ch 21

16.1K 973 9
                                    

"cinta mungkin saja tersesat, tapi jodoh yang akan mempertemukan.."

---

Athala pov

aku pulang dari rumah Lya dengan kondisi kalut. banyak tanda tanya di kepalaku. apakah Lya butuh waktu atau memang penolakan untukku? apakah aku harus mundur atau bertahan..

aku buru-buru menelpon Dhika.

"Dhika, gw gak mau tahu. pokoknya gimana pun caranya, beresin masalah media kemarin. satu lagi, jaga keluarganya Lya. jangan sampai ada satu orangpun keluarganya, terutama anaknya didekati wartawan. terserah mau nyewa agen BIN, FBI, atau apalah itu. gw mau semuanya clean !!!"

"oke. siap. "

klik.

---

sudah hampir seminggu aku tidak menghubungi Lya. aku mencoba untuk menepati janji untuk menjauhinya. tapi sampai kapan aku gak ngerti. masalah media entah bagaimana, 2 hari kemudian berita ttg 'gadis misterius'ku hilang begitu saja. sepertinya Dhika sudah menjalankan tugasnya dengan baik. setiap hari aku masih sering menanyakan laporan perkembangan ttg Lya. tapi sepertinya biasa saja hanya sekedar aktivitas Lya antar jemput Aruna.

Lya,, aku kangen..

aku sedang duduk di meja kerjaku ketika tiba-tiba Dhika bergegas datang ke ruanganku.

"boss, penting boss.."

"lebih penting mana sama ketuk pintu dulu sebelum masuk ruangan atasan kamu hah!"

"ini boss.. ini... gw kan nyewa agen profesional mantan agen BIN yg juga sempet pengalaman di FBI. jangan tanya kenapa dia berhenti jd agen resmi, pokoknya ada deh alasannya."

"terus?? "

"kemarin dia sempat menemukan  seseorang yg mengamati rumah Lya dari jauh.. agak mencurigakan.."

"terus dia tangkep?"

"belum boss.. dia masih fokus ke keberadaan keluarga Lya dulu. 2 hari ini dia tugaskan anak buahnya lebih banyak buat waspada.. kalau ada apa2 pasti dikabari langsung boss.,"

"tetap waspada.. apapun itu, Lw musti kabarin gw!"

"siap boss.."

sudah pukul 2 siang, sudah lewat jam makan siang. aku benar2 lupa rasa lapar, tapi bagaimanapun juga kesehatan harus tetap dijaga. akhirnya aku putuskan untuk beranjak dari tempat duduk dan pergi cari makan. tiba-tiba hpku berbunyi, notifikasi bbm. dari Lya..

L: Ta, sibuk?

duh gimana ni jawabnya. perasaanku gak karuan, serasa anak sma yang dapet sms dari gebetan. setelah berfikir sejenak, akhirnya kuputuskan untuk sedikit bermain2..

A: Iya.

L: oh. yaudah.

yaaah.. masa udahan bbm'a..

A: kamu udah makan?

L: udah. kamu?

A: belum.

L: cepet makan. jangan telat.

Lya perhatian juga sama aku. aku berjalan ke arah parkiran sambil senyum-senyum.

A: oke. makasih

gak ada balesan lagi. gak apa2. sekali-kali perempuan sepertinya memang harus dibikin penasaran ya. hehehe.

----

Amalya pov

Ata seminggu ini benar2 menjauhiku. bahkan saat kuhubungi dia lewat bbm, awalnya ingin ku ajak makan bareng karena kebetulan aku lagi di jakarta, tapi urung niatku karena responnya yang cuma balas pesanku pendek-pendek. apa mungkin dia sudah menyerah padaku ya..?

bip..bip.. ada telpon, oh ibu..

"halo bu,, iya. --- Lya masih di jakarta. -- kenapa bu? --- nggak. aruna gak sama aku. aku kan tadi berangkat k jakarta abis nganterin aruna --- hah! ada yang jemput di sekolahnya? -- gak bukan aku! --- Ata? kayaknya gak mungkin.-- jangan2 Aruna diculik bu?-- Ya Alllah,, koq bisa.. -- Lya tanya Ata dulu ya bu.. coba ibu cari ke temen2nya Aruna..jangan lupa kabari Lya langsung."

serasa ada halilintar ditengah kemarau,, ibu mengabariku kalau Aruna ada yang menjemput di sekolahnya. seorang laki2 katanya, dan aruna sepertinya mengenalinya. aku benar-benar kalut, air mataku sudah meluncur bebas. ku coba telepon Ata.

" Ta.. kamu dimana? Aruna hilang ta.." ucapku dengan suara bergetar karena menahan tangis.

" aku di matraman Ta, gramedia. --- iya aku tunggu.."

aku masih menunggu ata di loby toko buku. aku menyesali setiap hal yang terjadi hari ini, kenapa harus ke jakarta, kenapa harus meninggalkan aruna, kenapa dan kenapa.

ibu masih belum mengabariku apa-apa saat aku dan Ata bergegas di perjalanan. aku hanya bisa menangis dan mencermati handphone siaga barangkali ayah dan ibu atau siapapun telepon tentang Aruna. Ata masih menyetir dengan serius sambil menelpon seseorang yang entah siapa.

"sabar ya Lya,, insya Allah Aruna tidak diculik, saat kita sampai Aruna akan pulang."

Aamiin.. Aamiin.. aku hanya bisa menangis dan berdoa.. semoga Ata benar..

sesampainya di rumah aku berlari mencari Aruna, ada Ibu yang juga sedang menangis dan ayah yg menenangkannya.

"Ta, mana? Aruna belum pulang.."
tanyaku menagih kata2 Ata.

Ata tidak berkata apa-apa, hanya memelukku yang terisak.

"Sabar ya Lya, aku sudah intruksikan banyak pihak buat nyari Aruna. Aruna pasti pulang.."

------

****
Author's note:

hmm,, kira2 siapa yang menculik Aruna ya? hehehe

A untuk AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang