"It's a dangerous thing, our mind."
—CHAPTER FIFTEEN—
Begitu makan malam selesai, Rudy pamit untuk mandi terlebih dahulu sebelum mengantar Jace pulang dan Jeni mencuci piring sisa makan malam, ketika Jace ingin membantu, Jeni menolaknya dan mengatakan bahwa sebaiknya ia bermain dengan Molly di ruang tamu selama menunggu Rudy.
Jace akhirnya beranjak ke ruang tamu dengan Molly digendongannya dan menurunkannya di atas matras bermainnya. Jace melihat ke sekeliling ruangan untuk mencari jam dinding dan mendapati waktu sudah menunjukan pukul setengah sembilan malam.
Wow, ia tidak pernah makan malam selama itu. Sebenarnya sudah lama ia tidak makan malam bersama keluarganya karena ketika ia sampai di rumah hari sudah sangat malam dan ia sudah makan di kampus sebelum pulang, sedangkan keluarganya sudah makan malam terlebih dahulu di rumah. Jadi makan malam kali ini benar-benar membuatnya merindukan keluarganya. Waktu-waktu bersama keluarganya.
Baru saja ia teringat akan missed call dan pesan yang bertumpuk tanpa dibuka di handphone-nya yang ia tinggalkan di ruang tamu sebelum makan malam, handphone itu bergetar di atas meja kayu di sebelah sofa dan membuat Jace berlari untuk mengambilnya. Sebuah panggilan masuk dari.... Sam?
Jace mengangkat paggilan itu dengan ragu dan mendekatkan handphone-nya ke telinganya, "Halo....?"
"Di mana kamu sekarang?" suara berat itu menghampiri telinga Jace dan ia terkejut karena ada nada marah di dalam pertanyaan itu, membuatnya terdiam beberapa saat karena tidak tahu harus menjawab apa.
Suara itu mengulang kembali pertanyaannya dengan suara yang lebih besar dan tegas, "Jace!! Kamu ada di mana sekarang??"
Kesadaran Jace kembali dan dengan tergesa-gesa ia menjawab pertanyaan itu, "Di luar, emang kenapa?"
"Saya tahu kamu lagi di luar, Jace.. di mana?" suara itu makin terdengar tidak sabar.
"Emang kenapa sih?" jawab Jace yang mulai terpancing emosinya.
"Jace! Saya telpon kamu dari jam 5 sore, mau ngajak kamu makan malam bareng, tapi gak ada jawaban. Saya BBM dan kirim SMS juga tetep gak ada jawaban. Waktu saya samperin rumah kamu, rumah kamu kosong, lampu depan juga nggak nyala, mobil kamu ada di depan rumah. Saya telpon lagi tetep gak diangkat. Saya tungguin sampai jam setengah tujuh malam di depan rumah sampai hujan deras, kamu tetep belum pulang. Akhirnya saya pulang dan tetep telpon kamu terus, tanpa jawaban. Saya sekarang di depan rumah kamu dan kamu masih belum pulang, kamu di mana sih???" jelas suara itu panjang lebar dengan nada marah yang semakin lama terdengar menjadi.. khawatir.
Terperangah mendengar penjelasan itu, Jace menghela napas dan menjawab pelan. "Gue di rumah Jeni.. inget kan? Jeni yang punya Alaskan..."
"Saya ke sana sekarang." kemudian sambungan itu putus. Jace bahkan belum sempat menyelesaikan kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Number One (completed)
RomanceApa pernah kalian menjadi nomor dua? No, kita tidak membicarakan nomor dua pada lomba lari atau peringkat di kelas. Tetapi nomor dua di hati seseorang. Nomor dua di kehidupan seseorang yang selalu menjadi nomor 1 di hatimu. Pernahkah? Aku pernah. Da...