Chapter Thirty Three - Defeated

4.4K 359 10
                                        

"I truly love you

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"I truly love you."
"I don't think you do."

●CHAPTER  THIRTY THREE●

Jace memandang jendela di sebelahnya, memandang kendaraan yang berlalu-lalang di sebelah mobil yang tengah ditumpanginya, tepatnya. Kilasan lampu dari gedung-gedung dan lampu mobil meleburkan pikirannya. Ia tidak tahu apa yang ia rasakan saat ini. Tapi yang ia tahu pasti, beban di hatinya yang selama ini berdiam dia sana telah tiada. Hilang selamanya.

Sentuhan ringan di tangannya menyadarkannya. Ia segera menatap pemilik tangan di sebelahnya dan tersenyum. Laki-laki ini yang membuat semua beban itu menghilang.

Ia mengulang kembali kejadian beberapa jam lalu di rumah Sam, saat ia terakhir kali merasakan beban itu berada di dalam dadanya.

****

"Gue mau, mulai sekarang lo anggap nggak pernah terjadi apapun di antara lo dan Jace, Stef."

Stef membelalakan matanya tidak terima saat mendengar kalimat kakak laki-lakinya. Namun tidak ada satu kata pun yang dapat keluar dari mulutnya.

"Kalian hanya dua orang yang kebetulan pernah bersekolah di tempat yang sama, dua orang teman lama, tidak lebih dari itu. Mulai sekarang, kenal dia sebagai Jace, pacar gue. Bukan Jace yang pernah jadi orang nomor dua setelah Bella. Bukan Jace yang pernah lo rangkul, bukan Jace yang pernah lo peluk, bukan...." Sam terhenti dan memberikan tatapan sinis kepada adiknya sebelum melanjutkan, "bukan Jace yang pernah lo cium. Anggap semua hal itu nggak pernah terjadi."

Kali ini Jace yang melongo mendengar kalimat Sam. Dari mana semua kalimat itu berasal? Dan apa harus Sam menjelaskan semua hal sedetail itu?

"Lo ngerti, Stef?" Tanya Sam kepada Stef yang memberikan ekspresi marah.

"Nggak. Gue nggak ngerti. Kenapa juga gue harus ngelakuin hal itu?" Geram Stef pada kakaknya.

"Demi kebaikan Jace, dan diri lo, dan kita semua." Jawab Sam singkat.

"Kebaikan kita semua? Kita semua?? Lo yakin, Bang? Maksud lo, kebaikan lo sendiri kali?" Sergah Stef.

"Maksud lo, Stef?" Tanya Sam.

"Lo mau seakan-akan gue sama Jace nggak pernah jadi sesuatu, lo nggak terima kalau Jace pernah berhubungan sama gue. Lo nggak bisa terima kemungkinan kalau Jace bakal balik ke gue lagi, kalau gue ada di sekitar dia, kan?"

"Stef..." Sam memperingatkan.

"Jace bakal balik ke gue, Bang. She always did. Karena dia masih sayang sama gue, bener kan Jace?" Orang yang ditanya masih melongo dengan suksesnya, terlalu terkejut untuk memproses kalimat ini.

"Stef!" Bentak Sam pada adiknya.

Stef bangun dari sofa dan segera berjalan memutari meja, menghampiri Jace yang masih terkejut.

Number One (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang