"jodoh itu mutlak rahasia Tuhan. itulah alasan mengapa kita harus berdoa."
- masih flashback 8 tahun yang lalu-
Rifki's pov
sudah 5 hari aku training di kota bogor. aku menginap di hotel Santika percis di sebuah mall besar bernama Botani Square. setiap jam istirahat aku memilih untuk pergi ke kafe di depan kampus sebelah mall ini. aku suka sekali melihat pepohonan hijau disekitarnya. selain itu ada yang tak pernah luput dari pandanganku. gadis itu selalu duduk di kursi kafe ini dengan wajah layu dan menerawang, sesekali dia menatap sekitarnya seolah2 mencari sesuatu yang sedang dia tunggu. tapi selama 5 hari aku memperhatikannya tak ada satupun orang yang menemuinya. aku hapal sekali menu pesanannya, pancake dan lemon tea. sepertinya dia pelanggan kafe ini, karena setelah kuperhatikan, para waitress disini seolah sudah mengenalnya sejak lama, kadang gadis itu mengajaknya berbincang basa basi sebelum memesan atau membayar bill-nya.
hari ini adalah hari terakhirku di bogor, gadis itu benar2 telah menyita pikiranku setiap malam. aku benar-benar penasaran dengannya. sebenarnya apa atau siapa yang dia cari? apa yang membuatnya selalu menghela nafas dan bewajah layu setiap akan meninggalkan tempat duduknya. hari ini aku putuskan untuk menyapanya. sekarang atau tidak sama sekali.
training sudah selesai sejak jam 11. koper dan barang2ku sudah aku rapikan di mobil untuk bersiap2 checkout dari hotel. aku sempatkan diri duduk di kafe itu seperti biasa, dan mencoba menu yang sama dengan gadis itu.
5 menit kemudian gadis itu datang ditempat biasanya duduk. tas backpack coklat, jeans biru, kemeja warna peach polos, dan flatshoes yang senada dengan celana jeansnya. rambutnya tergerai sebahu. cantik, namun terlihat sendu.
gadis itu memberi isyarat kepada waitress untuk memesan menunya seperti biasa. wajahnya yang manis tertutup mendung yg kelabu. dia tak henti2nya mengusap wajahnya seolah frustasi, sedih, dan menyerah. sesekali gadis itu mengedarkan pandangan mencari sesuatu, atau mungkin mencari seseorang yang sudah ditunggunya sejak lama. hei, gadis.. tak bisakah kau daratkan pandanganmu padaku walau sedetik saja? kosong.. pandangannya tak pernah bertemu pandanganku.
menu pesanannya sudah datang. dia meminum lemon teanya. gadis itu mulai memotong pancakenya. iya, hanya memotong2 saja tanpa sedikitpun memakannya. lalu tiba-tiba air matanya mengalir deras, namun gadis itu seolah berusaha menahan isak tangisnya. seketika aku membeku menatapnya, gadis itu tampak sangat berduka dan kehilangan. aku begitu ingin memeluknya, menenangkannya, mengusap rambutnya, menyeka air matanya. gadis itu meletakkan sendok dan pisaunya. dia berhenti memotong- motong pancakenya. wajahnya tertutup kedua tangannya Seolah2 berusaha menahan isak tangis dan air matanya agar berhenti mengalir. hei gadis,, apa sekiranya yang membuatmu teramat berduka seperti itu?
aku beranikan diri menghampirinya.
"haaiii,, kamu jangan nangis terus,, kan kasian bogor kehujanan." ku ulurkan sehelai tissue padanya.
"kenalin, aku Rifki. Rifki Kusuma Wijaya."
---
hari ini aku akan melamarnya. Amalya Trisanti. gadis yang kutemukan di Bogor 2 tahun lalu. butuh perjuangan hebat untuk bisa menaklukannya. dia bukan pacarku. tapi dia adalah istri masa depanku. usia kami terpaut 5 tahun. tentunya aku lebih tua dari Lya, aku 27 th, sedangkan Lya baru saja 22 tahun.
ya, hari ini ulang tahunnya. dan aku akan melamarnya bersama keluargaku. aku sengaja mengadakan makan malam di sebuah restoran dengan mengundang Lya dan keluarganya. wish me luck!---
hari ini, 22 januari 2010, kami akan mengikrarkan janji kehidupan selamanya. aku benar-benar mencintainya. hanya selisih 3 bulan sejak lamaran itu, kami memutuskan untuk menikah secepatnya. alasannya satu, lebih cepat lebih baik, menurutku. keluargaku sempat menolak mentah-mentah keputusanku. aku yang seorang putra pertama dalam keluarga, yang katanya golongan ningrat jawa, tidak pantas berhubungan dengan wanita biasa dari suku yang berbeda pula. tapi akhirnya mereka menerima keputusanku
aku masih ingat benar saat lamaran tiga bulan lalu,, aku sebenarnya bukan melamar Lya, aku melamar keluarganya. aku paham bahwa pernikahan bukan hanya untuk menikahkan dua orang insan, tapi juga untuk menyatukan dua keluarga besar.
"Pak,Bu.. saya hari ini bermaksud ingin meminang putri bapak dan ibu, Amalya Trisanti. saya berjanji akan mencintainya sepanjang hidup saya. insya Allah saya akan berusaha membahagiakannya dunia akhirat.. "
mungkin cukup mengejutkan buat Lya, meski kakak-kakaknya hanya bertepuk tangan dan tertawa. dia bahkan tersedak minuman saat mendengar pernyataanku. aku sebenarnya grogi dan takut ditolak. tapi akhirnya Lya tersenyum padaku. legaaa.. setidaknya Lya tidak lari dariku...
dan disinilah kami kali ini. di pelaminan merayakan resepsi pernikahan kami. aku tak henti-hentinya tersenyum, Lya juga. walau sesekali dia tertangkap pandanganya seperti mencari-cari sesuatu yang tidak pernah dia temukan. ah biarlah, mungkin dia hanya mencari temannya.
Lya sangat cantik dengan pakaian pengantinnya. wanita paling cantik dalam hidupku. hanya Amalya. istriku.

KAMU SEDANG MEMBACA
A untuk Anakku
ChickLitAmalya seorang single parent dari anak berusia 5 tahun bernama Aruna. Ia terbiasa larut dalam kehidupan kerjanya untuk melupakan rasa kehilangan akan suaminya yang telah meninggal. hingga akhirnya dia bertemu lagi dengan masa lalunya, Athala. Athala...