"cinta tak bisa disalahkan. dia bisa menjerumuskan siapa saja dalam kerinduan. bahkan kerinduan tanpa nama sekali pun."
---
amalya's pov
"Lya,, ibu belum pernah kenal nak Ata. dia sebenernya siapa? sepertinya dia bukan orang sembarangan." tanya Ibu.
"Ata teman kuliahku bu. dia pindah ke malaysia 8 tahun yg lalu. dan baru pulang ke Indonesia lagi seminggu yang lalu." jelasku
"bukan itu maksud ibu.. maksud ibu, Ata itu bukan orang sembarangan di hidup kamu. walau kamu gak cerita, ibu tau Ata itu spesial di hati kamu. sejak suamimu meninggal, kamu bahkan belum pernah sekalipun cuti buat liburan atau sekedar hangout dengan teman2mu kemana aja gitu. kalau sama Ata, tau2 dia nganterin kamu kerumah, tau2 aja dia dipanggil ayah sama Aruna. kamu harus jujur dan tegas sama hati kamu. jangan memberikan harapan pada siapapun, berikan harapan itu pada dirimu sendiri. biarkan kamu memilih untuk bahagia. Rifki juga pasti ingin kamu bahagia nak."
aku memilih untuk diam tak berkomentar. aku tau semua kata-kata ibu benar. tak ada bantahan atas itu semua. Ata bukan 'orang lain' dalam hidupku. ada sedikit perasaan rindu saat aku kembali bertemu dengannya. tapi aku tak ingin mas rifki merasa terkhianati. aku masih ragu apakah akan mengizinkan Ata kembali dalam hidupku atau tidak. tapi kadang logika dan hati mengingkari satu sama lain. saat logika ingin menolak, hatiku malah menguasai lidah untuk mengizinkannya.
"belajarlah untuk meraih kebahagiaanmu lagi, Lya. Jujurlah pada hatimu.." ucap ibu yang kemudian beranjak kembali ke dapur.
aku pernah merasakan kehilangan Ata. aku juga pernah merasakan sakitnya kehilangan mas rifki untuk selamanya. aku kini terlalu takut merasakan kehilangan lagi. walau tanpa sadar, aku perlahan membuka hatiku lagi untuk Ata. aku takut suatu saat nanti Ata memilih pergi lagi dan menghilang meninggalkanku lagi. Aruna masih kecil, dia sama2 terluka atas kehilangan papanya, tapi dia tampak mudah menerima Ata begitu saja.
"Lya, aku pamit ya.." suara Ata membuyarkan lamunanku. membuyarkan tatapan kosong melihat Aruna yang tertidur di depan tv.
"oh iya,, makasih banyak atas semuanya.."
"sama2., kapan2 kita ajak aruna ya.." Ata tersenyum melirik Aruna. apa benar Ata bisa menerima aruna dan aku yang sekarang? Yaa Allah,, aku mohon petunjukmu. aku beranjak mengantar Ata keluar.
"oia,, aku punya sesuatu buat kamu. hmm,, ini buku lama sih. tapi bagus bgt. gak tau kamu udh pernah baca atau belum." aku memberinya novel karangan Andrea Hirata berjudul 'Ayah'. aku sudah membacanya berulang kali, menurutku ini novel yang bagus sekali. Ata menerimanya dengan tersenyum. senyuman yang masih aku simpan rapat di memoriku selama ini.
"thanks ya Lya.. selamat tidur.."
dan tanpa sempat aku antisipasi sebelumnya. tiba2 dia mengecup pelan keningku. meninggalkan aku yang membeku menatap Ata yang berlalu. saat sampai di gerbang dia membalikkan badan lagi dan berkata "aku gak akan meninggalkan kamu lagi,Lya.percayalah.." aku hanya terdiam mendengarnya. mungkin ini terlalu cepat..---
esok paginya aku nyaris telat masuk kantor. kejadian2 kemarin dan tadi malam membuatku nyaris terjaga sampai shubuh. kalau bukan karena ketukan pintu rumah dan syukurlah, ibu berinisiatif membangunkan anaknya yang biasanya jam 6 sudah numpang sarapan taunya masih selimutan. begitu pula dengan aruna. ternyata semalam dia terbangun dan keluar dari kamarnya cuma buat pindah tidur ke kamarku.
sekarang di kantor kepalaku terasa pening. mataku terasa berat, mungkin ngantuk atau efek pusing. beruntunglah aku bukan frontliner yang harus dandan pool buat melayani nasabah. hari ini boro2 pake make up, bedak aja pake bedak baby aruna. lipstik apalagi eyeshadow sama eyeliner, polos semua. tumpukan map proposal kredit untuk direview ada dua tumpukan. dan sekarang aku hanya menenggelamkan kepalaku yang pusing berat di antara tumpukan kerjaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
A untuk Anakku
ChickLitAmalya seorang single parent dari anak berusia 5 tahun bernama Aruna. Ia terbiasa larut dalam kehidupan kerjanya untuk melupakan rasa kehilangan akan suaminya yang telah meninggal. hingga akhirnya dia bertemu lagi dengan masa lalunya, Athala. Athala...