"I knew I'm gonna be in trouble."
●CHAPTER THIRTY EIGHT●
Stef mengusap wajahnya dengan kedua tangannya, berusaha mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskan situasinya. Namun setiap kata-kata yang ia pikirkan terasa salah di bawah pandangan tajam yang diberikan kakaknya sekarang.
Seharusnya ia tidak perlu takut, karena ia hanya menemani Jace dan bahkan memberitahu posisi mereka pada Sam.
Namun kenyataan bahwa ia melihat Jace dengan ketiga gaun pengantinnya sebelum kakaknya, membuat seluruh tubuhnya menjadi dingin. Ia tahu kakaknya akan sangat kesal padanya.
Stef baru saja membuka mulutnya untuk menjelaskan dari awal, ketika suara Jace membuatnya dan Sam menengok cepat ke arah wanita itu.
"Aku cuma nunjukin gaun pengantin aku ke Stef, ada yang salah?"
Stef memukul wajahnya dengan keras mendengar kalimat itu, sekarang kakaknya benar-benar akan menghajarnya. Ia sangat ingin meneriakan kalimat, "Salah banget, Jace!!!" kepada calon kakak iparnya itu dengan keras.
Ia melirik kakaknya dan memperhatikan wajah kakaknya yang sudah memerah karena menahan amarah, Stef menelan ludah ketika kakaknya menatapnya kembali.
"Stef." Suara kakaknya pelan dan rendah, membuat Stef terlonjak dari tempatnya.
"Y-y-ya?" Sial, sejak kapan ia jadi penakut seperti ini?
"Keluar, I need to talk with her."
Stef menatap kakaknya dan Jace bergantian, memperhatikan tatapan tidak setuju dari Jace.
Ia menarik napas sebelum memberikan tatapan meminta maaf kepada Jace, dan kembali menatap kakaknya.
"Jangan limpahin emosi lo ke Jace, Bang. Bukan dia yang salah dari awal, inget kenapa dia begini. Jangan sampe menyesal nantinya." Ucap Stef sebelum beranjak ke pintu dan keluar dari ruangan itu.
Sam tertegun mendengar ucapan Stef, menyadari niat awalnya menuju ke tempat ini.
Meminta maaf pada Jace.
Ia kembali teringat semua kesalahannya pada Jace, dan dadanya terasa sesak ketika menyadari ia hampir saja memarahi wanita yang ia cintai itu karena mengenakan gaun pengantinnya di depan Stef.
Sam menatap Jace yang masih berdiri di depan cermin besar dengan gaun pengantinnya, wanita itu sudah membalikan badannya kembali ke arah cermin. Menatap ke langit-langit ruangan itu untuk menghindari tatapan mata Sam yang tertuju padanya melalui cermin besar di hadapannya.
"Jace..." suara Sam yang pelan membuat Jace terlonjak kecil sebelum akhirnya wanita itu menjatuhkan pandangannya ke ujung gaunnya, kedua tangannya memainkan bagian renda gaunnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Number One (completed)
RomanceApa pernah kalian menjadi nomor dua? No, kita tidak membicarakan nomor dua pada lomba lari atau peringkat di kelas. Tetapi nomor dua di hati seseorang. Nomor dua di kehidupan seseorang yang selalu menjadi nomor 1 di hatimu. Pernahkah? Aku pernah. Da...