ch 17

16.9K 1K 11
                                    

"cinta itu kadang butuh pilihan pahit. mengalah atau dikalahkan."

---

Amalya's pov

aku masih sedikit tertegun. malam ini aku bertemu dengan dua orang lagi dari masa laluku. dua orang yang dulu pernah ku sayangi sekaligus aku benci...

10 tahun yang lalu..

"maafin aku Lya.. mba khilaf.. mba gak tau kalau kamu lagi ada disini.." wanita itu tiba2 terbangun dari sandaran bahu lelaki itu.

"mba, khilaf satu kali itu wajar, tapi kalau terulang lagi, apa bisa aku terima begitu saja. aku gak bisa menyalahkan mba sepenuhnya. kamu juga! kalau memang kamu mencintai aku, kenapa bisa kamu selingkuh. bukan cuma selingkuh, kamu selingkus sama sahabat aku sendiri. kalian berdua! semuanya selesai! mulai saat ini aku tidak ingin mengenal kalian berdua!"

aku melangkah pergi dari rumah itu. aku berusaha menahan amarahku, dan mencoba membendung air mataku. bagaimana bisa sahabatku sendiri malah bermesraan dengan kekasihku. laki-laki bernama Azzam itu sudah kedua kalinya mengkhianatiku dengan shandy. cukup hari ini terakhir kalinya aku mengenal mereka.

hari ini aku baru saja mendapat tugas ekonometrika. menyadari kemampuan diri yang pas-pasan dibidang hitungan aku memutuskan untuk menelpon laki-laki yang bernama Azzam, pacarku sejak 6 bulan yang lalu. dia kuliah di fakultas matematika. setelah mencoba berkali-kali rupanya handphonenya gak aktif.

karena penasaran, akhirnya aku putuskan pergi ke rumah kost Azzam. tidak jauh, hanya 10 menit dari kampus. dan alangkah terkejutnya aku saat tahu dia sedang bermesraan dengan wanita lain. dan wanita itu adalah sahabatku sendiri. Shandy.

sebelumnya aku tak pernah percaya saat ada beberapa teman kuliah yang berkata pernah melihat mereka berdua di suatu tempat makan, bioskop, atau di tempat hangout lainnya. tapi kali ini aku yakin, aku tidak akan mempercayai mereka lagi.

aku belajar dari kepahitan sebuah pengkhianatan, mungkin bagi Azzam aku belum cukup menyenangkan sebagai kekasih, atau mungkin menurut Shandy aku belum cukup baik sebagai sahabat. entahlah,, tapi aku belajar bersahabat dengan masa lalu. mencoba memaafkan dan ikhlas menerima semuanya. memaafkan tapi tidak untuk menerima mereka kembali dalam hidupku.

---

"Lya,, kita gak usah lama-lama yuk. yang penting kan setor muka.." bisik Ata ke telingaku. aku mengangguk setuju. acara yang katanya malam amal ini sepertinya hanya acara pesta para sosialita. beberapa dari yang kulihat adalah para pejabat dan pengusaha, bahkan ada artis juga. dan saat itu lah mataku bertemu tatapan mata Azzam. matanya seolah penuh penyesalan menatapku. menyadari itu aku akhirnya memalingkan wajah ke arah lain. aku mencari keberadaan Ata. rupanya dia sedang entah menuliskan selembar kertas serupa cek atau bilyet giro di meja donasi. aku putuskan untuk mengambil segelas orange juice dan menikmati penampilan musik di mini stage.

"Lya.." sedikit tersentak aku menoleh. saat ini Azzam telah berdiri di sebelahku. aku hanya diam enggan berbicara dengannya.

"Lya, plisss.. aku minta maaf atas masa lalu kita.. setelah kamu pergi aku menyadari bahwa kamu adalah yang terbaik untukku.. aku menyesal.."

aku masih diam.

"Lya, kumohon bicaralah. katakan sesuatu. aku masih mencintaimu Lya. tak bisakah kita memulai lagi sesuatu yang baru."

aku menatap matanya.

" Zam, kamu hanya masa lalu. aku sudah memaafkanmu. tapi aku tidak bisa menerimamu lagi dalam hidupku. kamu sudah punya anak dan istri yang cantik. jangan jadi pengkhianat lagi. cukup aku saja yang pernah kamu khianati."

Azzam tertunduk dan aku pun berjalan ke arah Ata yang sedang berbincang dengan Nyonya Husain.

"jadi kapan nak Ata akan meresmikan hubungan kalian?" aku yang baru saja menghampiri ata langsung merasa kikuk mendengar percakapan itu. berbeda dengan Ata yang menanggapinya dengan santai.

"doakan saja Nyonya semoga wanita cantik ini bersedia." ujarnya sambil tersenyum kepadaku. oh God,, sepertinya mukaku merah padam menahan malu.

"Nyonya, saya dan Lya permisi pamit duluan. kami ada acara lain. semoga donasi yang terkumpul dapat menjadi masa depan cerah bagi masyarakat negeri ini."

"terima kasih banyak nak Ata. semoga Tuhan selalu melindungi orang baik seperti anda."

Ata dan aku akhirnya berjalan menuju pintu keluar. mobilnya diantarkan oleh seorang roomboy petugas valet service.

"lho, pak rojak kemana Ta?"
tanyaku saat akan memasuki mobil. Ata melepaskan jasnya dan meletakkannya di pundakku.
"biar kamu gak kedinginan. pak rojak aku suruh pulang. aku punya sesuatu buat kamu.yuk!"

aku tersenyum lalu masuk ke dalam mobil setelah Ata membukakan pintunya.

----

dari balik pintu keluar Azzam masih menatap kepergian Lya.

"aku harus mendapatkanmu lagi Lya! bagaimanapun caranya! "
bathin Azzam

A untuk AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang