Chapter Thirty Six- Five Years

4.7K 319 4
                                        

"I'm not perfect, I can break down too

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"I'm not perfect, I can break down too."

●CHAPTER THIRTY SIX●

"Jace, lo nggak ngabarin laki lo, kalo lo lagi sama gue?"

"Nggak."

"Hebat, gue bakal babak belur habis ini."

Jace memutar bola matanya mendengar kalimat itu, "fight back, lah. Susah amat."

"Ngomong gampang, Jace. Coba lo sini yang berantem sama dia."

"He won't fight me. Dia cuma bakalan ngeliatin gue dengan tatapan yang bisa ngebolongin kepala gue, dan akhirnya gue bakalan ngalah karena takut kepala gue bolong beneran."

"Dia sayang sama lo."

"Gue tau, kok. Kalo dia nggak sayang sama gue, nggak mungkin gue bersedia ada di sini sekarang."

Kedua orang tersebut bertatapan, sebelum kemudian menghela napas bersamaan.

"Pokoknya gue nggak mau kena hajar abang gue, Jace. Dia serem kalo lagi marah." Ucap lelaki di hadapan Jace sambil memicingkan mata.

"Dia nggak akan ngehajar lo, Stef. Lagian kenapa juga dia harus ngehajar lo?"

"Hm, gue nggak tau ya. Mungkin karena calon pengantinnya yang seminggu lagi harusnya jalan di altar sama dia, yang harusnya ditemenin final fitting baju pengantin, malah pergi ditemenin sama adik lelakinya si calon mempelai pria. Yang, buat ngingetin aja, adalah mantan dari si calon mempelai wanita."

"Kita kan nggak pernah pacaran, Stef."

"Bukan itu masalahnya sekarang, Joanne Jace Wijaya!"

"Loh, terus apa? Lagian dia emang sibuk kok."

"Jace, dia nelponin handphone lo lebih dari dua puluh kali dalam sejam terakhir. Dan dia baru aja nanya ke gue apa gue lagi sama elo, dan gue bahkan nggak tau harus mihak siapa!"

"Mihak gue, dong. Kan gue mantan lo." Jawab Jace sambil membuat tanda kutip dengan jarinya saat menyebut mantan.

"Apa sih, masalah lo berdua?"

"Nggak ada, gue udah bilang kan, kalo dia sibuk?"

Jace melangkahkan kakinya lebih cepat dan berjalan mendahului Stef, mengakibatkan Stef hanya bisa menghela napas dan mencoba menyusul wanita itu.

Pagi ini ia mendapat telpon dari Jace yang memintanya untuk menjemput wanita itu di apartemennya, dengan beralasan bahwa Sam sedang sibuk.

Stef segera menyetujui saran itu, mengira bahwa karena kesibukan kakaknya itu, ia diminta oleh Sam sendiri untuk menjemput Jace.

Jadi ketika Jace mengarahkannya ke salah satu mall terbesar di Jakarta ini, Stef tidak menyangka Jace akan memintanya mengantar wanita itu untuk final fitting baju pengantinnya.

Number One (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang