Chapter Nineteen - Help Me?

4.5K 330 4
                                    

"I'm sorry, where's the exit?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"I'm sorry, where's the exit?"

—CHAPTER NINETEEN—

"Kabarin gue kalo lo udah sampe Bandung, Rah.."

"Iya, iya..."

"Hape lo jangan lupa dimatiin nanti pas di pesawat, loh.."

"Hmm, tenang.."

"Lo langsung makan ya pas nyampe Bandung..."

"Jadi gue harus hubungin lo apa makan dulu nih, pas nyampe Bandung?"

"Rah!"

"Astaga, iya iya, Mom! Lo tuh kaya nyokap gue aja, deh.."

Sabtu siang Jace digunakan untuk mengantar Rah ke Bandara Soekarno-Hatta, setelah tiga hari -hampir empat hari tepatnya, berada di rumah Jace, Rah memutuskan untuk pulang ke Bandung. Sam yang mengantar keduanya ke Bandara, berdiri sedikit di belakang kedua wanita itu hanya menggeleng pelan sambil tersenyum.

Mereka berdua tidak berhenti bicara dari pertama kali Sam sampai di flat Jace untuk menjemput mereka, di perjalanan, bahkan hingga sekarang ketika 1 jam lagi Rah harus take-off.

Sam kembali memperhatikan keduanya bicara, kali ini raut wajah mereka lebih serius.

"Ngomong-ngomong nyokap, lo yakin nggak mau bilang ke nyokap lo, kalo lo ada di Tangerang?" Tanya Jace pada Rah yang mengernyitkan dahinya tanda tidak setuju.

"kalo gue bilang-bilang dia, yang ada gue nggak bisa balik ke Bandung. Dia bakal ngunciin gue di kamar selama sebulan, nyuruh Riyan dateng buat ngelamar sebagai syarat gue bisa keluar dari kamar, terus kita berdua dinikahin di sini, dan gue nggak bisa balik ke Bandung, dan gue harus terjebak di Tangerang yang panas dan macet dengan jalan yang dibetulin di mana-mana, dan.. dan... dan..."

"Dan imajinasi lo lebay banget, sumpah..." potong Jace sambil mendorong dahi sahabatnya pelan dengan tangannya. Rah hanya tertawa mendengar jawaban sahabatnya.

"Tapi gue serius, kalo nyokap tau, yang ada gue malah kelamaan di sini nanti.." lanjut Rah setelah selesai tertawa.

"Bener juga. Moms, they are always like that. No offense, Mom." Jawab Jace sambil menaikan pundaknya dan menujukan kalimat terakhir kepada Mami-nya yang tentu saja sedang tidak berada di sini.

Dering HP seseorang mengalihkan perhatian keduanya dari pembicaraan mereka. Sam terlihat merogoh HP-nya dari saku celana dan memberi isyarat singkat kepada kedua wanita di depannya, sebelum berjalan menjauh untuk menerima panggilan itu.

Rah menyenggol pelan siku Jace untuk menarik perhatian sahabatnya yang masih melihat ke arah Sam.

"Udah kali liatinnya, dia nggak bakal ngilang kok. Mending liatin gue, gue udah mau boarding, kali. Kalo si Sam kan lo masih bisa liatin nanti-nanti.." goda Rah yang membuat wajah sahabatnya memerah.

Number One (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang