ch 15

18.8K 1K 0
                                    

" jika benar cinta itu buta,, kenapa kamu lebih memilih dia daripada aku."

--

Rizal's pov

Rizal memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. dia tak bisa menyingkirkan wajah laki-laki yang dia temukan di ruangan Lya dari pikirannya. siapa dia. kenapa dia ada di sana. terlihat dekat dengan Lya dan keluarganya. bahkan Aruna juga.

---

Aku sebenarnya adalah adik tiri mas Rifki, anak tiri dari Ayah Dimas Wijaya. tapi meski begitu, mereka berdua tak pernah menganggapku lain. Mas Rifki adalah kakak yang sangat baik, selalu membimbingku dan menyayangiku sbagai adiknya yang berharga. Ayah tak pernah membedakan kami berdua. mereka berdua adalah orang yang paling menyayangiku di keluarga ini. berbeda dengan Ibu kandungku sendiri. kerjanya hanya menghamburkan uang Ayah dengan teman sosialitanya. itu sebabnya aku teramat menyayangi dan menghormati Ayah dan Mas rifki.

sejak SMA aku memutuskan untuk tinggal di Australia, di keluarga ayah kandungku. selama disana, hanya Ayah dan mas Rifki yang sering mengunjungi dan menghubungiku. jangan tanya ibuku, mungkin dia sudah lupa padaku, dia sama sekali belum pernah ke Sidney untuk mengunjungiku. itulah yang membuatku malas pulang ke Indonesia.

sampai akhirnya 6 tahun yang lalu mas rifki mengabarkan rencana pernikahannya. aku tidak mungkin menolak permintaanya agar aku pulang dan menetap di Indonesia lagi. untuk permintaan kedua, aku masih akan memikirkannya lagi.

dan saat itulah aku bertemu dengannya. cantik apa adanya, ramah, dan selalu tersenyum tulus pada semua tamu yang datang. aku bahkan tak bisa berhenti menatapnya dan berandai-andai. andai aku bertemu dengannya lebih dulu daripada mas rifki. andai saja aku yang saat ini memeluknya dipelaminan. Ya,, aku jatuh cinta begitu saja pada pengantin kakakku..

rupanya permintaan mas rifki agar aku tinggal lagi di Indonesia bukan hal main-main. mas rifki memintaku untuk mengelola perusahaan keluarga yang diwariskan padanya. saat ayah meninggal, Ayah juga meninggalkan warisan padaku dalam bentuk aset berharga, perusahaan sudah semestinya diberikan pada mas Rifki. saat kutanyakan alasannya kenapa mas rifki ingin aku mengelola perusahaannya. dia hanya berkata.

"Rizaldy Wijaya. aku percaya padamu. perusahaan ini akan lebih berkembang di tanganmu. aku sudah menemukan hartaku yang paling berharga. istriku. aku ingin memulai semuanya dari usaha kami sendiri. aku titipkan ibu padamu. bukan karena aku tak lepas tanggung jawab, tapi aku hanya ingin kamu kembali dekat dengan ibu. percayalah, ibu juga sayang padamu."

akhirnya sejak saat itu aku mulai tinggal lagi di surabaya memimpin perusahaan Ayah. sedangkan mas rifki tinggal di Karawang, menjadi seorang engineer di sebuah perusahaan otomotif. aku tidak pernah melupakan mas rifki, bagian keuntungan perusahaan yang seharusnya untuk mas rifki selalu aku sisihkan ke rekeningnya walaupun dia menolak. dan sepertinya memang tidak pernah digunakan sepeserpun olehnya.

sebulan sebelum mas rifki meninggal, dia pernah menelponku untuk menanyakan kabar ibu dan perusahaan. dia mengatakan suatu hal yang akhirnya ku mengerti itu adalah pesan terakhirnya untukku.

"Zal, kamu adalah adik dan sahabatku satu-satunya.. jika suatu saat nanti aku tidak ada,, aku titipkan istri dan anakku untuk selalu kau jaga.. Aku percaya padamu.."

sehari setelah mas rifki meninggal, tugasku dimulai. aku harus menjaga Lya dan Aruna beserta keluarganya yang lain dari amarah ibuku. ibu belum berubah, dia masih seorang materialistis. dia menuduh Lya memang menginginkan suaminya meninggal. dia menuduh Lya akan merampas semua harta yang memang seharusnya milik mas rifki dan seharusnya juga diwariskan pada Lya dan Aruna.

bisa dibayangkan kalutnya Lya menerima tuduhan ibu. saat itu Lya hanya bilang, "Lya gak ngerti dan gak butuh, Bu.. Lya cuma butuh Aruna. semua perusahaan mas rifki biarlah Rizal yang atur."

hatiku luluh melihat wajah Lya yang lelah menekan perasaan dukanya. sejak saat itu aku berjanji tidak akan membiarkannya menangis sedih walau hanya setetes air mata.

selama setahun ini aku berusaha tetap menjaga hubungan baik dengan Lya. sesekali jika aku ke jakarta aku akan mampir kerumahnya dan menghadiahi keponakanku berbagai oleh-oleh dan hadiah. orang tuanya memang orang yang baik. mereka selalu menerimaku sebagai keluarga. tidak usah tanya Lya menganggapku sebagai apa. hanya sebagai adik ipar. tak lebih.

hari ini saat di rumah sakit aku melihat laki-laki itu. siapa dia. aku sama sekali belum pernah mengenalnya. Lya belum pernah sekali pun bercerita tentang laki-laki itu. aku cemburu. cemburu pada kakak iparku. bukan, mantan kakak iparku.

aku mencari kontak di handphoneku. aku harus menyelidiki lelaki itu. kali ini aku tak akan merelakan Lya dimiliki orang lain.

A untuk AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang