"I lied, I still think about you."
—CHAPTER ONE—
"Jace! Jace! Jaaaaace!!"
"Huh? Oh! Iya, kenapa?" Jace mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya kembali ke waktu sekarang. Tersadar dari kenangan setahun lalu yang masih membuat hatinya sakit.
"Lo mikir apa sih, Jace? Gue panggilin sampe nge-blank gitu. Yang biasanya suka gitu kan si Dani tuh, kenapa lo jadi ikut-ikutan?" Tanya Keyra yang kemudian duduk di sebelah Jace, menghalangi Danissa yang sudah duduk di sebelah Jace.
"Duh, geser dong Dan!"
"Yeeee... Yang duduk duluan siapa, yang di suruh geser siapa." Danissa menggeser tubuhnya -sambil menggerutu- agar Keyra dapat duduk di tengah mereka. Ketiga sahabat itu kemudian menatap lurus ke arah jendela di hadapan mereka, memandang orang-orang lalu lalang di depan kantin kampus.
"Wei! Pertanyaan gue belom dijawab Jace!" Keyra menyenggol pelan rusuk Jace yang sepertinya akan mulai termenung lagi menggunakan siku kanannya.
"Ow! Gue cuma bengong aja kok! Nungguin lo berdua lama banget tau ga? Apa lagi sih yang diomongin Pak Fred di dalem kelas? Betah banget kayanya ngajar, ga cukup apa dua setengah jam ngoceh?" Jace mengusap rusuknya dengan tangan kirinya dan menyempatkan menyenggol balik rusuk Keyra.
Ia memang sudah menunggu sekitar 30 menit di kantin kampus yang tampaknya tidak pernah sepi ini, baik jeda kelas pagi, siang, sore, bahkan malam. Seperti sekarang ini, waktu sudah menunjukan pukul 6 sore dan masih banyak mahasiswa berlalu lalang di dalam maupun luar kantin.
Entah memang sedang memesan makan, bertemu teman dan mengobrol, atau bahkan yang sedang mikirin rencana apakah akan ikut kelas selanjutnya atau lebih baik pulang ke rumah dan tidur.
"Yah, sorry deh. Lo tau lah Pak Fred, udah gitu ini nih satu!" Seru Keyra yang menunjuk Danissa tepat di depan hidungnya.
"Kenapa dia?" tanya Jace sambil memperhatikan Danissa, yang sudah tersenyum sok polos setelah menepis tangan Keyra dari depan wajahnya. Wajah yang selalu dia tunjukan bila dia melakukan kesalahan -entah salah bicara, salah tulis, salah dengar, salah mencium bau, salah.. ah, terlalu banyak kesalahan.
"Waktu Pak Fred lagi nerangin materi, ini anak ketawa kenceng banget. Gue tau gue lagi bercanda, tapi gue gak mengharapkan dia bakal ketawa SEGEDE itu. Asli Jace, itu satu kelas langsung nengok ke arah kita berdua. Alhasil gue sama dia disuruh tinggal lebih lama buat dengerin ocehan si Pak Fred dan dikasih tugas tambahan." Keyra melirik sinis ke arah Danissa yang senyumannya mulai berubah menjadi cengiran lebar.
"Wah, selamat deh. Minggu-minggu mau UAS gini lo malah dapet tugas tambahan." Jace tertawa sambil bertepuk tangan dan menggelengkan kepalanya, "Asli yah, bagus gue belom ambil mata kuliah itu. Gue yakin, kalo gue udah ambil, pasti sekelas sama lo berdua dan ujungnya gue ikutan dapet tugas tambahan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Number One (completed)
Любовные романыApa pernah kalian menjadi nomor dua? No, kita tidak membicarakan nomor dua pada lomba lari atau peringkat di kelas. Tetapi nomor dua di hati seseorang. Nomor dua di kehidupan seseorang yang selalu menjadi nomor 1 di hatimu. Pernahkah? Aku pernah. Da...