a proposal

15.2K 993 5
                                        

"tahukah kamu, betapa hidup terasa sunyi tanpa kata-kata dan suara. itulah kenapa aku senang sekali mengungkapkan kata-kata cinta padamu.."

--

Amalya's pov

Ata sudah berdiri di hadapanku. masih dengan pakaian yang sama dengan semalam, hanya kemeja dengan lengan digulung sampai siku.

"Lya, maaf..."

"masuk dulu Ta. duduk dulu.."

"kamu sudah tau ttg artikel di koran dan majalah hari ini?"

aku mengangguk.

"Lya, aku benar2 minta maaf telah melibatkanmu. aku benar-benar tidak  menyangka reaksi media akan seperti ini."

aku masih diam. bingung harus memberikan reaksi seperti apa, pasrah atau histeris. tiba-tiba aruna datang.

"halo om Ata... eh om ata keren banget ini potonya sama mama. masuk internet segala.."

aku lupa menutup browser di ipad Aruna. langsung kuraih ipadnya dan clear history.

"sebenarnya inilah yang ku khawatirkan, Ta. bagaimana reaksi media terhadap Aruna. aku tak masalah harus berhadapan dengan komentar2 negatif media atau masyarakat. tapi aku takut Aruna yang kena imbasnya. Amalya yang kamu kenal saat ini bukan seorang gadis single, Ta. aku seorang janda yang punya satu anak. kamu bisa bayangkan sendiri kemungkinan terburuknya."

Ata terdiam, sesekali dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. mungkin dia juga bingung harus bagaimana.
tiba-tiba dia berdiri.

"Aku sayang kamu, Lya. Aku juga sayang sama Aruna."

Ata menatapku tajam. Aku hanya bisa menelan ludah, lagi2 kehabisan kata2. Aruna ikut menatap kami secara bergantian.

"Aruna juga sayang mama. sayang om Ata juga."

kalimat singkat Aruna dengan tatapannya yang lembut membuat kami semakin larut dalam keheningan. aku masih tak tau harus berkata apa.

"Lya, menikahlah denganku. bukan hanya karena aku mencintai kamu, tapi juga untuk menghindarkan kita dari segala fitnah di dunia."

sepertinya kedatangan Ata kembali dalam hidupku sudah membuat banyak kejutan. Aku masih terlalu shock untuk bicara. Aruna malah melompat2 lari ke arah kamarnya sambil teriak2.

"yeaah,, aruna mau punya papa lagiii..yeyeyee..."

"Ta,, aku gak tau.. aku masih ragu.."

"Apa yang bisa membuatmu yakin.. katakan padaku Lya.. aku berjanji... kalaupun kamu minta nyawaku, aku bersedia.. percayalah padaku Lya.."

"jangan pernah berkata seperti itu Ta,, jangan pernah hubungkan pernikahan dengan sebuah pengorbanan, apalagi korban nyawa.. aku pernah merasakan kehilangan yang berat.. dan kamu tau itu.."

aku sedikit terisak. aku ingat kembali betapa rapuhnya aku saat kehilangan mas rifki.

"Maaf..."

"pergilah, Ta.. berikan jarak dulu di antara kita. selesaikan masalah artikel tadi. jauhkan anakku dari dampak negatif hubungan kita. mungkin dengan kamu menjauhiku, masalah ini bisa cepat selesai. dan gosip itu mereda dengan sendirinya.."

Ata kembali diam..

"katakan padaku bahwa kamu juga sayang aku.." pintanya.

entahlah, aku tidak bisa menjawabnya..

"katakan dulu, kamu sayang aku. maka aku akan pergi sekarang." ujar Ata dengan wajah memelas.

aku diam memikirkan jawaban yang tepat. 8tahun yang lalu aku memang mencintai Ata. sangat mencintainya. aku tidak membunuh cintaku pada Ata saat bertemu dengan mas Rifki, aku hanya menumbuhkan cinta yang lain untuk mas Rifki, dan menyembunyikan rapat2 perasaanku pada Ata.

"kamu akan dapat jawabannya saat kamu kembali di waktu yang tepat." jawabku tegas dengan suara yg sedikit bergetar menahan tangis.

Ata kembali diam sejenak.

"Aku pamit. Assalamualaikum.." 

lalu pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban salamku..

Ya Tuhaaan.... aku harus bagaimana...

---

A untuk AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang