rifki meninggal dua bulan sebelum kami menikah. berbeda dengan istrinya, ayah mas rifki adalah orang yang baik tidak pernah membeda-bedakan mas Rifki dan Rizal. Rizal seumuran denganku, dia juga merupakan orang yang baik, makanya Mas Rifki mempercayakan perusahaan warisan dari eyangnya padanya. Rizal orang yang jujur, sampai saat ini dia masih mentransfer sejumlah besar pendapatan perusahaan bagian mas rifki padaku. dan aku hanya menyimpannya dalam deposito untuk Aruna kelak. sampai saat ini tidak sepeserpun yang aku gunakan. kalau kebetulan Rizal ada urusan bisnis ke jakarta, dia selalu menyempatkan diri mampir ke rumah mengunjungi kami dan menghadiahi berbagai mainan untuk Aruna.

" Lya? kamu sakit? koq ibu bisa ada disini? jangan bilang ibu bikin keributan lagi disini." Rizal kebingungan.

"enak saja kamu. ibu hanya berkunjung." matanya sinis menatapku. tanpa pamit dia keluar begitu saja. aku hanya diam saja.

"Lya, Ibu, Aruna, maaf ya kalau ibu bikin rusuh lagi. nanti aku bbm ya Lya." aku mengangguk tersenyum. Rizal pergi mengejar ibunya. raut wajah Rizal berubah saat matanya menangkap sosok Ata yang menggenggam tanganku.

ruangan seketika hening.

"kita keluar sebentar ya.. sepertiny Aruna masih ketakutan." bisik Ata padaku. aku hanya mengangguk.

"Aruna, kita ke mall di sebrang yuk. beliin roti buat mama dan nenek."
ajak Ata sambil menggendong Aruna.

"Aruna minta donat boleh gak om?"
pinta Aruna.

"tentu boleh, sayang..." Ata mencium kening Aruna. mengingatkanku pada mas rifki. aku seolah-olah melihat siluet mas rifki yang tersenyum dan berkata. semua akan baik-baik aja, sayang..

----
di lain tempat

Rizal memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. dia tak bisa menyingkirkan wajah laki-laki yang dia temukan di ruangan Lya dari pikirannya. siapa dia. kenapa dia ada di sana. terlihat dekat dengan Lya dan keluarganya. bahkan Aruna juga.

Tanpa seorang pun tahu, Rizal telah jatuh cinta pada Lya sejak lama. sejak pertama kali dia melihat Lya. saat pernikahan kakaknya dengan Lya.

A untuk AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang